Di dalam cerita aslinya, pada pertarungan babak kedua, Sedokan menyatakan bahwa dia tidak pandai melakukan aktivitas fisik seperti berkelahi, sehingga Sedokan mengajukan pertarungan memadamkan lilin.
Dia juga tampaknya berhati-hati, karena dia menyiapkan empat lilin sebelum pertandingan. Dia mengulurkan dua lilin dengan panjang yang berbeda, dan yang lilinnya padam terlebih dahulu, maka dia yang kalah.
Dan Sedokan sendiri sebenarnya sudah menyiapkan empat lilin sehingga yang mana pun yang dipilih Gon, akan menyala lebih cepat daripada miliknya.
****************************************
Gon : Baik! Aku yang akan maju! Lippo-san, aku yang kedua!
Baik Gon maupun Sedokan melangkah maju ke depan dengan keadaan diam. Keduanya sampai pada tempat masing-masing di tepi area pertarungan. Mereka berdua saling pandang dengan tajam sejenak.
Sedokan : Lalu... Seperti yang kau lihat, aku ini tidak terlalu kuat. Aku tidak terlalu suka adu pukul... Atau kegiatan fisik lainnya seperti berlari atau melompat.
Gon : Kalau aku, sangat suka melakukan itu. Tapi aku tidak terlalu pandai dengan sesuatu yang diharuskan untuk berpikir.
Sedokan : Oh, sudah kuduga. Kalau begitu, kita bisa memainkan permainan mudah yang bisa kita mainkan berdua tanpa harus mengunakan otak untuk berpikir maupun fisik dan juga mental.
Gon : Sepertinya menarik. Permainan apa itu? (polos)
Sedokan tersenyum licik. Dia mengeluarkan dua lilin dari belakang bajunya. Dia sudah menyiapkan lilin yang sangat special yang dia simpan di belakang celananya.
Sedokan : Masing-masing dari kita akan menyalakan lilin secara bersama-sama. Dan jika api yang lebih dulu padam, dialah yang kalah dalam permainan. Bagaimana mudah, kan?
Gon mengangguk sekali tanda mengerti dan mengancungkan jempolnya ke atas sambil tersenyum.
Gon : Ya! Itu mudah dimengerti. Itu boleh juga.
Sedokan : Ok. Kalau begitu...
Sedokan menunjukkan keseluruhan dari kedua lilin yang ada digenggamannya. Terlihat ada dua lilin yang berbeda. Pada tangan sebelah kanannya lilinnya lebih pendek, sedangkan pada tangan sebelah kirinya lilinnya lebih panjang.
Sedokan tersenyum. Pertama-tama Gon hanya menatap dengan tatapan serius, lalu dia tersenyum. Sedangkan Tonpa yang tidak tahu apa-apa sedikit tersentak dan langsung tersenyum licik.
Kurapika dan Leorio yang dari tadi menyaksikan pun langsung berkomentar dengan suara kecil.
Kurapika : Sekarang aku mengerti maksud dari perkataan Lucia yang menyuruh Gon untuk memilih pendek.
Leorio : Ternyata begitu...
Lucia hanya menanggapi perkataan Leorio dengan tersenyum tipis. Awalnya Tonpa merasa senang, akan tetapi senyuman senang di wajahnya pun menghilang saat melihat reaksi Kurapika dan Leorio yang tidak terkejut itu.
Gon : Wah, sama seperti yang dikatakan Lucia...
Sedokan : (Apa yang bocah ini bicarakan?)
Lucia : (Tunggu, sepertinya ada yang kelupaan, tapi apa ya? Kenapa aku bisa melupakannya? Aku harus mengingat kembali cerita aslinya...) *sedang bertopang dagu memikirkan sesuatu*
Sedokan yang masih penuh dengan kepercayaan diri pun kembali tersenyum licik.
Sedokan : Kalau begitu, pilihlah lilin mana yang ingin kau gunakan? Untuk yang panjang tekan bulat atau tekan silang untuk yang pendek. Ini ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
Leorio : Gon, pilihlah, kita siap mendengarkan!
Kurapika dan Killua hanya tersenyum. Sedangkan Lucia masih diam dan berpikir keras.
Gon : Hmmm... Kalau begitu... (menyeringai)
Gon menoleh ke belakang melihat ke arah teman-temannya.
Gon : Hei semuanya, aku harus pilih yang mana? (masih menyeringai)
Sedokan merasa sedikit kebingungan dengan reaksi lawannya. Dia tidak menyangka reaksi lawannya berbeda dengan yang dia harapkan. Sedangkan Tonpa yang merasa kesal masih mencoba untuk memprovokasi kembali.
