webnovel

Jawaban

Lan datang. Ia masih berdiri di Transportation Board. Hanya saja, ia mengatur agar papan itu bisa melayang lebih rendah.

"V sudah datang, Levi," ucap Lan. "Dia saat ini sedang di ruangannya. Aku bisa mengantarmu hingga lorong."

"Terima kasih, Lan," Levi tersenyum ramah.

Kami bergegas naik ke Transportation Board.

Lan mengantar kami ke lantai 7. Kami tiba di sebuah ruangan melingkar dengan 4 pintu berjajar.

"Kamu tau pintu mana yang harus dilalui, kan, Levi?" tanya Lan memastikan.

Levi mengangguk mantap.

"Hati-hati," pesan Lan. "Lorong itu bercabang-cabang. Mekanisme di lantai ini membuat lorong itu akan mengacak jika seseorang sudah memasukinya."

"Apa?!" seru Leta. "Apa maksudnya?"

Lan memandang Leta.

"Artinya kamu tidak akan pernah melewati jalan yang sama," jawab Lan. "Sampai jumpa."

Ketika Levi hendak masuk ke pintu yang berada paling kanan...

Plop!

Kami menoleh.

Lelaki tua berambut putih panjang, berpakaian serba kelabu, jubah panjangnya menyapu lantai, tongkat logamnya seolah terbuat dari 2 bagian yang saling lilit. Bola mata hitamnya menatap Levi.

"Ah..." ucapnya ramah. "Cucu dari cucu cucu buyutku, apa kabarmu dan keluargamu?"

"Tadi dia bilang apa, Na?" bisik Leta dan Leo serempak.

"Ciee..." godaku. "Serempak, nih..."

Aku dipukul oleh 2 orang sekaligus. Mereka sama-sama memberengut dan mengerutkan kening.

"Ini serius, Na," desis Leo.

"Kalo ngegoda lagi..." Leta mengacunhkan tinju.

Aku menahan tawa dan mengangguk mengerti.

"Tadi, dia bilang kalau Levi itu cucu dari cucu cucu buyut-nya," sahutku.

"Umurnya berapa, Na?" tanya Leta penasaran.

Aku mengangkat bahu.

"Siapa mereka, Wahai Levi?" tanya lelaki tua itu.

"Seseorang dari dunia lain, V," jelas Levi.

V tampak tertarik. Ia membuka lengannya lebar-lebar.

"Kemari, Anak-anak," V tersenyum kecil.

Aku melangkah ragu-ragu. Sedangkan kedua temanku hanya mengikutiku.

Kami bertiga berada di dalam rengkuhan V. Levi segera menggenggam tangan Leo.

Plop!

Kami muncul di sebuah ruangan melingkar dengan dinding dan atap yang terbuat dari kaca anti pecah. Lantainya ditutupi permadani kuno. Terdapat sofa-sofa normal, meja kerja normal, dan tumpukan buku.

"Dari dunia lain, ya..." V mengangguk-ngangguk pelan. "Bagaimana kalian bisa kemari, Nak?"

Aku bingung cara menjelaskannya. Perlukah aku menceritakan dari insiden harimau lepas?

V berjalan mendekat.

"Ok," ucapnya tenang. "Yang terpenting, kalian kemari sengaja atau tidak sengaja?"

"Kami kemari tidak sengaja," jawabku mantap. "Kami bahkan tidak tau ini dimana, atau ini di negara apa..."

"Ceritakan detail peristiwanya," ucap V.

Aku bergegas menceritakan.

Dimulai ketika aku dan Leta melihat berita, dikejar-kejar oleh harimau, ditolong kedua guru ketika berhadapan dengan Thanatos, dan sebab kami kemari.

"Kalian yakin kalau nama orang itu adalah Thanatos?" tanya V resah.

"Ya!" Aku mengangguk.

"Astaga, seberapa jauh ini akan terjadi?" gumam V.

Levi memandang kami prihatin. Pandangannya teralih ke V yang mengetukkan jari di meja.

"Mereka harus pulang, V," ujar Levi. "Orang tua mereka akan sangat khawatir."

"Sayangnya, aku sendiri tidak bisa mengantar mereka pulang, Levi," sahut V. "Kemarilah! Aku memang tidak bisa membawa kalian pulang, tapi aku punya jawaban."

Kami dituntun ke sebuah ruangan persegi. Rak-rak tinggi berjajar dan menutupi dinding. Tumpukan buku berderet di samping rak, karpet kuno yang mewah, perapian yang mati, dan lampu gantung kuno.

V menyalakan lampu.

"Ruangan berisi buku-buku terpentinh bagi kaum kegelapan," ucap V.

V mengetuk sebuah meja kosong. Kami berdiri di sisi meja itu, menghadap ke V yang berdiri sendirian.

Blue print bumi tampak mengambang sejajar dengan dada kami. Bumi itu berputar.

"Seperti yang kalian tau, ini adalah bumi," ucap V. "Tapi, kami menyebutnya sebagai 'Kehidupan' di sini."

Leo mencodongkan tubuh, tampak tertarik.

V mengetuk bentuk bumi itu. Bumi itu memecah menjadi ribuan bumi yang sama besarnya.

