webnovel

Perpustakaan

Aku, Leta, dan Leo mengikuti Ilos yang berjalan menuntun kami ke ruang makan.

Levi sedang berkutat dengan hologram-hologram canggih yang melayang di udara di depannya. Sedangkan Vynete, dia tampak sibuk dengan menu sarapan.

"Ah! Kalian sudah datang," sambut Vynete. "Duduk saja. Sarapan akan disajikan sebentar lagi."

Kami duduk. Leo tampak menatap hologram di depan Levi dengan tatapan terpesona.

"Ah!" Vynete meletakkan mangkuk-mangkuk berisi makanan. "Kamu pasti tertarik, kan?"

Leo menatapku. Aku segera menerjemahkan ucapan Vynete.

Leo mengangguk.

"Itu sekedar surat kabar harian," jelas Vynete. "Sesungguhnya, tidak ada berita menarik."

Aku menerjemahkannya lagi.

"Hari ini, aku akan mengantar kalian ke Bagian Pengaturan dan Pengawasan Lorong Koordinat di sekitar Gedung Dewan Kaum," ucap Levi sambil menghilangkan hologram-hologram di depannya.

"Dengan apa kita ke sana?" tanyaku. "Uhm... lorong koordinat, kan, lagi berantakan akhir-akhir ini."

"Naik kendaraan pribadi," jawab Levi.

"Berhenti mengobrol dan mari makan," potong Vynete. "Kasihan sekali Ilos jika dia harus terlambat."

Kami bergegas makan.

Sebenarnya, aku ragu memakan makanan yang ada di mangkuk ini. Itu adalah bubur kental sehitam arang.

"Makan, Na..." ucap Leo. "Rasanya kayak bakso, loh."

"Iya, Na," Leta menyetujui. "Kalo punyaku, sih, rasanya kayak batagor di kantin sekolah."

Aku menyuap bubur itu. Rasanya tidak buruk-buruk amat. Mirip seperti rasa sup asparagus yang selalu Mama buat ketika aku sakit.

Kami menghabiskan makanan kami. Bahkan, si Leo tanpa malu meminta nambah seperti Ilos.

Setelah sarapan, aku dan Leta membantu Vynete membersihkan alat makan. Sedangkan si Leo menemani Ilos bermain.

Vynete bersiap menemani Ilos berangkat ke sekolah.

"Ucapkan 'sampai jumpa' kepada kakak-kakak, ya," ucap Vynete.

"Sampai jumpa," Ilos melambai-lambai.

Setelah mereka pergi, kami bersiap untuk pergi juga.

Transportation Board adalah kendaraan pribadi khusus 1 orang di dunia ini. Berbentuk seperti papan bulat pipih, terbuat dari logam ringan yang bisa dilipat hingga seukuran saku. Ketika dinaiki, papan itu akan bersinar bagai rembulan.

Kami menaikinya. Yang sulit ketika menaiki papan ini adalah menyeimbangkan agar papan ini tetap berdiri tegak, tidak terbalik.

Leo dan Leta harus jatuh berkali-kali.

Akhirnya, Leta terpaksa mengendarai sambil berpegangan tentangku.

Ketika kami melintasi hologram luar biasa besar, hologram itu sedang menampilkan berita.

"Sebuah hewan aneh ditemukan jatuh dari langit kota tadi malam," ucap sang pembawa berita. "Sejenis dengan harimau, tapi jauh lebih kecil. Hewan itu ditemukan di sebuah rumah rembulan. Sangat kebetulan, rumah itu sedang kosong, sehingga tidak ada korban jiwa dalam insiden ini."

Transportation Board yang kami naiki berhenti sejenak.

Levi memandang kami dengan menyelidik.

"Sungguh, apa kalian hanya oramg kaum ini yang tersesat oleh kekacauan sistem lorong koordinat?" tanya Levi memastikan.

Aku menghela nafas.

"Tidak," Aku menggeleng. "Kami bukan berasal dari kaum ini. Kami dari jauh sekali."

"Seolah berasal dari masa lalu," sambung Leo.

"Itu mengapa pakaian awal kalian kuno dan kedatangan bersamaan dengan hewan aneh itu," gumam Levi. "Kita berganti tujuan."

Transportation Board yang kami naiki berbelok tajam, mengganti arah tujuan.

"Kita mau dibawa kemana, Na?" bisik Leta takut.

"Aku enggak tau, Let," Aku menggeleng pasrah.

Kami tiba di gedung yang dikelilingi patung burung itu.

Kami menjejak di sebuah ruangan melingkar tinggi dengan rak-rak menempel di dinding, tabung-tabung tersusun rapi, hologram-hologram untuk mengakses peminjaman buku, mesin-mesin berbentuk tangan untuk mengambil juga mengembalikan buku, bilik tabung besar di tengah ruangan untuk mengambil kudapan, dan 2 bilik tersembunyi untuk kamar kecil.

