webnovel

Rooms

"Aku dimana?" Tanya Yukina yang sedang melihat sekelilingnya.

Yukina berjalan-jalan, dan ia melihat anak-anak tangga yang naik ke atas secara memutar.

Yukina melihat ujung atas tangga,

"Sangat tinggi, hampir tidak terlihat ujungnya." Kata Yukina.

Yukina berjalan ke arah sebaliknya lagi.

Di bawah kakinya, ada sebuah kaca besar, ia melihat kaca itu.

"Aneh." Pikirnya.

"Aku tidak paham, apakah ini?" Tanya Yukina.

.

.

"Huhuhuhuhuu!"

"Suara itu lagi!" Kejut Yukina.

"Begini saja, kalian akan kuberi waktu yang banyak, jika kalian terlambat, Togata Kurosaki akan kita bunuh."

Semuanya mendengar suara itu, dan semuanya terkejut.

"Dan juga, yang bisa naik ke atas hanyalah Katsumi Kurosaki, adiknya. Biarkanlah adiknya menyelamatkan kakaknya."

Lalu suara itu hilang.

.

.

"Tch, dasar!" Keluh Yukina.

Yukina berdiri di depan tangga, mereka semua tidak bisa menyentuh tangga itu, kecuali Katsumi.

"Lalu, kita harus apa. Mungkin aku akan memeriksa kabar yang lain." Pikir Yukina.

Yukina berusaha untuk merasakan udara yang berada di sekitarnya.

"Yang lain melawan musuh ya.."pikir Yukina.

.

.

"Aargh..musuhnya banyak sekali!" keluh Rheinalth.

"Benar, tadi hanya satu!" Balas Ermin.

"Hihihihihi! Kalian lemah, lemah sekali!" Kata seorang gadis kecil.

"Bagaimana ini? Dia bisa pecah jadi 3.." kata Ermin.

"Hahahaha! Biar kuberitahu satu hal, kalian tidak bisa menyentuh tangga putar itu, tetapi kami bisa. Kami bisa menghancurkannya kapanpun!" Kata gadis itu.

Ermin dan Rheinalth terkejut.

"Kalau begitu.." kata Ermin ketakutan.

"Benar, jika kalian kalah, anak tangga itu bisa aku hancurkan." Kata gadis itu. Lalu gadis itu tertawa.

"Kalau begitu, ayo Ermin! Kita lindungi!" Kata Rheinalth sambil menggenggam kedua tangannya. Udara dingin keluar dari kedua tangannya.

Ermin menggenggam kedua tangannya juga, aliran listrik menyambar-nyambar dari kedua tangannya.

Gadis itu tertawa.

"Frozen!" Teriak Rheinalth.

Seluruh ruangan itu dibekukan.

Kaki gadis itu dibekukan.

"Aah?" Kejut gadis itu.

"Baiklah! Thunder smash!" Teriak Ermin sambil memukul anak itu.

Anak itu tersambar, dan ia pun terjatuh pingsan.

"Begitu saja?" Tanya Ermin.

"Aaah? Hahahaha!"

Tiba-tiba Ermin dijatuhkan.

"Ermin!" Kejut Rheinalth.

Gadis itu mengeluarkan sebuah pisau.

"Huhuhuhuhuu... matilah!" Kata gadis itu.

"Ice barrier!" Teriak Rheinalth.

Sebuah perisai es melindungi Ermin.

Pisau itu tertancap pada perisai es itu.

Gadis itu melihat ke arah Rheinalth.

Gadis itu tersenyum kejam.

"Aku paham sekarang... kamu seharusnya lebih kuat dari ini, tetapi mengapa kamu menyembunyikannya?" Tanya gadis itu.

Gadis itu melompat, dan menghilang.

"Tch, dimana dia?" Keluh Rheinalth.

Rheinalth berlari ke arah Ermin dan membantunya.

"Maaf, Rheinalth, aku lengah." Kata Ermin.

3 gadis berkumpul di depan mereka.

"Mereka pecah menjadi 3 lagi.." kata Ermin.

Gadis itu menjadi satu lagi.

Gadis itu menerjang mereka.

.

.

.

"Junko, akhir-akhir ini kamu sedikit aneh." Kata Denzel.

"Eh? Aneh?" Kejut Junko.

Di dalam diri Junko, sebenarnya dia itu bukan Junko, tetapi Haruka.

"Apakah ia menyadari bahwa aku bukanlah Junko?" Pikir Haruka yang adalah Junko.

"Ya, aneh, kelakuanmu jadi aneh.." kata Denzel.

"Ya.. aku ingin agar tidak menyusahkan Denzelku." Kata Junko.

"Hm? Aku tidak terganggu dengan kelakuan biasamu kok. Tidak apa-apa." Kata Denzel sambil tersenyum padanya.

"Begitu ya..." jawab Junko.

