Vina menemui wartawan-wartawan yang menunggunya di halaman. Ia tidak merasa takut sedikitpun. Apa yang ada di benaknya?
Luke duduk di sampingnya. Mereka berebut pertanyaan dengannya.
"Apa benar anda mengambil semua hak Nona Georgia?" tanya seorang wartawan.
"Jelaskan apa yang aku ambil!" tantangnya.
Aku mengamati dari ruang tengah. Ini akan rumit jika Vina salah bicara.
"Jika memang sekhawatir iru, mengapa tak menemaninya?"
Aku menoleh pada Sandra. Ia mengambilkan segelas wine.
"Artinya aku tak memercainya. Aku tak akan mengambil kembali kata-kataku Sandra."
Sandra tersenyum dan meletakkan gelas di depanku, lalu pergi keluar. Melihat dari kejauhan.
"Nyonya, anda merebut Tuan Immanuel dan semua harta yang menjadi bagian Nona Georgia. Rumah yang anda tempati saat ini adalah rumah milik Georgia. Anda juga mengambil alih semua asset milik Tuan Immanuel. Anda bahkan mengkalim kepemilikan saham di Sleep and See. Bukankah itu yang menyebabkan pertengkaran anda dengan Nona Georgia?"
Vina menatap tajam layar. Blizt kamera terus menyala. Siaran langsungnya menjadi trending topik di mana-mana.
"Kami menikah beberapa saat lalau, bahkan tanpa mengadakan sebuah pesta besar dan mengundang siapa pun. Bukankah Nona Georgia bercerai jauh sebelum Sleep and See menjadi seperti sekarang ini? Aku tak merebut apapun dari siapapun. Saat mereka bercerai, harusnya putusan pengadilan yang bisa menjelaskan apa saja yang mereka bisa dapatkan dan mana yang tidak. Lagi pula, saat itu kami juga tak saling mengenal. Jadi apa yang aku rebut?"
Wartawan itu berbisik satu sama lain mendengar jawaban Vina.
"Apakah anda tau, Nona Georgia melayangkan gugatan pada anda?"
"Tentu suratnya sudah sampai bahkan sejak aku masih berada di rumah sakit." Jawab Vina singkat.
"Anda menyerangnya terlebih dahulu dan Nona Georgia berusaha bertahan?" tanya wartawan itu lagi.
Vina menatap Luke sebentar sebelum menjawab.
"Benar!"
Suasana pun menjadi semakin kacau.
"Aku memang memukulnya dengan vas bunga. Tapi, aku memukulnya karena ia mencoba membunuh Hemel."
"Rekaman tidak menunjukkan apapun." sanggah seorang wartawan pria.
"Tentu saja, John memanipulasi dan membuat rekaman tidak berfungsi. Selain itu, ia juga membuat berita kebohongan menengenai putri Sandra. Semua orang di setting untuk tidak ada di rumah."
"Apa anda memiliki bukti?" tanya orang lain.
Vina menggeleng.
"Maka kami tidak bisa memercayai anda."
Luke terlihat emosi dan hampir bicara. Tangan Vina menghentikannya.
"Saya pun tidak meminta anda sekalian memercai saya." Jawabnya provokatif. "Jika kalian bertanya dan aku menjawab tapi kalian tidak percaya, bagiku tidak masalah."
"Maka itu artinya, nyawa anda hampir melayang karena kesalahan anda sendiri Nonya Hemel!"
"Benar semua karena salahku sendiri. Kesalahan terbesarku adalah, tak coba mengenal siapa Georgia atau bicara padanya. Aku hanya tahu, suamiku sudah resmi bercerai tanpa ada masalah apapun dalam perceraian itu. Maka jika suau hari aku melihat seseorang mencoba membunuhnya dan aku memukul pembunuh itu, maka itu salahku?"
"Jika memang begitu, mengapa suami anda tidak membela anda saat ini?"
Vina berdiri.
"Aku memang menikah dengannya, tapi bukan berarti harus bergantung dan memanfaatkannya setiap saat. Jika kalian menikah dan terus bergantung pada pasangan anda. Maka itu bukanlah pernikahan.
Hemel memercaiku, mengapa aku harus meminta bantuannya? Kepercayaan adalah hal yang mahal akhir-akhir ini.