Tonpa : Kalian benar-benar kebingungan, kan? (tersenyum licik)
Leorio : TUTUP MULUTMU SAJA, KAMPRET! (marah)
Tonpa : Ya, ya (masih tersenyum licik)
Tiba-tiba Sedokan meletakkan kedua lilinnya di atas lantai, lalu duduk di atas lantai area pertarungan tepat di belakang kedua lilinnya.
Gon : Lucia, yang pendek, kan? (berteriak)
Sedokan : Tidak usah terburu-buru gitu, pikirkan saja perlahan-lahan. Aku bisa menunggu.
Gon kembali melihat ke arah Sedokan.
Sedokan : Ini berdasarkan suara terbanyak. Meskipun kamu sudah memutuskan yang pendek, bagaimana dengan lainnya? Apa mereka semua setuju dengan pilihanmu itu? Kau boleh bebas mulai mendiskusikannya dengan teman-temanmu itu. Kami masih punya banyak waktu kok (tersenyum licik)
Sedokan mencoba untuk membuat Gon kebingungan dengan kata-katanya. Dia sengaja memprovokasi dan mengulur-ulurkan waktu. Akhirnya Lucia mengingat sesuatu dan langsung membuka mulutnya. Semua melihat ke arah Lucia.
Lucia : Gon, sepertinya pilih yang panjang saja (tersenyum)
Gon : Eh? Bukannya tadi kamu menyuruhku pilih yang pendek?
Lucia : Benar. Tapi aku ada ide yang lain (tersenyum)
Gon : Begitu? Baiklah! Kalau begitu yang panjang! (menyeringai)
Lucia : (Aku menjadi yakin ini sama dengan cerita aslinya setelah melihat kedua lilin itu. Kalau ini sesuai dengan cerita aslinya maka...)
Sedokan : Kalau sudah memutuskan, silakan pilihlah tombolnya (tersenyum licik)
Lucia : Akan tetapi sebelum kita memilih, bolehkah aku berdiskusi berdua saja dengannya (Gon) secara pribadi? Lagian semakin lama kami mengulur waktunya bukannya semakin menguntungkanmu, bukan?
Sedokan : Itu benar. Hehe.. Silakan diskusikan sepuas kalian. Akan tetapi, peserta yang sudah berada di atas area tidak bisa mundur ataupun kembali, bagaimana caranya kamu berdiskusi dengannya (Gon) secara pribadi? (tersenyum licik)
Lucia : Itu mudah saja. Baiklah, sekarang giliranku... (tersenyum)
Tonpa yang merasa geram tanpa sadar dia mulai menggertakkan giginya tanpa suara.
Tonpa : (Kali ini apa yang telah direncanakan oleh bocah (Lucia) itu lagi?)
Killua : Sepertinya kau tahu sesuatu ya? (tersenyum)
Lucia : Begitulah, oniichan...
Lucia mulai menggunakan kekuatan telepatinya.
"Gon, kalau kau mendengar suaraku, cukup kepalkan tanganmu lalu angkatlah ke atas dan tetaplah diam dan tenang seperti biasanya"
Gon yang mendengar tiba-tiba ada suara Lucia melalui kepalanya pun hanya tersenyum dan Gon langsung mengangkat tangannya.
Leorio dan Kurapika yang melihat Gon yang tiba-tiba tersenyum dan mengangkat tangannya itu pun langsung tersenyum mengerti.
Leorio : Sepertinya sudah dimulai ya. Hehehe...
Sedokan merasa sedikit aneh dengan sikap Gon, akan tetapi dia tidak mempermasalahkan itu. Sedangkan Lippo yang dari tadi memerhatikan Lucia mulai sibuk dengan pikirannya sendiri.
Lippo : (Peserta 100, sepertinya dia sedang mengunakan kekuatan Nen miliknya. Meskipun aku sudah menggunakan Gyo*, tapi aku tidak bisa mengetahui Nen apa yang dia gunakan sekarang, kekuatannya diluar dugaanku. Sungguh menarik. Hehehe...)
(Author : (Sekilas info tentang Gyo) Gyo atau bisa dibilang "fokus" adalah aplikasi lanjutan dari Ren* yang dengannya seorang pengguna Nen memusatkan porsi aura mereka yang lebih besar dari biasanya menjadi satu bagian tubuh tertentu. Ini meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang satu itu, tetapi membuat bagian tubuh yang lain lebih rentan. Gyo paling sering digunakan di mata, memungkinkan pengguna Nen untuk melihat aura dan konstruksi Nen disembunyikan dengan In* serta jejak aura yang begitu pingsan sehingga mereka mungkin pergi tanpa disadari sebaliknya.)
Lucia : "Lilin yang panjang yang kamu pilih nanti, tiba-tiba nyala apinya akan terbakar dengan sangat cepat dan bertambah kuat. Karena lawanmu sudah mengubah lilinmu. Dia menambahkan minyak di dalam lilinmu"
Gon : "Eh?"
