webnovel

Perbedaan prinsip

Jika saja lampu tidak menyembunyikan air muka Bulan saat itu yang mulai menegang, mungkin Dhany akan mempertimbangkan untuk mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Namun temaram lampu dan belaian irama musik yang melankolis telah mengambil sedikit banyak perhatiannya atas wanita yang duduk di hadapannya.

Bulan yang merasa janggal atas cerita Dhany mengenai sudut privacy mulai merasa tidak nyaman. Membayangkan saling menjaga komunikasi, kejujuran, dan keterbukaan dalam menjalin suatu hubungan percintaan tidaklah mudah. Dan sekarang, Dhany, jelas-jelas dengan gamblangnya meminta ruang khusus untuk dirinya sendiri. Tanpa seizinnya, tidak ada yang diperbolehkan untuk masuk. Bukankah itu artinya bahwa siapapun dapat memasuki ruang itu atas izin Dhany sendiri tanpa sepengetahuannya? Ooh.. sepertinya kau berfikir terlalu mudah untuk memperdayai q, Dhany. Aq bukanlah gadis kemarin sore.

Bulan merasa dadanya sesak dan sedikit panas. Ada apa dengan pria ini? Kenapa aturan percintaannya sangat aneh? Bukankah saat kita menjalin hubungan percintaan maka itu artinya kita harus siap untuk saling membuka diri satu sama lain?

Bulan, " Ehm..aq tidak yakin dengan aturan mu mengenai ruang privacy, Dhany..Apa selama ini kau nyaman dengan hal itu?"

Dhany, " Sebenarnya hal ini belum pernah q sampaikan saat masih dalam hubungan-hubungan q sebelumnya. Tapi sudah aq terapkan dari dulu."

Bulan, " Maksudmu baru kali ini kau perjelas aturan main mu?"

Dhany, " Bisa dibilang begitu..Tapi kali ini aq menceritakan nya pada mu karena aq menginginkan masa depan q bersamamu, Bulan."

Bulan, " Dhany, artinya kau tidak akan selalu jujur kepada pasangan mu. Karena jika sudah menyangkut ruang privacy mu, yang bahkan aq tidak tahu batasan-batasan nya, maka itu sepenuhnya adalah terserah padamu. Itu kedengarannya mengerikan."

Dhany, " Percayalah, tidak akan semengerikan itu, Bulan.."

Bulan, " Apa kau yakin itu yang terbaik?"

Dhany, " Iya, aq sangat yakin bahwa walaupun kita saling mencintai satu sama lain pasti kita menginginkan ruang privacy untuk masing-masing.

Bulan, " Tapi aq tidak yakin, Dhany."

Dhany, " Percayalah, Bulan..ini salah satu bentuk rasa saling menghormati satu sama lain. Dalam suatu hubungan mutlak diperlukan adanya sikap saling menghormati satu sama lain. Setidaknya selama yang aq tau begitu."

Bulan, " Yang aq tau selama ini.. kejujuran, komunikasi, bersedia membuka diri satu sama lain, adalah kunci keberhasilan suatu hubungan. Dan itu tidaklah mudah. Dan kau menawarkan pada q akan suatu aturan mengenai sebuah ruang privacy?"

Dhany, " Aq percaya bahwa sikap saling menghormati satu sama lain dalam suatu hubungan adalah sangat baik."

Bulan, " Kau benar sekali, tetapi bukan begitu penerapan nya, Dhany."

Dhany, " Bulan, believe me..we' ll be ok."

Bulan membuang pandangannya sembari berkata lirih, " What ever."

Dan segalanya berubah menjadi abu dan ambigu. Apakah ini suatu bentuk problematika yang biasa disebut perbedaan prinsip? Bulan tidak pernah berfikir akan bertemu seseorang dengan cara pandang yang..modern? Atau memang beginikah cara menjalin hubungan percintaan zaman sekarang? Sepertinya ia berpuluh kali akan lebih memilih hubungan percintaan yang standart. Tidak masalah jika dibilang kuno. Toh dia merasa lebih nyaman dan nyaman. Kenapa tidak? Atau mungkin karena pengalaman percintaannya yang sangat minim sehingga ia masih terkaget-kaget dengan prinsip percintaan yang saat ini dihidangkan dihadapannya? Dan dengan ragu ia pelan-pelan berteguh hati untuk mengambil potongan kecil hidangan di hadapannya itu untuk ia rasai. Walau dengan setengah hati, mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba nya. Setidak agar ia mengerti pada akhirnya, terlepas dari keputusan apapun yang akan ia ambil selanjutnya.

Dhany, " Bulan..aq memang menyadari..waktu q untuk mu teramat sedikit.. Di hari biasa aq sudah disibukkan dengan pekerjaan..dan saat weekend pun aq lebih memilih untuk pulang ke rumah orang tua q. Tapi percayalah..saat kita telah menikah nanti perhatian q akan tercurahkan untuk mu melebihi yang kau kira. Aq akan lebih sering berada di sisi mu."

Bulan menanggapinya dengan datar..,

" Sudahlah..itu pilihan mu..karirmu penting, apa lagi keluarga mu. Aq sangat memahaminya, Dhany."

Tanpa Bulan sadari kedua matanya mulai mengembun. Sungguh.. kalimat-kalimat yang diucapkan Dhany teruntai sangat manis, tidak etis untuk dibantah, namun menyakitkan. Posisinya sebagai calon pendamping hidup yang nantinya akan mengabdi dengan sepenuh hati.. sepertinya benar-benar disandingkan dengan karir dan keluarganya..tidak lebih penting dari itu..dan mungkin ada hal lain yang belum disebutkan Dhany. Sedangkan selama ini Bulan berharap akan menemukan seorang suami yang meletakkan dirinya di sebelahnya, sebagai belahan jiwa yang akan mendampinginya dalam susah ataupun senang. Menjalani kehidupan, karir dan keluarga akan menjadi beberapa hal yang akan mereka hadapi dan rasakan bersama-sama. Bukan menjadi pesaing.

Dhany, " Bulan..beberapa waktu lalu aq memesan sesuatu pada teman q. Sepertinya ini akan cocok sekali untuk mu." Ia mengeluarkan dari saku nya sebuah kotak perhiasan beludru berwarna merah marun polos.

Bulan yang sedari tadi sudah setengah hati menanggapi Dhany menjadi kesulitan untuk memberikan sebuah emosi yang pentas atas sebuah pemberian ini., " Apa ini Dhany?"

Dhany, " Bukalah.. ini adalah sebuah gelang mutiara hitam. Ukurannya memang tidak besar, untuk saat ini aq hanya mampu untuk memberi mu ini. Terimalah."

Bulan membuka kotak perhiasan itu dan segera melihat sebuah gelang 3 tingkat yang dihiasi dengan untaian mutiara hitam. Sungguh elegan..

Bulan, " Dhany..sungguh..kau tak perlu seperti ini."

Dhany, " Bulan..kau mungkin merasa aq tidak pandai menjaga hati mu. Tetapi percayalah..deep down in my heart..i do really love you."

Hhh..perkataan Dhany yang selalu terangkai manis selalu berusaha meruntuhkan dinding tebal pertahanan Bulan. Sesaat tadi ia seolah mengiris hatinya dengan berbagai pernyataan yang membuatnya sesak, dan kemudian..menyiramnya dengan air dingin. Permainan macam apa ini?

次の章へ