Dan satu lagi, mulai hari ini aku adalah CEO Sleep and See. Aku mendapatkannya dari suamiku. Ia menyerahkan dan mempercayakannya padaku. Aku tak tahu apakah kalian semua menyukainya atau tidak, tapi itulah kenyataan. Selamat siang terima kasih."
Vina masuk ke dalam rumah. Wartawan-wartawan itu masih belum puas bertanya.
"Kau seperti megumumkan perang terhadap Georgia"
Ia tak menggubris dan langsung naik ke kamar.
"Ini bisa jadi hal buruk untuk kita semua." Kata Luke. "Ia terlalu, liar."
Aku tak bisa mengatakan apapun. Luke benar, ini akan jadi gawat.
Tak berapa lama, Vina kembali dengan pakian yang lebih formal.
"Kemana kau?" tanyaku.
"Sleep and see, aku akan menangkap dan segera menyelesaikan masalah ini." Jawabnya. Ia meminta Hilda mengantarnya. Sementara Luke menyarankan agar aku mengehentikan Vina.
Aku tak akan menghentikannya.
Di Sleep and See, Vina meminta Angela mengumpulkan semua orang. Semua pemegang saham dan para petinggi. Aku beruntung akses ke semua Sleep and See masih ada apadaku. Aku bisa memantau semuanya dari ini.
"Semua sudah datang?" tanya Vina mengawali. Angela berdiri di belakangnya.
"Wao, wanita ini berhasil mendapatkan semua dari Lux. Wanita busuk macam apa ini?",sindir seorang pemegang saham yang merupan istri dari sorang Jenderal besar.
"Lihat gaya dan aromanya membuatku muak."
Lera Truxbell memang wanita yang banyak bicara. Saat aku di sana pun ia tak segan untuk ribut denganku. Ia merasa memiliki dunia di bawah kakinya.
"Nonya Truxbell, sangat terkesan dengan pidato anda barusan. Tapi aku di sini untuk memngumunkan satu hal." Jawab Vina.
"Bahwa kita bangkrut karena ulahmu?" sela seorang pria tua tepat di depan Vina, Tuan Panzi.
"Aku umumkan, siapa saja yang membuat perjanjian untuk bersedia membunuh orang-orang tertentu dalam program yang kita miliki, maka aku akan membuatnya angkat kaki dan mendekam ke penjara."
Nyonya Trux tertawa terbahak-bahak.
"Anak kecil! Tau apa kau tentang hukum? Aku jauh lebih tua dan berpengalaman dari pada kau!"
Pemegang saham termuda tak terpengaruh sedikit pun dengan kata-kata Nonya Truxbell. Ia terlihat mencoba untuk membaca pikiran Vina. Sedangkan lainnya, mencemooh Vina.
"Aku setuju denganmu" kata pemegang saham termuda itu.
Vina menoleh ke arahnya. Ia berdiri dan mengahampiri Vina. Pria itu berdiri di sampingnya seolah membantunya.
"Aku Liong Tsue, senang bertemu denganmu." Pria itu menjabat tangan Vina.
"Aku memiliki 10% dan Nyonya Immanuel memiliki 55 %, kalian tentu bisa menghitung berapa jumlah totanya."
Nyonya Trux mengegebrak meja dan berdiri.
"Brengsek kau Tsue! Kau dan ayahmu sama saja.Ku kira setelah ayahmu meninggal, kau memiliki sifat lebih baik. Ternyata aku salah!"
Liong Tsue menggeleng.
"Nyonya, aku sudah muak dengan semua tingkahmu. Kau menjebak, An Rue dan memakainya dalam percobaaan pembunuhan. Di mana hati nuranimu? Suamimu akan segera pensiun dalam hitungan bulan. Kau tak bisa terus berlindung di baliknya."
An Rue? Aku ingat, dia adalah wanita dari kantor kami di Jepang. Anak itu, menderita down syndrome. Orang tuanya sudah tak sanggup lagi. Maka mereka membawanya ke Sleep and See di Jepang. Namun, ia meninggal setelah bulan ketiga.
Rumor yang beredar, Salah seorang pengasuhnya datang dan memohon agar anak itu di bunuh. Alasannya, karena setiap hari An Rue memperoleh siksaan dari ayah dan ibunya.
"An Rue? Kau kekasihnya ha?"Ejek Nyonya Truxbell. "Pantas saja, kau sama tololnya dengan anak itu."