Gon refleks melihat ke arah lilin yang ada di belakang Sedokan.
Gon : "Lalu kenapa kamu menyuruhku memilih yang panjang?"
Lucia : "Pilih yang manapun percuma. Dia sudah mengubah semua lilinnya. Dengar? Pada saat kamu menyalahkan lilinmu, angin kuat akan berhembus ke atas. Berhati-hatilah dan atur lilinmu supaya tidak padam, lalu pada saat anginnya sudah mulai mereda. Letakan lilinnya ke lantai dan cepat berlarilah ke arah lawanmu, dan tiuplah lilin lawanmu hingga padam. Mengerti?"
Gon : "Apa tidak apa-apa? Itu namanya curang, kan?"
Lucia menghembuskan nafasnya dengan pelan lalu berkata, "Gon, dia sungguh polos"
Leorio : Gon!! Dengarkan saja apa yang dikatakan Lucia!! (berteriak)
Gon menoleh ke arah Leorio dan terlihat cukup jelas wajah seriusnya berubah menjadi kebingungan.
Gon : Tapi...
Leorio : Sudahlah, lakukan saja!! (berteriak)
Kurapika hanya bisa tersenyum dengan teriak Leorio yang secara tiba-tiba itu. Sedokan yang dari tadi memerhatikan Gon dan teman-temannya pun merasa aneh.
Sedokan : (Apa yang direncanakan bocah-bocah itu? Bukannya tadi katanya mau berdiskusi? Kenapa tiba-tiba orang itu berteriak menyuruh mendengarkan Lucia? Siapa Lucia? Bukannya tidak ada yang berbicara dan dari tadi mereka diam saja? Tapi biarlah, setidaknya aku berhasil mengulur waktunya. Hehehe...)
Lucia : "Gon, dengar! Kamu tidaklah curang. Ini namanya pertarungan! Kalau kau tidak melakukannya, maka kamulah yang akan kalah. Lagipula..."
Gon : "Lagipula?"
Gon menatap Lucia dengan serius. Lucia tersenyum.
Lucia : "Lagipula bukannya lawanmu itu yang duluan bermain curang dengan memasukkan minyak di dalam lilinmu itu, benar?"
Gon : Ah, begitu ya... Benar juga ya!
Gon menatap Sedokan yang hanya tersenyum licik.
Kurapika : Aku penasaran apa yang kamu bicarakan dengan Gon.
Leorio : Benar. Aku tidak mengerti. Tapi firasatku mengatakan kita akan menang lagi (menyeringai)
Lucia : Kalian bisa tahu jika pertarungan dimulai nanti (tersenyum) Gon!! Kita mulai memilih ya! Teman-teman semuanya pilih bulat ya!
Gon mengangguk. Semua mulai menekan jam tangannya. Dan hasilnya langsung muncul dengan tanda (O -> 6 dan X -> 0).
Sebelum berdiri, dengan gerakan tangan yang sangat cepat dan tidak bisa ditangkap oleh mata, Sedokan menukar lilin normal yang panjang dengan lilin panjang lainnya yang sudah berisi dengan minyak. Dan Sedokan pun berdiri.
Sedokan : Ok. Kau dapat yang panjang dan aku ambil yang pendek (tersenyum licik)
Sedokan melempar lilin yang panjang ke arah Gon dan Gon berhasil menangkapnya. Gon memerhatikan lilinnya dengan sesakma.
Gon : (Apa benar didalamnya sudah diisi dengan minyak?)
Tiba-tiba tiang yang di dalamnya ada api yang menyala di setiap sudut lantai pada area pertarungan ini mulai bergerak turun.
Gon dan Sedokan masing-masing berjalan menuju ke arah sudut dan sudah berdiri tepat di depan tiang api. Baik Gon dan Sedokan mulai menyalakan lilin mereka secara bersamaan. Lilin mereka pun sudah menyala.
Lippo yang memantau mereka dari TV monitor tersenyum licik sambil menikmati biskuitnya.
Gon dan Sedokan kembali ke tempat masing-masing di tengah-tengah tepi area.
Lippo : (Hehehehe... Aku tidak tahu apa yang direncanakan oleh peserta 100 dan 405 itu. Tapi sepertinya akan menarik...) *sambil mengunyah biskuitnya*
Killua melihat ke arah jam yang ada di tangannya.
Killua : Lilin itu... Biasanya perlu berapa lama waktu yang diperlukan sampai lilin itu terbakar habis?
Kurapika : Mungkin sekitar lima sampai enam jam?
Tiba-tiba dari arah bawah angin berhembus dengan sangat kencang dan kuat ke arah atas. Gon langsung melindungi lilinnya dengan tangannya.
