Sehari kemudian setelah kejadian dimana terjadi beberapa gangguan kecil dikontrol room ini, beberapa pekerja saat ini sedang memastikan semua peralatan ditempat ini terawat. Disuatu ruangan bisa terlihat beberapa prototipe robot, yang nantinya akan menjadi sarana bagi Fluctlight yang mereka kembangkan ditempat ini untuk digunakan pada robot tersebut.
Ada juga beberapa mesin otomatis yang sedang membuat sebuah robot, yang akan menjadi sarana dari Fluctlight. Namun tiba – tiba saja robot itu menyala walaupun belum selesai dibuat oleh beberapa mesin yang berada disitu.
[Bagaimana Kak?] tanya Irene.
"Hm.. jadi begini rasanya jika aku mempunyai tubuh sebuah robot" kata Zen yang saat ini Fluctlightnya dihubungkan dengan robot ini.
Setelah setahun Zen berada didalam Underword, akhirnya rencana awalnya sudah selesai dilakukan oleh Irene. Rencana tersebut adalah menguasai sepenuhnya fasilitas ini. Memang didalam dunia Underword memerlukan waktu setahun lebih, namun didunia nyata Irene bisa melakukannya hanya sehari karena perbedaan waktu.
"Lalu yang akan menjadi tubuh AI apakah belum dibuat Irene?" tanya Zen.
[Sepertinya Rath masih merancang tubuh Ai, namum setelah Kakak mengeluarkan sebuah Fluctlight spesial seperti Alice, rancangan tersebut mungkin akan cepat selesai, maka dari itu kita akan memasuki tahap kedua. Tetapi saat ini mereka sudah melakukan perancangan dari tubuh tersebut] kata Irene.
"Lalu dengan keadaan di Alaska?" tanya Zen.
[Pengerjaannya sudah ditahap 50 persen Kak, kita hanya menyalin beberapa informasi lagi, dan Kakak bisa membawanya kesana seperti rencana kita sebelumnya.] jawab Irene.
"Baiklah, tetapi aku ingin mereka menyelesaikan rancangan AI baru kita membawanya sekalian" kata Zen.
[Baiklah Kak] jawab Irene.
"Baiklah kalau begitu, Apakah aku bisa melihat wanitaku dan Yui?" gumam Zen.
[Maafkan Irene Kak, penyembuhan kerusakan otak Kakak akan Irene mulai sekarang, dan sebaiknya Kakak kembali ke Underworld] kata Irene.
"Hah, baiklah lalu sekarang rencana kita selanjutnya harus menggantikan ketertarikan mereka yang dahulu adalah Alice menjadi Eugeo kalau begitu" kata Zen.
[Yap, sekarang waktunya kita memulai tahap kedua rencana kita Kak] kata Irene.
Irene lalu mengirim kembali kesadaran Zen menuju Underword untuk melanjutkan rencana mereka selanjutnya.
Zen saat ini sudah terbangun ditempat tidurnya, setelah kembali dari dunia nyata untuk mencoba memasukan kesadarannya kesebuah robot untuk uji coba.
Zen hari ini mulai mempersiapkan diri, karena hari ini merupakan ujian terakhir dari seniornya saat ini yaitu Rina. Zen lalu beranjak dan mulai membersihkan diri dan bersiap untuk menuju tempat ujian dari seniornya tersebut.
Setahun telah dia lewati didunia ini, hubungan Zen dengan Rina sangat dekat sekarang, walaupun saat ini mereka masih menyembunyikan hubungan mereka saat ini. Hari – hari Zen hanya dilewati dengan menghadiri kelas, berlatih dengan seniornya maupun kadang – kadang berkencan.
Zen saat ini sudah bersiap bersama Eugeo untuk menyaksikan pertandingan kelulusan seniornya. Saat Zen sudah duduk disebuah aula bersama dengan Eugeo dan menantikan pertandingan dari beberapa seniornya tersebut.
Namun diseberang mereka, datang dan duduk dua orang yang sangat ingin Zen bunuh sebenarnya, namun dia urungkan untuk melanjutkan rencananya. Mereka berdua mulai duduk dengan angkuhnya dan melirik sedikit kearah Zen dan Eugeo dengan tatapan merendahkannya.
Sebenarnya mereka mulai memprofokasi Zen, namun nyatanya Zen bukan orang yang mudah untuk diprofokasi. Namun tidak dengan Eugeo, walaupun dia tenang, tetapi dia kadang – kadang sedikit emosi atas tindakan mereka tersebut.
