"Mau kemana kita hari ini?" tanya Mama Erika dengan senyum manisnya.
"Ma, ayo Selo ajak ke tempat bagus, Mama bisa belanja sepuasnya." ucap Selo dengan semangat.
"Baiklah sayang, Mama ikut kemanapun." Mama sangat senang karena putra bungsunya mau menemani dia berbelanja.
Sedang Sean dan Jessika hanya terdiam. Mereka sama sekali tidak berkomunikasi di depan umum. Sean mengikuti apa yang Jessi katakan. Jessi tidak mau orang lain tau tentang hubungan mereka. Sean terus bungkam karena ingin Jessi selalu bersamanya. Sean tidak mau Jessi pergi meninggalkan dirinya. Karena itu Sean akan selalu diam dalam kesabarannya.
"Uhuk uhuk." Jessika tersedak.
Sean dan Selo terkejut dan mereka langsung memberika air kehadapan Jessika. Sean dan Selo memberikan air secara bersamaan. Dan itu membuat Jessi terdiam harus memilih air yang mana. Mama Erika dan Papa Damian terkejut melihat reaksi Selo dan Sean. Ko mereka bisa bersamaan memberikan air kepada Jessika.
Jessi langsung mengambil air yang ada di tangan Selo. Air itu ia teguk dengan cepat. Selo tersenyum dengan manis. Sedang Sean menyimpan kembali gelasnya. Hati Sean bergetar rasanya sangat sakit. Bahkan segelas air putih pun enggan Jessika terima dari Sean di depan umum. Sean merasa sangat kecewa. Dirinya harus bersabar mengahadapi rasa cemburu yang memburu jiwanya.
"Jangan makan terlalu cepat, tidak ada yang akan mengambil makanamu." Selo terkekeh. Dan Jessi masih terus makan.
"Jessi memang gampang tersedak, Selo?" Ucap Papa Damian sambil mengelus pundak sang buah hati kesayangannya.
"Ia Pa, Selo lupa ." Selo ternyum dengan manis.
Sean masih terdiam dengan semua kekecewaan yang ia rasakan dalam hatinya. Dia tidak berdaya dengan statusnya. Sean terdiam dengan mata yang memburu.
"Papa mau ikut kita?" Tanya Jessi.
"Kemana sayang?"
"Ke mall untuk berbelanja."
"Sepetinya Papa tidak bisa ikut sayang.
"Kenapa Pa, padahal Jessi mau berbelanja beberapa oleh-oleh untuk Malika dan Mama." ucap Jessika.
"Papakan kesini untuk meeting penting sayang, kamu harus mengerti ya sayang!" ucap Papa sambil mengelus rambut sang buah hati.
"Hmm." Jessi terdiam dengan wajah yang menekuk.
"Jangan Manyun begitu sayang, kan malam sore hari kita masih bisa berkumpul untuk makan malam!" ucap Papa.
"Iya Pa." Jessi lalu memeluk sang Papa. Jessi sangat sayang kepada papanya. Dia tahu dengan jelas di dunia ini dia hanya punya Papa saja.
"Kita belanja saja sayang, jangan ganggu Papa kamu?" ucap Mama Erika sambil menatap Jessi yang begitu manja kepada Papanya.
"Baiklah Mama," ucap Jessi dengan senyuman manisnya.
Mereka lalu melanjutkan untuk menyantap makananya. Dan setelah itu mereka langsung pergi berbelanja. Mama Menggandeng tangan Jessi dengan lembut. Sedang Selo dan Sean mengikuti di belakang. Mama Erika berbelanja sangat banyak. Sedang Jessi hanya beberapa. Dia hanya beli oleh-oleh untuk Mama Eliza dan Malika.
Jessi mulai berjalan dengan pelan. Sepertinya perutnya terasa sakit kembali. Mama masih sibuk berbelanja dan Selo membantu Mama membawa barang. Sean terus memperhatikan langkah Jessi. Sean begitu khawatir Jessi mulai kelelahan.
"Sayang, ada apa?" Bisik Sean.
"Ah, sakit kak!" Ucap Jessi mulai kesakitan. Dan secara tiba-tiba saja Jessi pingsan. Sean begitu terkejut karena Jessi pingsan. Sean langsung menggendong Jessi.
"Mama, Selo!" Teriak Sean. Namun Mama dan Selo tidak mendengar. Sean lalu langsung menuju ke luar dari mall. Dia mencari sebuah taxi dan akhirnya dapat. Sean meminta supir taxi untuk segera mengantar dia ke rumah sakit terdekat.
Selama perjalanan Sean begitu cemas. Jessika masih pingsan. Sepertinya dia sangat kesakitan sampai pingsan seperti itu. Sesampainya di rumah sakit. Sean lalu bergegas membawa Jessika ke Instalasi gawat darurat (IGD). Alhirnya Jessi bangun dari pingsannya.
"Kamu tidak apa-apa kan sayang?" Tanya Sean cemas.
"Sakit kak perutku, Papa mana?" Tanya Jessika. Belum aku telepon.
"Selo sama Mama?"
"Belum juga sayang, sabar ya ,akan segera aku kabari mereka." Sean lalu menelepon Papa Damian lalu menelepon Mama. Mengabarkan bahwa Jessika masuk rumah sakit.
Papa sangat terkejut mendengar kabar dari Sean. Dan sengat segera Papa meninggalkan meetingnya dan segera berangkat ke rumah sakit yang telah Sean katakan. Mama juga terkejut. Mama tidak menyangka dia akan lupa waktu saat berbelanja sampai tidak mendengar teriakan Sean. Mereka lalu segera menuju ke rumah sakit.
"Sayang, jangan sakit terus, akukan jadi sangat cemas!" Selo mengecup punggung tangan Jessi dengan lembut. Jessi hanya terdiam. Perutnya masih terasa sakit. Dan sakitnya sangat tidak tertahankan.
"Sakit banget kak." Jessi merintih lagi.
Suster lalu datang datang dan memasangkan cairan intra Vena untuk Jessi. Lalu memberi Jessi beberapa suntikan. Sehingga dalam setengah jam Jessi bisa sedikit tenang. Karena rasa sakitnya berkurang.
Beberapa saat kemudian Papa Damian datang di ikuti oleh Mama Erika dan Selo. Mereka terkejut Jessi sakit.
Dokter lalu memanggil Tuan Damian untuk berbicara. Tentang diagnosis penyakit yang di derita Jessi. Papa damian lalu datang ke ruangan Dokter penyakit dalam. Dan ternyata Dokter mengatakan bahwa Jessika menderita sebuah penyakit yang mengharuskan dia segera dioperasi. Papa Damian terkejut. Dia tak bisa berkata apapun.
Bersambung