webnovel

Pengakuan Dhany

Pikiran Bulan mulai menanjak lagi saat mendekati malam. Saat itu jam dinding baru menunjukkan pukul 6 sore. Sebentar lagi Dhany mungkin akan tiba di sana menjemputnya. Dan seperti biasanya..kencan malam nya hanya akan dihiasi cerita-cerita Dhany tentang teman-teman kerja nya.. Bagus sekali..setidaknya dia hanya perlu bersikap sopan untuk terus mendengarkan dari pada terjebak dalam situasi awkward mereka kemudian berpura-pura memeriksa ponsel walau tidak ada pesan masuk. Namun Bulan sama sekali tidak menyangka..malam ini Dhany akan menceritakan sesuatu yang lain. Yang kemungkinan akan mengulik sebagian emosinya. Sedikit banyak pasti terpengaruh.

Tenggelam dalam artikel majalah mode yang ia baca, Bulan tidak menyadari ada seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya.

"Hai, Bulan.. serius sekali. Majalah apa itu?" Bagaskara menyapanya tiba-tiba. Antara percaya dan tidak, Bulan mengangkat kepalanya perlahan..terkejut karena melihat Bagaskara di hadapannya. " Loh, sejak kapan ada di sini? Kok gak ngasi kabar kalo mau ke sini?"

Bagaskara mengambil tempat duduk dekat dengan Bulan. " Baru pulang. Aq hanya ingin melihatmu..walau cuma sebentar." Dan jawabnnya membuat hati Bulan bergetar. Tidak secepat itu, ia belum siap dengan jawaban seperti itu. Sedangkan sedari tadi ia mempersiapkan diri untuk bertemu Dhany, yang mungkin saat ini sedang dalam perjalanan untuk menjemput nya. Dan ketika Bagaskara muncul di hadapannya secara tiba-tiba, kemudian mengatakan kalimat sederhana namun bermakna dalam.. kepeduliannya..walau ia baru saja pulang berdinas..wahai kaum pria.. sebenarnya tidak sesulit itu untuk menunjukkan kepedulian mu pada wanita pujaan mu. Jika ia memang berhati, maka ketulusan mu yang sederhana akan mampu membuatnya terharu dan mulai mengukir nama mu dalam hatinya.

Tercekat sesaat dan tak mampu menjawab. Mereka berdua saling menatap dalam bahasa yang tidak perlu diungkapkan lagi. Mata itu..sangat dalam..Bulan yang selama ini belum berani terlalu dalam menatapnya kali ini merasa mulai meneguhkan hati untuk masuk ke dalamnya. Ada rasa pahit di antara getaran itu. Ia sangat memahami penyebabnya. Namun kemudian menyadari tidak dapat berbuat apapun untuk mengubahnya selain mengikuti jalan takdir. Mata lelah itu seperti memaksakan diri hanya untuk melihatnya. Namun sinar itu..ia tau pasti..memendam kerinduan yang masih terhalang oleh dinding pembatas.. Mata itu.. seperti ingin menggapainya dan mengungkapkan keresahan pikirannya yang mulai dipengaruhi logika cinta..tersiksa karena tidak mampu mengendalikan tumbuhnya perasaan cinta yang masih tidak pada tempatnya. Menyadari.. mereka tidak bisa bersama.

Berusaha untuk kembali ke dunia nyata, bagai menelan pil pahit, Bulan berusaha memilih kata-kata ringan untuk menghindari rasa kecewa Bagaskara.." Bagas..aq akan jujur pada mu. Apapun yang ingin kau ketahui tentang q..tanyakanlah..karena aq tidak ingin kau merasa q perdayai menggunakan rasa hati mu pada q. Tapi mungkin ini akan terasa sakit. Aq minta maaf." Bagaskara tetap menunjukkan ekspresi kuat nya sebagai pria yang menyadari posisi. Berusaha tegar, namun sinar matanya tidak dapat menutupi isi hati nya yang mulai terurai. " Ya..aq tau, posisi q salah. Tapi aq tetap ambil resiko ini. Aq tidak ingin menjauh dari mu. Aq menerimanya."

