webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Salah Paham

Saat ini, semua penghuni rumah Zen dan Yue sudah kembali keruang keluarga kecuali Zen, setelah mereka makan malam bersama saat ini. Saat ini mereka ingin mengenal keluarga baru mereka, walaupun masih ada perasaan takut pada diri mereka tentang identitas sebenarnya dari Yue.

"Jadi Yue, bisa ceritakan tentang dunia dimana kamu berasal?" tanya Asuna seakan belum puas menanyakan berbagai hal.

Sebenarnya Yue sudah menceritakan semua hal tentang dirinya, mulai dari terkurung disuatu labirin dan diselamatkan oleh Zen, hingga penghiantan pamannya serta petualangannya dengan Zen.

Mendengar itu, akhirnya para wanita Zen mulai bersimpati kepada Vampire itu, apalagi sebenarnya Yue sangat baik, namun mempunyai sifat yang sedikit dingin menurut mereka.

"Maafkan aku, tetapi aku baru terbebas dari tempat yang mengurungku, jadi aku dan Zen hanya baru berpetualang ditempat dimana mereka mengurungku" jawab Yue.

"Lalu apakah benar tempat itu berbahaya?" tanya Asuna kembali.

"Menurutku tidak, karena Zen bersamaku." Kata Yue singkat.

Perkataan Yue tersebut, membuat beberapa wanita Zen mulai memikirkan sesuatu yang menyebabkan mereka salah paham saat ini. Karena mereka menganggap, Zen tidak mau membawa mereka dan membohongi bahwa dunia itu sangat berbahaya.

Karena pada awalnya Zen berniat membawa mereka kesana dan hal ini sudah diketahui oleh semua wanitanya. Namun saat Irene memberikannya sebuah syarat, rencana Zen membawa mereka dibatalkan dan Zen menggunakan alasan dunia itu sangat berbahaya.

Namun Zen akhirnya ikut berkumpul ditempat wanitanya yang saat ini sedang mengobrol saat ini. Namun saat dia sudah mulai duduk, beberapa tatapan wanitanya yang diberikan kepada Zen, membuat dia sedikit merinding.

"Ada apa dengan kalian?" kata Zen.

"Bukan apa - apa" kata Lisbeth yang membuang muka, dan diikuti oleh beberapa wanita yang lainnya.

"Mereka mengira kamu berbohong, karena Yue berkata tempat yang kamu tuju tidak berbahaya, dan itu hanya merupakan alasanmu yang tidak membawa mereka kesana" kata Sinon yang menjelaskan permasalahan yang dialami oleh beberapa wanita Zen.

"Apa mahsutmu tidak berbahaya Yue?" kata Zen kemudian.

"Bukankah, tempat itu tidak berbahaya bagi kita, Karena kekuatan kita?" kata Yue.

Mendengar jawaban Yue itu, akhirnya Zen mengetahui letak kesalapahaman dari beberapa wanitanya saat ini.

"Dengarkan aku semua, mungkin bagi aku dan Yue tempat itu tidak berbahaya karena kekuatan kami, tetapi berbeda dengan kalian" kata Zen.

"Apa perbedaannya Zen?" tanya Asuna dengan nada yang agak tinggi.

"Tunggu, apakah dia sedang datang bulan, mengapa sekarang mereka seakan mudah emosi" kata Zen didalam hatinya.

Sebenarnya bukan hanya Asuna, beberapa wanita Zen saat ini sedikit salah paham saat ini. Karena mereka tidak bisa menemaninya kesana, namun seorang wanita ikut menemaninya. Sebenarnya mereka tidak masalah dengan Yue bersama dengan Zen, namun setelah mereka mendengar perkataan Yue tadi, perasaan dihianati mulai merasuki perasaan mereka.

"Begini saja, aku akan menjelaskannya besok. Tidak baik berdebat jika beberapa dari kalian sedang emosi. Jadi dinginkan kepala kalian, dan akan aku jelaskan besok" kata Zen.

"Tapi Zen, kami ingin mendengarkan penjelasanmu sekarang" kata Lisbeth disebelahnya dan dibalas anggukan oleh Asuna, Suguha, dan Silica.

Sedangkan Aki, Rinko, Sinon dan Yuna hanya menatap saudara perempuan mereka yang sedang salah paham saat ini. Yue sendiri saat ini juga bingung, mengapa beberapa dari wanita Zen mulai marah. Padahal mereka sedari tadi, biasa – biasa saja.

"Benar kata Zen tadi, lebih baik kita beristirahat dan mendengar penjelasannya besok saat emosi kalian sudah menenang" kata Rinko.

Sebenarnya kubu yang mempertanyakan Zen sedikit tidak terima, namun setelah mendapat paksaan dari kubu seberangnya, akhirnya mereka menerimanya.