"Ini kaum-kaum yang ada," jelas V. "Kita hidup di satu planet, tapi berbeda tempat. Kita terhubung tapi tidak saling lihat. Mungkin saja, kita berjalan bersisian tapi tidak melihat."

"Apa mungkin ada tabir yang memisahkan setiap dunia?" tebak Leo.

"Tepat!" V tersenyum. "Tabir-tabir itu kami sebut sebagai 'Portal antar dunia'."

V mengetuk salah satu 'bumi'. Gambar hutan-hutan, pegunungan, sungai, pantai, laut, rumah-rumah rembulan, tempat-tempat di bawah tanah.

"Ini adalah dunia ini," V tersenyum bangga. "Kaum kegelapan, penguasa malam. Klan yang pusat peradabannya berada di bawah tanah."

Aku terpesona.

"Segelintir orang dapat bertarung," jelas V. "Mereka bisa membuat portal, menyembuhkan, menghilang di bayang-bayang, teleportasi, tangan yang bisa menebas dari jauh, rantai pencabik, dan mengendalikan es."

"Apa kalian bisa melakukan itu?" tanya Leo.

"Aku tidak, Nak," Levi menggeleng. "Keluarga kecilku tidak bisa bertarung. Tapi, V bisa menyembuhkan."

Leo menatap V dengan kagum.

"Hanya 1/3 dari penduduk kaum kegelapan yang memiliki kekuatan-kekuatan itu, Nak," ucap V. "Kebanyakan hanya menyebuhkan. Jika bisa selain menyembuhkan, itu amat langka."

"Tapi, Thanatos mengincar Kanna," celetuk Leta. "Dia amat bangga sekali, ketika ucapan Kanna menjadi kenyataan."

"Ucapan menjadi kenyataan?" V tampak bingung. "Apa maksudmu, Wahai?"

"Thanatos menyebutnya sebagai, 'Embodiment of desire'," jelas Leo.

V menatapku kagum. Ia menyusuri rak-rak buku dengan antusias. Ia mengambil sebuah kotak dan membawanya.

Ketika ia membukanya, terlihat sarung tangan yang sewarna langit malam. Ada secarik kertas rapuh.

V membacanya.

"Akan kuwariskan ini sebagai tanda kehormatan kepada keturunan murni dengan 'Embodiment of desire' sebagai kekuatannya," baca V.

"Sarung tangan itu untuk Kanna?!" Leo tampak tak percaya.

"Sepertinya anda salah paham," ucapku. "Aku mana mungkin keturunan murni, aku hanya anak normal."

"Kamu yakin?" tanya V. "Dengan kekuatanmu itu? Jangan membohongi dirimu sendiri, Nak."

"Terserahlah," Aku dengan pasrah memakai sarung tangan itu.

V tersenyum puas. Ia mengganti blue print kaum bayangan menjadi kaum lain.

Kali ini bangunan-bangunan persegi yang dibangun di awan. Tidak ada kota di bawah tanah.

"Kaum kemegahan," ucap V. "Kaum yang selalu dipenuhi cahaya."

Aku memandang kaum itu.

"Sama seperti kita," sambung V. "1/4 dari kaum mereka memiliki kekuatan. Mereka bisa mengeluarkan petir, memancarkan cahaya, terbang, memanggil benda, dan mengendalikan api."

"Leta bisa mengeluarkan petir!" ucapku. "Dia melakukannya ketika Leo baru saja terbanting di ruang olahraga."

"Sungguh?!" V tampak senang. "Sudah lama aku tidak bertemu kaum ini."

V menjabat tangan Leta yang bingung. V memakaikan sebuah sarung tangan lain.

"2 sarung tangan yang saling berhubungan," gumamnya. "Tidak boleh terpisah."

"Apa tidak ada hadiah untukku?" tanya Leo penuh harap.

"Sayangnya tidak," V tersenyum.

"Soal Thanatos, aku merasa khawatir," ucap V. "Dia salah satu panglima besar kaum ini. Dia licik dan pintar, entah apa yang dia inginkan dari kamu, Nak."

Suasana hening.

"Mereka tidak bisa pulang, V?" tanya Levi.

"Mereka bisa pulang, Levi," ucap V lembut. "Tapi, aku tidak tau caranya. Jika ada pintu masuk, pasti ada pintu keluar."

Kami mendesah kecewa.

Kami tidak bisa pulang saat ini. Bagaimana kabar mama dan papa? Apa yang mereka lakukan di sana?

"Boleh aku liat bukumu?" izin V.

Aku menyerahkan bukuku.

V tampak terkejut. Ia membolak-balik halaman buku itu.

"Luar biasa," desahnya. "Buku Kebajikan ada di tanganmu?"

"Buku kebajikan?" tanya Levi.

"Buku penanda bahwa pemegangnya merupakan pemimpin dari kaum kegelapan, pemimpin Dewan Kaum dan perintahnya absolut," jelas V.

"Bagaimana kamu tau, V?" tanya Levi.

V memperlihatkan halaman terakhir.

"this book belongs to the ruler of the people of darkness, the ruler with his absolute command. the offspring is currently held by K," baca V.

V memberikan buku itu padaku.

"Jaga baik-baik, Empress," ucap V takzim.

"Huh?!" Aku menenglengkan kepala.

次の章へ