"Bagas.. Malam ini ia mengajak q makan malam. Mungkin sebentar lagi ia akan kemari menjemput q. Aq minta maaf. Mungkin sebaiknya kau kabari aq jika kau ingin bertemu." Bulan menggigit bibirnya menahan ketidaknyamanan yang ia berikan pada Bagaskara.

Helaan nafas berat Bagaskara namun paham tidak bisa berbuat apa-apa..membuat Bulan semakin tidak enak. Ia menggegam tangan Bagaskara. " Are you ok? Aq minta maaf."

"Bulan, aq baik-baik saja. Jangan khawatirkan aq. Melihatmu sebentar saja seperti ini..sudah cukup bagi q. Sekali lagi..aq memahami posisi q.." Bagaskara balas menggenggam tangannya dan kemudian melepaskan perlahan. "Kabari aq saat kau sudah pulang., ok?"

" Yes, I will." Bulan mengantar Bagaskara sampai ke depan pintu. Memandangi punggungnya hingga memasuki mobil. Enggan untuk segera beranjak dari tempat itu, namun Bagaskara tau bahwa dirinya tidak siap untuk melihat Bulan pergi bersama pria lain. Memaksakan diri untuk akhirnya kembali pulang dan berharap untuk dapat segera tertidur dan melupakan kecewanya malam ini. Namun ia menyangsikannya, karena hatinya kini berdegup tidak karuan..memikirkan Bulan bersama pria lain di luar sana. Bagaskara menginjak pedal gas nya lebih dalam.

" Sialan..kenapa aq harus segalau ini?" Pikirannya makin tidak karuan..dirayapi lampu jalan di tepian kota. Bagaskara ingin segera tiba di rumahnya dan menenggelamkan diri dalam buku-buku hukum nya. Setidaknya ia berusaha untuk melepaskan pikirannya terhadap Bulan. Apapun itu, akan ia lakukan.

Dhany dan Bulan memasuki restoran tepi pantai yang pernah mereka datangi sebelumnya. Setelah memilih meja di tepi ruangan yang agak sepi, mereka segera memesan makanan.

Live music malam itu memainkan lagu-lagu slow awal 2000an.

Hamparan langit maha sempurna

Bertahta bintang- bintang di angkasa

Namun satu bintang yang berpijar

Teruntai turun menyapa q

Ada tutur kata terucap

Ada damai yang q rasakan

Bila sinarnya sentuh wajah q

Kepedihan q pun terhapuskan..

Lagu indah dari band ternama saat awal 2000an itu mengalun indah membawa rasa yang mampu mewakilkan isi hati setiap pasangan yang dimabuk cinta. Namun tidak sama yang dirasakan oleh Bulan. Karena saat berama Dhany ia masih sibuk mencari rasa itu.

Dhany, " Bagaimana hari mu, Bulan?"

Bulan," Hmm..biasa saja..hanya beberapa kostumer yang menginginkan diskon khusus untuk anggota..aq belum berfikir untuk mengadakan program khusus apapun dalam waktu dekat ini. Bahkan aq belum ada program pendaftaran menjadi anggota. Apakah menurutmu boutique q sudah layak punya anggota? Sepertinya masih jauh dari itu "

Dhany tersenyum melihat Bulan yang menjawab sendiri pertanyaannya nya. " Menurut q tidak ada jeleknya juga program anggota itu. Kau yang tau batasannya. "

Bulan, " Iya, haha. q rasa masih belum waktunya."

Dhany, " Sweet..aq ingin menceritakan sesuatu pada mu. Tapi aq harap kau baik-baik saja karena aq ingin kau tau duduk persoalan yang terjadi di antara kami."

Bulan, " Kami?"

Dhany, " Ya..kami..aq dan Nadia, mantan q."

Bulan, " Sebetulnya aq tidak mempermasalahkan nya. Kalian sudah putus. Kau pun sudah pindah dari kantor mu sebelumnya. Apa ada yang menyangkut dengan kepentingan q di dalamnya?"

