"Kamu mau apa???!!", kataku sambil menangis. "Sudah jelas aku mau kamu! Aku memenuhi standar dan kebutuhanmu! Kamu pergi ninggalin aku sama dia! Aku bisa ngelakuin apa aja buat dapatin semuanya! Tapi kenapa kamu gak bisa!", katanya sambil memegang tongkat besi. "Hiks.. Tolong.. Lepasin.. Hiks.. Lepasin.. Hiks.. ", aku cuma bisa menangis merengek padanya dengan tangan dan kaki yang terikat. "Kenapa aku harus lepasin!?? Kamu pergi lagi kalau kulepasin kan... Iya kan.. Haha. Kamu itu dungu! Dia itu gak cinta sama kamu! Cuma aku! Aku..!","Sayangku.. Jangan ngeluh.. Ya..?? Kamu mau makan?? Ini aku sudah siapin.. Hehehehehe..", dia mengelus pipiku dengan tangannya. "Kamu mau apa???!!", aku mulai ketakutan lagi. "Jangan sentuh.... Hikss... Jangan.... Tolong...", kataku yang menjerit. "Aku ga lakuin apa-apa kok... Aku.. Aku kan sayang kamu.. Aku.. Hahahahaha.", dia sekilas melihatkan wajahnya yang polos. Tapi tawanya mengerikan. Dia melemparkan tongkat besinya ke kaca. Semenjak kejadian di Mountana, dia bukan lagi kakakku..
ini bagaimana ?
memulai dengan melupakan,
memulai dengan meniadakan,
memulai pastinya menjalani,
memulai itu apa sih ?
aku duduk di kursi, sembari mengkhayal ribuan ton ikan di dalam laut yang loncat kesana kemari untuk memakan plankton.
secara alami aku hanya bingung menafsirkan, aku ini sedang ngapain?
jari-jari yang bergejolak mengetik mengikuti tiap kata berdasarkan arahan dari ratusan sel saraf di otakku yang sudah tidak muat aku curahkan.
cuma satu kata bisa jadi jutaan makna.
tapi aku ini sedang ngapain ya?
aku mengalami kelinglungan yang luar biasa saat ini.
mungkin akibat dari kejadian masa lalu.
membuatku depresi dan tidak berani berjuang lagi bersama siapapun.
inspirasi dan ide sudah tidak ingin aku berikan pada orang lain.
aku takut, ma..
aku takut, pa..
dia terus menakutiku..
dia tidak pernah meninggalkanku..
dia menatapku, tajam..
seperti hendak menerkam..
saat ini, aku hanya berharap kalian segera pulang..
aku sudah muak menjadi gila karenanya..
tolong...