Gon : Aduh, bahaya... Hampir saja... (Sesuai yang dikatakan Lucia. Baiklah...)
Leorio : Angin kencang datang dari bawah ya, itu berarti kita harus memperhatikan langkah kita. Jadi kita tidak boleh lengah sedikitpun...
Angin masih berhembus dengan kencang. Gon masih memerhatikan lilinnya lalu kembali memerhatikan lilinnya Sedokan.
Sedokan : Hehehe... Jika kau tidak memperhatikan langkahmu lilinmu akan padam loh (tersenyum licik)
Gon : Aku tahu kau merencakan sesuatu yang buruk.
Sedokan : Aku tidak melakukan apa pun kok. Hehehe... (masih tersenyum licik) Soalnya...
Lucia : GON SEKARANG!!! (berteriak)
Sedokan tersentak dengan teriakan Lucia, dan dia pun langsung terdiam. Tiba-tiba angin pun mereda. Gon segera meletakkan lilinnya ke lantai. Sedokan memerhatikan Gon. Dia merasa aneh dan tidak melanjutkan perkataannya. Dan dia pun lengah karena tiba-tiba Gon sudah berada di depannya.
Sedokan : Cepat sekali! (kaget)
Lippo : Oh, kecepatan langkahnya sangat tidak terduga. Aku terkesan!
Sedokan tersentak kaget. Dia tidak sempat mengelak dan dia pun tidak menyangka dengan rencana Gon yang hendak langsung mendekatinya. Gon meniup lilin sedokan. Lilin sedokan pun langsung padam.
Sedokan : Aa!! (kaget)
Sedokan sangat kaget. Gon kembali melihat ke arah lilinnya. Lilinnya masih hidup dan tiba-tiba apinya berubah menjadi besar sehingga lilinnya meleleh dengan sangat cepat.
Gon : Wah, apa yang dikatakan Lucia benar, kamu curang ya menambahkan minyak didalamnya. Tapi meskipun begitu aku yang menang karena lilinku gak padam sedangkan lilinmu padam! (menyeringai lebar)
Gon menyeringai dengan sangat lebar sambil menunjukkan tanda peace dengan kedua jarinya.
Sedokan : Ugh! (merasa kebingungan)
Killua tersenyum lebar.
Leorio : Bagus! (senang) Lihat lilinnya Gon. Apinya bertambah semakin kuat!
Kurapika : Benar. Dia (Sedokan) mungkin menyembunyikan bubuk mesiu atau sesuatu yang mudah terbakar di dalamnya.
Killua : Untuk apa kalian membahasnya lagi. Gon sudah menang tuh (tersenyum)
Leorio : Be-benar. Hahaha...
Kurapika : Dari mana kamu mengetahuinya, Lucia?
Lucia : Paman itu (tersenyum)
Leorio : Eh?! Kamu pasti membaca pikirannya, ya?!
Lucia : Tidak. Paman itu yang mengatakan semuanya sendiri dengan jelas. Aku mendengarnya. Apa kalian tidak mendengarnya? *tersenyum* (Tentu kalian tidak mungkin bisa mendengarnya)
Kurapika dan Leorio hanya saling pandang tidak mengerti. Gon sudah kembali.
Gon : Hore!! Aku menang!! (senang)
Leorio : Kerja bagus, Gon!! Kita sudah dapat dua kemenangan!! (senang)
Kurapika : Benar, tinggal satu kemenangan lagi... *tersenyum*
Gon : Hehe... Ah, Lucia kekuatanmu itu sungguh hebat! Sebenarnya apa saja kekuatanmu itu?
Lucia : Rahasia. Hehe...
Killua : (Benar. Luci, dia berbeda dengan keluarga Zoldyck lainnya. Kekuatannya sangat special. Tidak ada yang mengetahui tentang kekuatan dia yang sebenarnya. Berkat itu, kita sering bergantung padanya. Ayah, kakek bahkan Illumi sendiri juga menginginkan kekuatannya) *melirik ke arah Lucia*
Lucia menyadari dan mendengar isi hati Killua, lalu dia tersenyum ke arah Killua.
Lucia : (Killua, maaf untuk saat ini aku belum bisa mengatakannya, tapi kau tidak usah khawatir karena aku akan selalu berada dipihakmu dan aku berjanji suatu saat nanti, kau akan mengetahui semuanya)
Lucia melihat ke arah Kurapika yang sedang asyik ngobrol dengan Leorio dan Gon.
Lucia : Ngomong-ngomong, Kurapika-san...
Semua yang ada disitu menoleh ke arah Lucia.
Lucia : Apa kau benci dengan laba-laba?
-Bersambung-
Don't forget for LIKE/FAVORITE AND COMMENT ❤