"Baiklah kalau begitu. Yue lebih baik kita melanjutkan perbincangan kita dikamarku" kata Lisbeth.

Yue yang mendengar ini sangat heran, mengapa tiba – tiba saja mereka berubah. Namun dia tetap mengikuti saudara perempuannya itu, dan akhirnya menyisakan Zen diruangan ini.

.

.

Keesokan harinya, Yuna berinisiatif membangunkan Zen, karena sarapan pagi sudah siap. Namun setelah mengetuk pintu kamar Zen, dia tidak mendengar satu jawaban apapun. Lalu dengan perlahan dia meraih gagang pintu kamar Zen dan membukanya.

Namun saat melihat kamar Zen, dia tidak bisa menemukan keberadaannya. Yuna lalu masuk semakin dalam, dan memeriksa pada kamar mandinya dan ternyata tempat itu juga kosong.

"Kemana perginya Zen?" gumam Yuna.

Akhirnya Yuna turun dan berkumpul dengan saudaranya yang lain dan mulai memberitahukan Zen yang tidak berada dikamarnya.

"Apakah karena tindakan kita tadi malam, sehingga dia pergi?" kata Asuna didalam benaknya.

Pemikiran Asuna itu bukan tanpa alasan. Karena selama ini, Zen lebih mementingkan berkumpul dengan keluarganya saat berada bersama, dan akan selalu memberitahu jika dia akan pergi kesuatu tempat.

"Apakah ada yang tahu Zen berada?" tanya Asuna kemudian.

Saudaranya yang lain hanya menggeleng kepalanya termasuk Yui yang saat ini menghentikan tindakan meminum susunya.

"Apakah Papa pergi lagi?" kata Yui.

"Tenanglah, aku masih bisa merasakan keberadaannya. Dia saat ini tidak jauh, namun sekarang mungkin dia sedang berjalan kesini" kata Yue, namun tiba – tiba saja pintu rumah mereka terbuka dan memunculkan seseorang.

"Maafkan aku terlambat" kata Zen yang saat ini memasuki rumahnya, dan melihat tatapan kekhawatiran dari para wanitanya.

"Papa dari mana?" kata Yui yang turun dari kursinya dan langsung menghampiri papanya itu.

"Ah Papa sedang membuat sesuatu" kata Zen dan menjelaskan apa yang dia lakukan kepada semua orang yang berada disana.

Dan disinilah mereka semua, setelah mereka menyelesaikan sarapan paginya. Saat ini mereka sedang menatap sebuah koloseum yang lumayan besar, yang tiba – tiba saja berada ditempat ini.

"Apakah kamu yang membuatnya Zen?" tanya Yue.

"Yap, mari kita masuk" kata Zen.

Lalu mereka semua masuk kedalam koloseum itu, dan saat ini duduk pada bangku penonton yang dekat dengan arena yang berada ditengah tempat ini. Zen semalaman membuat fasilitas ini, yang digunakan sebagai tempat latihan untuk Zen dan para wanitanya kelak.

"Oke, sekarang aku menjelaskan mengapa kalian tidak aku ajak kedunia dimana Yue berasal" kata Zen.

Lalu Zen menyuruh Yue ikut dengannya menuju ketengah arena dari koloseum ini. Para wanita Zen saat ini masih menatap dan menantikan apa yang sebenarnya Zen lakukan untuk menjelaskan mahsutnya tadi.

Saat ini, Zen sudah mengganti pakaiannya menggunakan sebuah pakaian tempur yang sudah dibuatnya sebelumnya. Saat ini dia menggunakan pakaian serba hitam dan pakaian itu sudah di enchant dengan beberapa skill.

"Seranglah aku dengan kekuatan besar dari salah satu skill dari elemenmu Yue" kata Zen.

"Apakah kamu gila Zen, itu akan membunuhmu. Lagipula, bukankah kamu mengatakan akan menjelaskan mengapa kamu tidak membawa mereka?" kata Yue.

"Tenang saja, aku sedang mencoba skill baruku, dan juga ini juga bisa menjawab pertanyaan mereka itu" kata Zen.

"T-Tapi.." kata Yue.

"Percayalah padaku oke" kata Zen.

Yue lalu menghela nafasnya dan akhirnya mengangkat kedua tangannya dan bisa dilihat langit tempat itu mulai mendung dengan beberapa kilat muncul diawan gelap yang terkumpul disini.

Pemandangan ini tidak luput dari penontong yang menyaksikan tindakan Yue tersebut. Dan akhirnya beberapa percikan petir mulai muncul satu persatu dan membentuk sebuah naga petir. Tanpa pikir panjang, Yui langsung mengarahkan naga petir itu mengarah kearah Zen.

"ZEN / PAPA!"

"DDDDUUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAAAARRRRRRRRRR!!!!!!"