webnovel

Maokouzi

編集者: Wave Literature

"Tuan Muda telah kembali!" teriak seorang pelayan laki-laki.

Semua pelayan segera menyibukkan diri menyiapkan makan siang. Fan Xian dan sang Countess duduk berhadapan di meja besar di aula. Meja itu dipenuhi dengan berbagai macam hidangan.

Namun ada yang aneh dengan pemandangan ini. Bukannya kembali ke pekarangan belakang untuk makan, para pelayan yang sekarang menganggur hanya menatap sumpit Fan Xian. Beberapa gadis pelayan yang lebih muda diam-diam mengeluarkan air liur. Mereka semua tampak lapar.

Ini adalah aturan tidak tertulis di kediaman Count Sinan. Fan Xian yang dengan tegas telah memintanya - dan sang Countess pun setuju - sehingga semua orang sudah terbiasa dengan hal ini sejak dulu. Selama tuan muda Fan Xian sedang makan, yang lain baru diizinkan untuk makan setelah dia secara pribadi mencicipi dan menyetujui setiap hidangan.

Para pelayan tidak mengerti mengapa Tuan Muda, yang selalu baik dan lemah lembut, menetapkan aturan yang tidak masuk akal ini. Namun, suatu kali, Dong'er, pelayan yang paling dekat dengan Fan Xian, mencicipi rasa asin makanannya sebelum Fan Xian makan. Ia kemudian diusir dari rumah oleh Fan Xian yang galak. Setelah itu, semua orang tahu bahwa si Tuan Muda, ternyata, memiliki sisi kepribadian kebangsawanan yang tidak tahu malu.

Ketika Dong'er menangis dan pergi, Countess hanya menatapnya dengan santai tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Seluruh isi rumah itu sunyi, yang terdengar hanyalah suara Fan Xian mengunyah dan menyeruput sup. Semua pelayan diam berdiri di sampingnya dengan tangan disamping. Seperti di kediaman bangsawan lainnya, makanan apa pun yang tidak dimakan tuannya selalu dikirim ke tempat tinggal para pelayan sebagai hadiah, karena itu Fan Xian makan sedikit dari setiap hidangan, hanya mengambil sebagian kecil makanan dengan sumpitnya.

Dia makan perlahan dan hati-hati, bibir tipisnya mengunyah dengan lembut.

Sementara itu sang Countess sedang membelai patung dan mengucapkan doa dengan suara yang pelan.

Setelah waktu yang cukup lama berlalu, Fan Xian telah mencicipi setiap hidangan yang ada. Dia tertawa riang dengan mata yang cerah dan berseri-seri. Dia menunjuk sepiring cah rebung dan berkata pada salah seorang pelayan, "Ini enak."

Gadis-gadis pelayan menghela nafas lega dan mulai mengisi mangkuk mereka dengan nasi. Para pelayan yang tadi menganggur akhirnya bisa pergi ke pekarangan belakang, beberapa pelayan lainnya pergi ke dapur mengambil sisa cah rebung ke aula, dan meletakkannya di depan Fan Xian.

"Silahkan, Nyonya."

Fan Xian berdiri, memberi hormat pada sang Countess, dan menerima semangkuk makanan dengan kedua tangan lalu meletakkannya di depan Countess. Dia berkali-kali menambahkan rebung ke mangkuknya, mengunyahnya dengan ekspresi senang. Di wajahnya yang tampan, senyum itu tampak hebat, seakan dia akhirnya menemukan sesuatu yang sudah lama diincarnya.

Untuk beberapa alasan, gadis pelayan yang berdiri di samping, setelah melihat senyum di wajah bocah berusia 12 tahun itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak gemetar ketika mereka mengingat pukulan keras yang diterima oleh pengurus Zhou pagi tadi.

...

...

"Aku akan pergi ke kamar untuk menghabiskan makananku."

Fan Xian mengatakan ini kepada para pelayan sebelum dia mengambil sepiring cah rebung dan semangkuk nasi putih, lalu pergi ke kamarnya di pekarangan samping. Sangat tidak sopan baginya untuk pergi sebelum neneknya selesai makan, tetapi sang Countess tidak mengatakan apa-apa.

Di kamarnya, dia makan bubuk emetik [1]1 dan kemudian mulai memasukkan jarinya ke tenggorokan. Setelah menggali-gali sebentar, dia akhirnya memuntahkan sisa-sisa makanan, kemudian mengambil dan menelan beberapa butir pil yang telah dia siapkan dari laci, lalu meminum air bersih. Dia mengarahkan zhenqi-nya ke seluruh tubuhnya dan menyadari bahwa sepertinya tidak ada masalah. Hal ini akhirnya bisa membuatnya lega.

Fan Xian melihat ke piring berisi cah rebung itu. Sambil tersenyum pahit, dia membuangnya ke dalam pispot di belakang tempat tidurnya - makanannya telah diracuni dengan maokouzi, metode yang sering digunakan oleh agen rahasia di Dewan Auditor.