Seorang wanita paruh baya menghampiri kami.

"Oh, itu kau rupanya, Levi," ucapnya ramah. "Ada apa kamu kemari? Dan siapa mereka?"

"Mereka hanya saudara dari jauh, Lan," jawab Levi. "Aku kemari untuk menemui V. Apakah dia sudah datang?"

"V baru akan datang 1 jam lagi, Levi," jawab Lan. "Aku harap kamu bisa menunggu di salah satu tabung membaca."

"Baiklah," Levi mengangguk.

"Terima kasih atas pengertiannya," Lan tersenyum. "Aku akan memberitaumu jika V telah datang. Selamat membaca."

Transportation Board yang dinaiki Lan membumbung tinggi, atap merekah dan Lan lenyap setelah atap kembali menutup.

Levi menuntun kami ke tabung paling pojok.

Tabung itu seperti terbuat dari "kaca anti peluru" yang buram. Kalau dari luar memang terkesan sempit. Tapi, ketika masuk luas sekali.

Pintu mendesing menutup. Tirai sewarna langit malam bergeser menutup dengan sendirinya. Lantai tabung berupa karpet lembut. Ada 4 pintu di dinding yang baru saja terbuat.

Levi menggeser salah satu pintu naik, memperlihatkan sofa yang cocok untuk tidur lengkap dengan bantal dan selimut.

"Ini perpustakaan paling modern sepanjang masa," puji Leo.

Leo bergegas berbaring di salah satu sofa. Ia mengomentari aroma bantalnya seperti aroma pembersih toilet rumahnya.

"Jika kalian ingin makan, pergilah ke tabung paling besar di pusat ruangan," jelas Levi. "Kita sudah melewatinya tadi."

Aku mengajak Leta ke bilik kudapan.

Bilik kudapan berisi bilik-bilik kecil yang melingkar. Setiap bilik berbeda isi makanannya.

Aku mengantri di bilik pai buah dan Leta mengantri di bilik parfait.

Rupanya, setiap bilik memiliki 2 bilik lagi di dalamnya.

Aku berada di bilik pai buah bersama seorang laki-laki yang tampak seumuran denganku. Dia tampak ramping dan tinggi. Rambut hitamnya tampak agak berantakan, pakaiannya rapi, bola matanya hitam mempesona, hidung pancung, pipi agak tirus, dagu lancip, dan kulit agak pucat.

Lelaki itu menoleh, ia tersenyum tulus padaku.

Perlu kuakui, dia lebih tampan dari artis korea mana pun.

"Apa kamu perlu bantuan?" Suara ramah dan ringannya membelah kesunyian.

"Ah, ya..." ucapku kikuk.

Lelaki itu mendekat dan berdiri luar biasa dekat denganku.

"Kamu mau kombinasi buah apa saja?" tanya dia sambil terus tersenyum.

Karena aku tidak tau ada jenis buah apa saja di dunia ini, "Campur saja."

Lelaki itu bergegas sibuk dengan panel.

"Berapa banyak?" Lelaki itu menoleh kepadaku.

"1 saja," balasku.

Lelaki itu bergegas sibuk dengan panel. Satu nampan melayang menghampiriku, berisi 1 pai buah sedang.

"Sudah," Lelaki itu tersenyum. "Aku harus memesan dulu."

"Maaf, karena aku pesananmu tertunda," ucapku gelisah.

"Tak apa," Lelaki itu tersenyum.

Aku menunggu lelaki itu selesai memesan. Kami keluar bilik 'pai buah' bersamaan.

"Kenapa kamu menungguku?" tanya lelaki itu.

"Rasanya enggak enak kalau langsung ninggalin orang yang sudah membantu," jawabku. "Lagi pula, aku harus menunggu temanku juga."

"Begitu, ya," Lelaki itu menatapku. "Kalau begitu aku akan menunggu hingga temanmu datang."

"Eeeh?!" Aku menoleh kaget. "Tidak udah."

"Tak apa," ucap lelaki itu. "Tidak enak rasanya kalau langsung ninggalin orang yang sudah menunggu."

Aku terkekeh mendengar alasannya.

Aku melihat Leta yang keluar dari bilik 'parfait'.

"Temanku sudah keluar," ucapku. "Sampai jumpa, ya."

Aku melambai dan menghampiri Leta.

"Hei!" panggilnya.

Aku menoleh. Tepat sekitar 3 meter dari Leta.

"Siapa na-" ucapannya teredam oleh teriakan Leta.

Aku diseret Leta yang bersemangat. Nampan melayang mengikuti kami.

Aku menoleh ke belakang. Menatap lelaki itu yang melambai canggung.

Aku membalas lambaian itu dengan canggung pula.

_____________________________

Tanpa aku ketahui, perubahan akan terjadi pada kelompok kami...

次の章へ