Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Naumi yang berasal dari desa dan pindah ke kota ke tempat tinggal kakaknya untuk melanjutkan kuliahnya dan mendapatkan pekerjaan di tempat yang sama namun perjalanan hidup Naumi tidaklah mudah, apalagi ketika Naumi akan menghadapi ujian semester 4 di fakultasnya orang yang paling dia cintai dan sayangi meninggalkan untuk selama lamanya. Naumi sempat terpuruk apalagi ayahnya sudah tak ada dan kakaknya sinta sudah berubah karena kesalahpahaman yang terjadi saat Naumi kecelakaan dan ditolong oleh seseorang dan ternyata dia itu pacarnya sinta.
Namaku Naumi, umurku 17 tahun rambutku panjang dan hitam, mataku besar, alis tebal hidungpun mancung, kulit kuning langsat. sekarang aku duduk di kelas 3 SMU di pasaman Barat sebuah daerah yang baru berkembang dimana udara nya masih sejuk dan belum diserang polusi.
Daerah tempat tinggal ku didominasi pohon sawit alias aku berada didesa dengan kwalitas udara bagus, yang disebut "plasma".
Dahulunya, daerah ini diresmikan oleh presiden Soeharto sebagai daerah bantuan kesejahteraan untuk rakyat desa agar hidup masyarakat bisa lebih baik ekonominya.
Disekolah aku termasuk anak yang selalu dikejar kejar cowok dari yang kaya, tampan, pintar sampai yang begopun gak mau kalah hebat bukaaan.. Hehehe padahal aku bukanlah gadis primadona kayak serly sahabatku dari SMP hingga kini. Kami selalu bersama ke kantin, ke pustaka bahkan ke toiletpun sering bareng saking lengketnya pertemanan kami orang suka bilang sikembar beda ibu.
Aku anak dari pak budi seorang petani yang memiliki sedikit sawit dan sebidang sawah untuk kelangsungan hidup kami sehari - hari, sedangkan ibuku seorang ibu rumah tangga biasa yang bernama aisah. Kami 3 bersaudara, kakak sulung ku seorang perempuan bernama sinta dia berada dikota dan bekerja sebagai salah seorang dosen di universitas daerah setempat, aku anak kedua dan adikku sibontot masih belajar sebagai murid sekolah dasar kelas 6 bernama rasyid.
Masa istirahat sudah habis bel tanda masukpun berbunyi menandakan aku harus bertemu kembali dengan guru yang membuat ku jengkel. Pak Rian itu nama guru fisika kami, aku benci tatapannya seolah olah mau memakanku. Pak Rian sebenarnya guru yang baik hati tampan tapi aku nggak suka perhatian yang berlebihan darinya. Gara gara pak Rian, aku pernah berantem sama serly karena salah paham. Uuh membosankan.
Bel berbunyi tanda jam pulang sekolah, aku berucap "ser aku duluan ya, mau pergi belanja dulu ke pasar disuruh ibu" ok jawab serly. Akupun berlalu menuju parkiran untuk mengambil motor metik ku, yaa walau bukan keluaran terbaru yang penting motornya masih bisa ku andalkan untuk membawaku ke sekolah dan pulang lagi dengan selamat.
Belum nyampe parkiran aku ketemu dengan Andre sianak mami yang tajir melinting, tampan sedunia, suka pamer dan digilai perempuan satu sekolah ohh ya Allah, lindungi aku dari macan yang satu ini.
Andre menggodaku biasalaah alay belaway yang kata katanya penuh gombal bikin sakit perut, cwihh.. Jengkelin.
Andre " naumiiii, mau pulangya? Aku anterin yuk sambil nyantai kita mampir dulu di warungnya bu inah tuu, kan romantis bla bla bla." sory dre, aku buru buru ditungguin ibu untuk bawain blanjaan dapur kataku sambil berlalu.
Dengan sigap aku pasang helm dan menstater motor ku trus" by Andre... Duluan yaaa".
Ketika nyampe pasar aku harus ngebeli semua yang dipesan ibu tadi pagi, " ok semua selesai" tapi perutku kenapa malah keroncongan saat melewati kedai bakso pak somad, cup cup cup peruut, sabarya aku markirin motor dulu baru kumanja dirimu. "Assalamualaikum pak somad, baksonya 1 ya, biasa ndak pakai rudal", "wa'alaykumussalam warohmatullah eeeh neng Naumi, tumben sendiri neng serlynya mana?" "oo aku tadi sendirian pak soalnya disuruh ibu belanja dapur ke pasar" "oh gitu, ini baksonya neng", "trimakasih pak".
Mataku langsung tertuju ke mangkok yang menggiurkan itu, bakso yang asap panasnya masih ngebul bikin keluar air liur, cek cek cek siapa yang tahan.
Tanpa kusadari ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasiku. Dia Elang anak semasa SMPku yang suka buat ulah sama guru, bukunya bersih tak berisi, sering masuk ruang BK, sering dihukum karena nggak bikin PR dan semua yang jelek ada sama dia tapi sebenarnya Elang anak yang baik, ganteng, kaya bayangin aja dulu aku kesekolah pakai sepeda Dia udah diantar jemput sopir.
Saat aku mau minum dan air sudah berada di mulutku, gelas sudah menyentuh bibir "hai Naumi, lama nggak ketemu, masih ingat aku?" aku menoleh, degg... Bresss aku tersedak kaget dan batuk batuk sehingga air yang dimulutku nyembur ke muka Elang si cowok kece jaman SMP. "Eeeelang," mataku melotot, terpana tanpa berkedip, hatiku berdegup kencang seperti sedang ada badai di dalamnya, ini nyatakan bukan mimpi? Otakku bertanya dan menjawab sendiri.
"Heei kok diam? Jangan bilang kamu ngerasa lagi mimpi, ini aku Elang bukan mimpi" katanya sambil ngelap mukanya dengan tisu akibat semburan minuman ku tadi, mukaku pasti merah karna dia bisa menebak apa yang ada dalam pikiran ku. "eh maaf Lang, aku kaget dan tak sengaja sambil tanpa sadar aku menempelkan tisu ke wajahnya dan mata kamipun beradu pandang.
Upz pak somad mendehem dan menyadarkan ku kalau ternyata Elang sedang memegang tangan ku di pipinya, dengan cepat aku duduk seperti semula.
"apa kabarmu Naumi ?"
"alhamdulillah, baik, kapan kamu kembali?"
"aku sudah dua hari disini dan mungkin aku akan pindah sekolah"
"kenapa?" tanyaku datar tapi hatiku bersorak senang.
"Mmmm aku benci tinggal di kota, orang tua ku sibuk dengan kerjaannya masing masing jadi kuputuskan pulang kampung aja dan tinggal sama nenek, kamu gimana apa sudah punya pacar?"
Bukkk aku seperti ditimpuk karung besar berisi batu yang menggores hatiku terdalam" belum" jawabku singkat. "Kamu sendiri gimana" tanyaku dengan hati hati tanpa melihat wajahnya. Elang mengambil nafas panjang dan menjawab "aku menunggu cinta SMPku" jawabnya yang membuat batinku terasa sakit.