"Nyonya Truxbell, awas mulutmu!" Bentak Tsue.
Semua orang diam dan kaget.
"Liong Tsue, bukan orang yang bisa kau provokasi. Aku memang tak memilki kekuasan besar seperti suamimu. Tapi aku yakin, kau pasti tahu, bahwa aku bukan orang yang bisa kau ajak ribut."
"Kau dan suamimu memeras beberapa perusahaan kami. Aku sudah mengupulkan bukti. Tas, jam tangan bahkan perhiasan yang kau pakai. Semua itu kau dapatkan cuma-cuma.
Tak cukup dengan memeras, kau bahkan membuat department sendiri untuk urusan pembunuhan illegal di Sleep and See. Kau lah yang menjamin program itu.
An Rue, adalah keponakanku. Ayahnya depresi dan ibunya hampir bunuh diri saat ia meninggal. Aku pun terkejut. Bagimana perushaan sehebat kalian bisa melakukan kesalahan yang menyebabkan seseorang terserang jantung. Gossip yang beredar adalah pembunuhan yang diminta oleh pengurusnya. Tapi sebenarnya, kaulah yang ingin mencoba mempraktikkan pembunuhan itu.
Kau membayar susternya. Dan membuat suster itu bungkam. Tapi tak lama kemudia, kau juga membunuh suster itu agar tak ketahuan.
Kau sukses membuat pembunuhan terlihat alami. Kesuksesan membuatmu semakin berani dan kau mencentuskan depertement HEALING TRILL k hampir disemua cabang Sleep and See di seluruh dinia. "
Truxbell membisu lemas dan ia terduduk.
Vina menoleh ke orang itu.
"Apa tujuanmu Tuan Tsue?" tanya Vina.
"Aku ingin menyeret Nyonya Truxbell ke pengadilan."
Nyonya Truxbell kembali tertawa. Entah apa yang ia tertawakan saat ini. Orang diseberangnya mencoba untuk membuatnya berhenti.
"Tanpa bukti, omonganmu hanya bualan Tsue." Tantang Truxbell. "Dan lagi, aku bukan satu-satunya orang yang akan terseret jika kau membawaku ke pengadilan."
Dengan percaya diri Tsue menjawab.
"Tentu, Tuan Panzi dan Tuan Marlo juga akan aku bawa. Tak kalah penting aku juga akan membawa Tuan Kalleb. Aku berada di sini dan mencari bukti secara diam-diam. Tak kusangka, akhirnya Vina datang dan menantang kalian."
"Aku tak terlibat apapaun." Sela Kalleb. Kau bisa buktikan dan jika ternyata aku tak bersalah, aku akan membuatmu mendekam di penjara.
"Tuan Kalleb. Kau pasti lupa, ada banyak CCTV di mana pun kita berada saat ini. Kau pernah pergi ke sebuah resort untuk menandatangani sebuah perjanjian. Sialnya, Resort itu terdaftar atas nama kami. Bersiaplah"
"Kau! Aku akan menuntutmu atas dasar penyadapan."
Suasana mulai ribut.
"Cukup!" Bentak Vina. Seketika ruangan berhenti.
"Bekerja samalah. Akui apa yang harus kalian akui, aku tidak akan mempersulit hidup kalian. Kalian punya waktu dua kali dua puluh empat jam untuk berfikir. Tak peduli siapa yang mulai,siapa yang salah. Cukup beri aku pengakuan. Kita akan cari jalan keluar terbaik." Jelas Vina.
"Jika,tidak satu pun mengakui. Aku yang akan menyeret kalian keluar dari ini hidup-hidup. Sekian dan terima kasih. Kalian boleh pergi."
Seperti terhipnotis, satu persatu orang-orang itu pergi. Mereka tampak cemas.
"Kau?" tanya Vina.
"Aku?"
"Benar, jika kau tahu mereka semua melakuakn hal tidak benar, mengapa diam saja sebelum ini? Dan lagi apa tujuanmu sebenarnya."
"Benar-benar seperti rumor yang ku dengar. Nona Vina, tidak nyoya Immanuel adalah orang yang tidak bisa percaya pada orang dengan mudah. Kenapa ? Apa kau tak percaya padaku?" tanya Liong Tsue.
Vina mengamat-amati pria itu. Ia menyilankan tangannya.
"Tidak"
Liong Tsue, tertawa kecil.
"Ayahku baru saja meninggal, besuk adalah peringatan satahun kematiannya. Kau bisa datang dan kita bisa bicara banyak hal jika kau mau." Kata Liong.