Dhany, " Ya..karena kami masih berhubungan baik. Agar kau tidak salah paham."

Bulan, " Bukankah kau bilang bahwa urusan kalian sudah selesai?"

Dhany, " Iya, itu benar. Aq hanya ingin menceritakan penyebab putusnya hubungan kami dulu."

Bulan, " Baiklah, ceritakan lah, Dhany.."

Dhany, " Sebenarnya hubungan antara aq dan dia tetap baik-baik saja hingga di akhir. Hanya saja kami sepakat untuk mengakhiri nya dikarenakan orangtuanya terlalu ikut campur urusan kami."

Bulan, " Ikut campu?"

Dhany, " Ya..ibunya menginginkan calon suami anaknya yang setara dengan keluarga mereka. Pernah mengecap pendidikan di luar negeri atau pernah bertugas ke luar negeri."

Bulan, " Bepergian ke luar negeri apa termasuk?"

Dhany, " Hmm..mungkin., haha..kenapa saat itu aq tidak kepikiran ya? "

Bulan, " Yaa..mudah bukan? Q pikir kau lebih dari cukup dalam memenuhi kriteria nya."

Dhany, " Saat itu aq belum pernah penugasan ke luar negeri saat itu.. belum pernah. Maka dari itu keluarga nya memandang q sebelah mata. Mereka juga memandang rendah keluarga q yang hanya pegawai sipil biasa."

Bulan, " Tapi bukankah nadia tidak berpikiran seperti itu?"

Dhany, " Ya..pada awalnya. Tetapi pada akhirnya tetap ikut terpengaruh. Dan dialah yang mengutarakan pemikirannya saat itu."

Bulan," Serius? Dia bilang apa?"

Dhany, " Dia menuruti kemauan orangtuanya. Dan kemudian memutuskan hubungannya dengan q. Tapi kami masih sering berhubungan sampai sekarang."

Bulan, " Whoow..hingga sekarang? Kau tidak mengatakannya pada q sebelumnya, Dhany. Q pikir hubungan kalian hanya sebatas pekerjaan saja."

Dhany, " Tidak.. kami pernah dekat. Aq masih memanggilnya dengan panggilan Nadnad sampai sekarang."

Bulan menanggapi nya dengan tersenyum.

namun dalam hatinya mulai meletup-letup mengutuk atas pengakuan yang baru saja ia dengar.

Dhany, " Kau bisa memeriksa ponsel q jika kau penasaran. Kadang kala kami masih mengobrol. Kau bisa melihatnya jika kau mau." Sembari menyodorkan ponselnya ke arah Bulan.

Bulan, " Lain waktu saja..saat ini kau pasti sudah mempersiapkan segala sesuatunya."

Dhany, " Baiklah.. Tapi aq ingin kau tau, jika aq bilang tidak maka memang tidak. Tidak ada sesuatu yang perlu kau khawatir kan. Aq bisa menjaganya."

Bulan, " Dhany..kau dan dia pernah ada rasa satu sama lain. Tidak mungkin berteman murni seperti teman biasa lainnya. Bukankah pembicaraan kalian sudah sampai ke arah yang lebih serius? Pernikahan?"

Dhany, " Ya..tetapi keluarga nya tidak menyetujui hubungan kami, terutama ibunya."

Bulan, " Terlepas dari orang tuanya..fokuskan pada perasaan kalian yang seharusnya baik-baik saja..dan putus bukan karena masalah dari kalian sendiri, melainkan karena pengaruh orang tua. Itu berbeda, Dhany. "

Dhany, " Bulan..saat aq menjalin suatu hubungan..aq akan berusaha untuj selalu jujur pada pasangan q.. tetapi aq tetap meminta sedikit ruang privacy untuk diri q sendiri..aq tidak ingin ada siapapun memasukinya tanpa seizin q."

Bulan, " Apa itu termasuk aq?"

Dhany, " Yes..including you.."

次の章へ