Maokouzi adalah buah yang indah, seperti jeruk keprok yang tumbuh di pulau-pulau bagian selatan. Bunganya memancarkan aroma aneh dan menyengat, dan buahnya mengandung racun.

Ketika air dari buah itu dicampur dengan makanan, hidangan tidak akan berubah warna dan masih akan berbau normal. Sebaliknya, air buah itu justru akan membuat hidangan lebih harum. Racun itu sering digunakan oleh mata-mata Dewan Auditor dalam melakukan pembunuhan. Setelah memasuki tubuh, efek racun akan mulai bereaksi di malam itu juga, korban akan kejang-kejang sebelum akhirnya mati. Mirip dengan kematian karena infeksi, sehingga sulit untuk mengetahui penyebab kematian yang sebenarnya.

Sebagai satu-satunya siswa Fei Jie, penemu jenis racun ini di Dewan Auditor, Fan Xian segera menyadari rasanya yang agak pahit ketika ia mencoba cah rebung tadi. Pembunuh itu sebenarnya cukup pintar, karena mereka tahu harus mencampur air buah maokouzi dengan rebung, hidangan yang pada dasarnya sudah terasa pahit.

Alasan Fan Xian tidak segera pergi meninggalkan sang Countess dan membersihkan racun tadi adalah agar neneknya tidak ketakutan. Sekarang, Fan Xian sendiri tiba-tiba merasa takut saat mempertimbangkan kalau racun dalam hidangan itu adalah sejenis racun yang bekerja cepat, bukan maokouzi, dia pasti sudah mati.

Fan Xian mengingat saran gurunya untuk selalu memperhatikan makanannya. Dia khawatir bibinya di ibukota mungkin akan melakukan serangan. Itu sebabnya dia harus menciptakan suasana yang aneh saat makan barusan. Untuk memastikan orang lain juga aman dari racun apapun, dia meminta diperbolehkan mencicipi setiap hidangan sebelum orang lain mulai makan. Dia seperti kasim di istana kekaisaran yang bertanggung jawab untuk menguji setiap hidangan sebelum kaisar bisa memakannya.

Meskipun Fan Xian percaya hidupnya sendiri lebih penting daripada orang lain, dia tidak mau orang yang tidak bersalah mati karenanya.

——————————————————————

Melihat Tuan Muda itu datang ke dapur, para pelayan dengan cepat berdiri dan menawarinya bangku. "Tuan Muda, apakah kamu masih lapar? Apakah kamu ingin makan sesuatu?" salah satu dari mereka bertanya sambil tersenyum.

Fan Xian tersenyum dan berkata, "Cah rebung itu enak."

Koki yang berdiri di sampingnya tertawa, "Aku senang kalau Tuan Muda menikmatinya."

"Ya, cah rebungnya terasa masih segar. Kapan rebungnya dibeli?" Fan Xian mengangguk dengan antusias dan bertanya dengan hati-hati.

"Kami membelinya pagi ini, jadi tentu saja rebungnya masih segar."

"Oh, betul juga. Apakah ada orang luar yang masuk dapur hari ini?"

"Tuan Ha, yang biasanya mengantar makanan, sedang sakit. Keponakannya yang mengantar."

"Baiklah kalau begitu. Aku harus pergi." Fan Xian mengambil sepotong daging asap dari piring yang ditawarkan koki. Dia memakannya dan, dengan tersenyum malu-malu, berkata, "Jangan beri tahu Countess ya kalau aku datang ke sini untuk mencuri makanan."

Ketika Fan Xian pergi, para pelayan mulai membicarakannya. Mereka semua memuji karakter anak haram sang Count, dengan mengatakan kalau dia bebas dari segala kejahatan aristokrat. Hanya saja ... aturan makannya sedikit terlalu banyak.

Di sebuah gang di Pelabuhan Danzhou, Fan Xian memanjat dinding belakang beberapa bangunan dengan jari-jarinya yang seperti kail. Ketika dia mengerahkan kekuatannya, dia seperti musang yang sedang memanjat. Dia tiba di rumah si pengirim makanan, Tuan Ha.

Selama bertahun-tahun, hanya ada selusinan pelayan di kediaman Count Sinan, dan semuanya adalah penduduk asli Pelabuhan Danzhou, dengan pengecualian beberapa pelayan yang telah diganti. Jadi Fan Xian tidak mencurigai mereka. Meskipun Fan Xian telah bertemu dengan Ha sebelumnya, dia rasa aneh sekali bahwa Ha harus bisa sakit pada saat yang tepat.

Kamar Tuan Ha gelap gulita, tetapi bagi Fan Xian, ruangan itu terang-benderang seperti siang hari. Dia diam-diam menyelinap ke kamar dan mencium bau darah di udara.

次の章へ