Akhirnya setelah beberapa lama menunggu, pertandinganpun dimulai. Bisa terlihat beberapa pendekar elite dari akademi ini mulai masuk satupersatu.
Rina sendiri masuk, namun tatapannya sedang mencari seseorang. Dan setelah menemukan orang yang dicarinya, dia memberikan senyum lembutnya kepada orang tersebut. Melihat senyuman Rina kepadanya, Zen hanya membalas dengan lambaian.
Pertandingan akhirnya dimulai, Rina bisa mengalahkan musuh – musuhnya dengan mudah, sampai akhirnya dia sudah sampai difinal dari ujian ini. Sedangkan senior dari Eugeo sudah gugur duluan saat semifinal sebelumnya.
Saat ini Rina berhadapan dengan pendekar elite rangking satu yaitu Volo Levantein. Tidak seperti dulu, Rina saat ini akan mengalahkan orang didepannya dengan mudah, tidak seperti sebelumnya.
Volo sendiri pernah menantang Zen, namun pertandingan tersebut dimenangkan Zen dengan mudah dan membuat gempar seluruh akademi ini. Zen sendiri tidak segan – segan melukai Volo saat itu, yang arogan dan memutuskan bertanding menggunakan pedang asli.
Pertandinganpun dimulai, Rina dengan cepat maju dan menyerang musuhnya. Pertandingan mereka sangat seru, karena merupakan pertarungan peringat satu dan dua dari murit Elite akademi ini.
"Hyaaaa.." Teriak Rina dan langsung menodongkan pedangnya tepat dileher dari lawannya dan membuatnya sebagai pemenang dari ujian ini.
Selang beberapa hari kemudian. Akhirnya kelulusan dari seniornya tersebut dimulai. Zen saat ini sudah memberikan seikat bunga berwarna warni kepada Rina dan membuat wanita itu menangis haru.
Rina saat ini sangat bersedih, karena dia akan meninggalkan tempat ini, sekaligus berpisah dengan Zen. Namun dia tetap menunggu Zen dengan sabar, untuk menunaikan janjinya untuk melamarnya saat dia dijadikan seorang bangsawan.
.
.
Beberapa bulan kemudian, Zen saat ini sedang mengajarkan seseorang juniornya yang dia pilih sebelumnya yang bernama Ronye.
"Teruskan, pastikan kuda – kudamu tetap kuat" kata Zen lalu maju menebaskan pedangnya.
Ronye lalu mengaktifkan sword skillnya dan mencoba menghalang serangan Zen, namun sialnya dia terpental karena kekuatan serangan dari Zen tersebut.
"Baiklah, cukup untuk hari ini Ronye" kata Zen.
"Terima kasih atas bimbingannya Zen-senpai" balas Ronye.
Sekarang Zen menjadi murid Elite dengan peringkat satu karena kekuatannya, sedangkan Eugeo sekarang peringkat lima dan saat ini juga sudah mendapatkan seorang junior yang bernama Tize.
"Sekarang kamu bisa membersihkan dirimu lalu kita mulai makan siang" kata Zen.
"Baiklah Zen-senpai" jawab Ronye.
Beberapa hari telah berlalu. Dalam beberapa hari ini, Zen memulai rencananya. Zen kemarin pagi sudah menyaksikan bahwa kedua orang bangsawan berengsek mulai menganggu Eugeo. Dan dari cerita oleh juniornya, junior dari Eugeo, Tize sudah menyatakan perasaannya kepada Eugeo.
Hari ini merupakan hari yang biasa. Namun anehnya, junior dari Zen dan Eugeo tidak melaporkan hasil tugas mereka saat ini.
"Aku akan mencoba mencari mereka terlebih dahulu Eugeo, sebaiknya kamu menunggu disini siapa tahu mereka datang" kata Zen lalu meninggalkan tempat tersebut.
Sebenarnya Zen sudah mengetahui keberadaan juniornya, namun dia memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Eugeo melanggar indeks tabu.
Zen saat ini sudah berada dibalik suatu ruangan dan memperhatikan kedua wanita sedang disekap. Perasaan bersalah mulai merasuki Zen, namun dia memutuskan akan membalaskan perbuatan mereka dengan besar.
"Maafkan aku Tize, Ronye." Gumam Zen.
Lalu Eugeo memasuki tempat itu dengan amarah diikuti oleh kedua bangsawan busuk tersebut. Para bangsawan sudah mulai melecehkan kedua wanita tersebut dan membuat Eugeo sangat marah saat ini.
Selang beberapa lama, meledaklah mata dari Eugeo dan langsung maju dan menebas tangan salah satu bangsawan bernama Humbert hingga putus.
"Giliranku!"