Junko tersenyum, dan ia berkata,

"Aku mencintaimu, Denzel."

Denzel tersenyum,

"Aku tahu, kamu sudah mengatakannya lebih dari 50 kali."

"B-Begitu?" Kejut Junko.

Denzel memegang dahi Junko,

"Kamu sakit ya? Sepertinya kamu jadi hilang ingatan." Katanya.

"T-Tidak... aku tidak apa-apa.." kata Junko.

Mereka pun berjalan-jalan.

Lalu mereka berhenti. Mereka melihat sebuah sosok lelaki.

"Techno?" Kejut Denzel.

"Denzel lagi... lama tak jumpa." Kata Techno, lelaki itu.

Techno pernah muncul sebentar pada saat mereka melawan Rei.

"Jangan lari lagi ya, Techno." Kata Denzel. Denzel mulai mengeluarkan hologramnya itu.

"Seharusnya aku yang bilang begitu." Jawab Techno dingin.

Techno menciptakan sebuah mesin pada tubuhnya.

"Ayo, Denzel, kerahkan semua kekuatanmu! Ini adalah hasil latihanku sejak aku bertemu denganmu!" Kata Techno.

.

.

.

"Aduh, aku terpisah dari yang lainnya.." keluh Ardolph.

Ardolph melihat sebuah sosok lain.

"S-Siapa?" Kejut Ardolph.

"Ardolph...." panggilnya.

"Kamu mengenalku?" Kejut Ardolph.

"Tentu saja.." jawabnya.

"Siapa ya? Aku tidak tahu.." kata Ardolph.

"Aku adalah..."

.

.

.

.

Sementara itu, di asrama,

"Hm? Ada apa itu?" Tanya Amiko.

"Menara?" Kejut Aino.

"Aku akan mengunjungi Kurosa sebentar." Kata Amiko.

Saat Amiko pergi ke asrama Kurosa, tidak ada seorangpun di dalamnya.

"M-Mereka dimana?" Kejut Amiko.

"Jangan-jangan... mereka ada di dalam menara itu?" Tanya Tenji.

"Hm... aku harus memeriksanya!" Kata Amiko yang bergegas masuk ke dalam menara.

"Ei, tunggu!" Kejut Aino.

Aino dan Tenji menyusul Amiko.

.

.

.

"DUUUH! MENGAPA DENGANMU?!" Keluh Alfred.

"AKU JUGA TIDAK TAHU!" Balas Alvina.

"DASAR! KAMU SENDIRI YANG JATUH!" Balas Alfred.

"SALAHMU JUGA YANG BERDIRI DI SANA!" Balas Alvina.

"Ey, hati-hati, jika kalian bertengkar begitu terus, nanti kalian jadi jodoh lho, hehehe."

"OIII MANA MUNGKIN AKU SAMA SI API MENJENGKELKAN INI?" Balas Alfred.

"AKU JUGA TIDAK MAU DENGAN SI MACAN TUTUL KECIL INI!" Balas Alvina.

"APAA? MACAN TUTUL?!" Kejut Alfred.

"Sudahlah.. kalian ini... benar-benar serasi."

"HOII, DIAMLAH! KAMU TIDAK TAHU APA-APA!" Teriak Alvina.

"Uuh.. dasar.."

.

.

"Aku di mana? Aku terpisah.." kata Nera khawatir.

"Aku hampir mengenai Ardolph tadi, tetapi sekarang aku sendirian.." pikir Nera.

"Ardolph! Yukina! Denzel! Junko!" Panggil Nera, tetapi tidak ada yang menjawab.

"Benar-benar tersesat ini.." pikir Nera.

Nera terus memanggil nama teman-temannya itu.

.

.

"ASUKAAAAAA, HUAUAAAAAAAA!" Tangis Kurosa.

"Apa sih?" Keluh Asuka.

"AKU LAAPAAAR!" Keluh Kurosa.

"HAAH?!" Kejut Asuka.

.

.

"Aduh.." keluh Alexa.

"Tadi tangan Luciana terlepas dariku." Keluh Osamu.

"Baiklah, kita harus memeriksa keadaan sekitar.." kata Aerum.

"Light!" Katanya lagi.

Gelombang cahaya muncul darinya dan menerangi semua ruangan.

"Dengan begini, tidak ada yang tidak terlihat." Kata Aerum.

.

.

"Kakak.." kata Name takut.

"Tidak apa-apa... jika kita di dalam bahaya, kakak berjanji akan menyelamatkan kita." Kata Nomu.

"Kakak?" Tanya Name.

"Ya, aku, maupun kak Yukina, maupun kak Ardolph, maupun teman-teman kakak yang baik hati itu." Kata Nomu.

"Baiklah.." kata Name tenang.

.

.

"Duuuh" keluh Yukina.

Yukina duduk di atas lantai.

"Mana musuhnya?" Keluh Yukina.

次の章へ