Qiao Mianmian awalnya mengira Mo Yesi hanyalah seorang karyawan biasa. Ia tidak menyangka bahwa bertemu dengan Mo Yesi ternyata akan sulit ini. Namun, karena ia sudah datang ke tempat ini, ia tidak akan pergi sebelum bertemu dengan Mo Yesi. Ia pun tidak mengatakan apapun kepada kedua karyawan wanita di meja resepsionis dan melihat sekeliling untuk mencari tempat beristirahat. Lalu, ia berjalan ke ruang tunggu untuk duduk dan berencana untuk menunggu sampai Mo Yesi pulang kerja. Saat kedua karyawan itu melihat Qiao Mianmian yang tidak berniat pergi, mereka kembali mencibir dan mengejeknya.
"Dia sangat bermuka tebal sehingga menolak untuk pergi."
"Tuan Mo sangat suci dan dia tidak pernah dekat dengan wanita. Bahkan, meskipun wanita itu terlihat cantik, Tuan Mo tidak akan tertarik pada wanita seperti dia."
———
Saat Wei Zheng turun untuk mengurus sesuatu, langkahnya tiba-tiba terhenti di depan meja resepsionis karena seorang karyawan wanita memanggilnya.
"Asisten Wei, seorang wanita miskin datang dan berkata dia sedang mencari Tuan Mo. Kami sudah memberitahunya bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan Tuan Mo jika tidak ada janji, tetapi dia masih menolak untuk pergi. Dia sudah duduk di ruang tunggu selama dua jam dan kami khawatir itu akan mempengaruhi citra perusahaan. Haruskah dia diusir?"
Karyawan perempuan itu berbicara pada Wei Zheng sambil menatap Qiao Mianmian. Matanya menampakkan kecemburuan. Meskipun wanita itu miskin, ia memiliki wajah yang licik.
"Seseorang mencari Tuan Mo?" tanya Wei Zheng. Ia melirik ke tempat istirahat di ruang tunggu dengan penasaran. Saat matanya tertuju pada Qiao Mianmian, ia seketika membeku. Kemudian, matanya tampak terkejut. Wanita itu... Bukankah itu Nona Qiao yang Tuan Mo minta untuk aku selidiki tadi? Kenapa dia ada di sini? pikirnya.
Karyawan resepsionis itu melihat perubahan ekspresi Wei Zheng dan mengira bahwa asisten itu juga tidak senang melihat Qiao Mianmian yang menolak untuk pergi dari sini. Nada bicara karyawan itu pun terdengar semakin meremehkan. "Saya belum pernah melihat orang yang begitu tak tahu malu."
Wei Zheng berjalan menuju ruang tunggu sambil mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Setelah teleponnya terhubung, ia berkata dengan hormat, "Tuan Mo, Nona Qiao datang ke perusahaan dan mengatakan bahwa dia sedang mencari Anda."
Suara Mo Yesi terdengar rendah dan dingin di ujung telepon saat ia bertanya, "Nona Qiao yang mana?"
"Qiao Mianmian."
"Dia?" Mo Yesi tampak sedikit terkejut mendengarnya.
"Benar. Apakah Tuan Mo ingin bertemu dengannya? Saya dengar, Nona Qiao sudah menunggu selama dua jam."
Setelah hening beberapa detik, Mo Yesi memerintah Wei Zheng, "Bawa dia ke atas."
"Baik, Tuan Mo."
Wei Zheng menutup teleponnya dan berjalan ke arah Qiao Mianmian, lalu memanggilnya dengan sopan, "Nona Qiao."
Qiao Mianmian mendongak dan melihat seorang lelaki menawan yang mengenakan jas sudah berdiri di depannya. Ia pun tertegun. "Anda…"
Wei Zheng berkata, "Saya adalah asisten Tuan Mo. Saya baru saja mendengar bahwa Nona Qiao mencari Tuan Mo. Benarkah itu?"
Qiao Mianmian segera berdiri dan menjawab, "Benar. Saya ingin bertemu dengan Mo Yesi... Bukan, saya ingin bertemu dengan Tuan Mo untuk membicarakan sesuatu. Apakah Anda bisa membawa saya untuk bertemu dengan Tuan Mo?" Qiao Mianmian menunjukkan tatapan mata memohon. Ia takut Wei Zheng akan menolaknya sehingga ia segera menambahkan, "Saya hanya perlu waktu sepuluh menit—tidak, lima menit. Saya tidak akan menunda Tuan Mo untuk waktu yang lama."
Wei Zheng mengangguk dan tersenyum. "Tuan Mo berjanji akan menemui Anda. Tolong Nona Qiao ikut dengan saya."
———
Ketika kedua karyawan wanita di meja resepsionis melihat Wei Zheng membawa Qiao Mianmian ke lift, ekspresi mereka tiba-tiba berubah.
"Bagaimana mungkin? Bukankah Asisten Wei akan mengusirnya?"
"Asisten Wei malah membawanya naik? Mustahil jika wanita itu mengenal Tuan Mo!"
Sementara mereka memikirkan 10.000 kemungkinan tentang mengapa Qiao Mianmian tidak diusir, ekspresi mereka seketika berubah menjadi tidak enak dipandang.
———
Asisten Wei membawa Qiao Mianmian ke lift dan mereka langsung naik menuju lantai 37. Saat tiba di depan kantor Mo Yesi, Wei Zheng mengetuk pintu. Qiao Mianmian bisa mendengar suara yang dingin dari dalam sana. Suara itu penuh dengan daya tarik dan keeleganan yang berkelas.