Ia mulai berjalan meninggalkan ruangan.
"Aku menemukan beberapa catatan ayah belum lama ini. Jika kau tertarik, kau bisa datang. Aku akan mengirim seseorang untuk menjemputmu, Vina"
Pria itu tersenyum dan pergi meninggalkan ruangan, kini tersisa Vina dan Angela.
"Apa pria itu bisa dipercaya?" tanya Vina.
Angela tak membenarkan tapi juga tidak mengatakan bahwa ia tak bisa dipercaya.
"Aku mengerti. Ayo! kita cari siapa orang-orang yang diam-diam menjadi anggota department HEALING TRILL."
"Baimana caranya?"
Vina tak menjawab dan langsung menemui bagian HRD.
"Penny, kau punya dua pilihan. Mengikutiku atau berhenti bekerja."
Penny, yang merupakan Kepala HRD terbungkam seketika. Kunjungan Vina sudah cukup membuatnya terkejut ditambah ancaman.
"Nyonya, apa yang anda bicarakan. Aku tak mengerti."
Vina menjelaskan singkat.
"Jika kau tak ingin mengatakan apapun yang aku ingin ketahui, maka aku akan membuatmu berhenti hari ini juga."
Penny ketakutan. "Baik Nonya, apapaun yang nyonya inginkan."
Angela menyerahkan selembar kertas. Penny mengambil dan membacanya.
"Aku tak mengerti" kata Penny
"Ini adalah hal-hal yang harus anda laporkan sebelum pulang. Kami ingin tahu, semua data karyawan yang masuk dalam Healing Trill."
"Healing apa?" tanya Penny.
"Healing Trill, pengeksekusi. Mereka yang melakukan pembunuhan diam-diam pada para client." Jelas Angela.
"Nyonya, tidak ada seperti itu disini! Aku bersumpah!" Rengek Penny.
"Aku tak peduli, cari tahu dan aku ingin kau memberikan daftarnya sebelum kau pulang."
"Tapi bagimana?" tanya penny.
"Nyonya Penny, kau adalah manager HRD. Kau bisa mencari bersama staff dan gunakan otakmu! Selamat Siang."
Angela dan Vina meninggalakan Penny dalam keadaan bingung, entah apa yang akan ia lakukan. Setelah mereka pergi, ia menelpon seseorang.
"Tuan Kalleb, aku butuh bantuanmu." Kata Penney sambil berbisik.
"Katakan Nyonya Penny, apa yang bisa aku bantu."
Mata Penny terbelalak.
"Nyonya Vina?" tanya Penny lagi.
"Benar, aku adalah CEO saat ini. Panggilan ke Tuan Kalleb akan otomatis masuk ke handphone ku. Jika kau masih saja bersi keras tak mau buka mulut, kau tahu akibatnya!"
Sambungan tertutup. Seketika itu, Penny terlihat pucat. Ia mengutak-atik computer di depannya. Sepeti putus asa, ia mematikan komputer dan beranjak keluar.
"Ada yang harus kalian kerjakan sekarang" , katanya memberi pengumuman pada departemennya.
"Semua berkumpul dalam lima menit."
Vina, kau berhasil membuat Penny ketakutan. Katakan, kejutan apa lagi yang bisa kau berikan padaku.
"Tuan, Moore?" tanya Vina pada kepala Pengembangan Perangkat Lunak.
"Nyonya?" ,tanya Tuan Moore sambil berdiri.
"Apa ada yang bisa saya bantu?"
Vina mengamati layar-layar yang ada di meja Tuan Moore. Semua berisi kode yang ia tak pahami. Dengan pembawaannya, semua orang hanya berfikir Vina bukan tak mengerti dia memilih untuk tidak mengerti.
"Bagaimana kabar istri anda?" tanya Vina. "Ku dengar ia sedang berada di rumah sakit dan membutuhkan banyak biaya."
Moore terkejut. "Benar Nyonya, dari mana anda tahu?"
Vina tersenyum.
"Aku akan membantumu, tapi tolong bantu aku." Kata Vina. Kali ini ia berkata dengan lembut.
"Tentu, aku akan membantu anda. Bahkan jika anda tak membantu istri saya pun, sebagai karyawan saya akan tetap membantu anda."
Vina terlihat senang.
"Aku ingin, kau menyelidiki beberapa kasus." Angela memberikan selembar kertas.
"Aku yakin, kau juga hacker yang hebat. Aku butuh bukti tak bergerak."
"Aku mengerti, aku akan berusaha sebaik mungkin."