webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Rosalia

Saat ini Zen dan Silica sudah berada dilantai 47. Mereka saat ini berada diwilayah yang bernama Flower Garden setelah Silica berhasil meningkatkan levelnya hingga cukup untuk memasuki tempat ini.

Seperti namanya, tempat ini dipenuhi dengan bermacam - macam bunga. Dan hal ini juga, tempat ini sangat populer bagi beberapa player yang akan berkencan dan akan menghabiskan waktu kencan mereka disini bersama pasangannya.

Zen sendiri sering menghabiskan waktunya bersama Asuna disini, karena pemandangan dan suasana yang bagus untuk memadu kasih ditempat ini.

Silica sendiri sangat terkesima akan pemandangan disini, namun setelah melihat beberapa player yang berada disini adalah sebagian besar berpasangan, Silica langsung memerah karena membayangkan sesuatu.

"Baiklah Silica, tempat untuk mendapatkan bunga Pneuma berada dipusat tempat ini. Namun ada beberapa monster tumbuhan yang lemah tetapi sangat mengganggu, jadi berhati - hatilah" kata Zen.

"B-Baiklah Z-Zen-san" kata Silica yang gugup, karena membayangkan apa yang dia bayangkan sebelumnya.

Akhirnya mereka berdua mulai beranjak dari tempat itu dan mulai berjalan menuju kearah tujuan mereka, dengan Silica yang wajahnya masih memerah. Namun diperjalanan, sebuah jebakan mulai menjerat kaki Silica dan mengangkatnya keatas dengan posisinya yang terbalik untuk saat ini.

Silica sendiri tidak mencoba melawan, tetapi lebih memilih melindungi roknya yang terbuka.

"Jangan melihat Zen-san, dan tolong bantu aku!" teriaknya.

"Jadi apa yang harus aku lakukan? Tidak melihatmu atau membantumu. Pilih salah satu?" kata Zen

Melihat Zen yang tidak mempedulikannya, Silica langsung mengeluarkan dagernya dan mengalahkan monster tersebut. Setelah Silica berhasil mengalahkan monster itu, Silica langsung memarahi Zen akan tindakan sebelumnya.

Namun Zen hanya meminta maaf dengan alasan bahwa perintah Silica sangat membingungkan.

"Hump.." gumam Silica sambil mengembungkan pipinya.

"Baiklah... Baiklah... lain kali aku akan membantumu lalu tidak melihatmu" kata Zen.

Zen terus menggoda Silica hingga mereka berdua memutuskan melanjutkan perjalanan mereka, sambil melawan monster yang menghalangi mereka satu persatu.

Akhirnya mereka tiba disebuah tempat dengan sebuah altar yang melayang. Setelah mereka melihat tempat ini, Silica langsung berlari kealtar itu. Perlahan - lahan altar itu mengeluarkan sinar lalu memunculkan sebuah tunas dan mulai tumbuh menjadi sebuah bunga.

Bunga tersebut, adalah bunga yang mereka cari, yaitu bunga Pneuma. Bunga itu terus tumbuh hingga mekar sepenuhnya.

"Petiklah Silica" kata Zen yang tiba disampingnya, dan melihatnya masih terpana akan kejadian itu.

Silica dengan hati - hati mulai memetik bunga tersebut dan mulai memegangnya dengan kedua tangannya.

"Bunga ini dapat menghidupkan Pina" gumam Silica yang sudah merasa bersemangat.

"Baiklah, lebih baik simpan bunga itu terlebih dahulu dan menghidupkan sahabatmu saat kita sudah sampai dipenginapan" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Silica.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk kembali ke penginapan mereka, namun saat mereka tiba disebuah jembatan Zen menghentikan langkah mereka.

"Silica, kau mempunyai kristal teleportasi kan? Bisakah kau mengeluarkannya dan memegangnya" kata Zen

"Mengapa Zen-san?" tanya Silica namun dia tetap mengeluarkan kristal teleportasinya.

"Untuk berjaga - jaga, jika terjadi sesuatu dan bisakah kau menunggu disini sebentar?" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Silica.

Zen lalu maju beberapa langkah dan mulai berteriak kepada beberapa orang yang bersembunyi di balik pohon pada seberang jembatan ini.

"Keluarlah!" teriak Zen.

Lalu keluarlah seorang wanita berambut merah dengan membawa sebuah tombak dengan menunjukan tampang kemenangannya.

"R-Rosalia-san?" kata Silica yang berada dibelakang Zen

"Ternyata kamu mempunyai kemampuan pelacak yang sangat tinggi tuan pendekar, sehingga kamu dapat mengetahui keberadaanku" kata Rosalia dengan nada sarkasmenya.

"Dan sepertinya, kalian sudah mendapatkan bunga Pneuma. Jadi, bisakah kalian memberikannya kepadaku?" katanya kemudian.

"Maaf Rosalia-san, atau mungkin ketua kelompok pembunuh, Titan's Hands, aku tidak bisa memberikannya kepadamu" jawab Zen.

Rosalia yang mendengar perkataan Zen tidak merasa kaget atau apapun, Wanita itu malah tersenyum lebar seakan itu bukan apa - apa.

"Lalu apa yang kau tunggu, cepat serahkan bunga itu, atau jangan - jangan kamu mencoba menjadi seorang pahlawan yang melindungi wanita dibelakangmu, agar dia tertarik kepadamu, tuan pendekar?" kata Rosalia.

"Sepertinya, kamu mulai salah paham Rosalia-san, sebenarnya aku juga sedang mencarimu" kata Zen dengan senyum yang masih terpampang diwajahnya.

"Kalau boleh tahu, mengapa kau mencariku tuan pendekar?" tanya Rosalia.

"Apa kau ingat pernah membantai sebuah guild yang bernama Silver Flags, Rosalia-san?" tanya Zen.

"Ah guild kere itu" jawa Rosalia.

"Ya, dan ketua guild mereka yang selamat, mencari orang yang dapat mebalaskan dendam anggotanya dan itu adalah aku. Namun tenang Rosalia-san, aku tidak akan membunuhmu, tetapi akan memenjarakanmu bersama semua anggota kelompokmu yang ada dibalik pohon yang ada dibelakangmu." kata Zen

Rosalia yang mendengar ini langsung tertawa terbahak - bahak. Lalu setelah selesai tertawa dia mulai menjentikan jarinya sebagai tanda untuk anggotanya mulai menunjukan diri mereka.

"Mengapa kamu menerima permintaannya? Bukankah lebih baik kamu mengawatirkan keadaanmu saat ini, tuan pendekar?" kata Rosalia dengan dibalas senyum jahat anggota - anggotanya yang berkursor kuning dan merah.

"Z-Zen-san, bukankah mereka terlalu banyak, sebaiknya kita melarikan diri" kata Silica yang khawatir.

Zen yang mendengar ini hanya menoleh kearah Silica dengan menunjukan senyum manisnya menandakan untuk tidak khawatir. Lalu Zen mulai berjalan kearah kelompok itu sambil mengeluarkan pedangnya.

"Z-Zen?" kata salah satu player di kelompok itu.

"Jangan - jangan dia adalah seorang pemain yang menaungi kelompok bernama Elite yang hanya beranggotakan dua orang saja" kata salah satu player kemudian.

"Rosalia-san, bukankah dia player yang berada di kelompok pengambil alih?" kata salah satu player mulai panik.

"Mana mungkin player seperti itu berada disini, dan kudengar bahwa salah satu anggotanya mempunyai julukan Beast karena tampangnya yang jelek, namun orang ini sangat tampan" kata Rosalia dengan percaya dirinya.

"Serang!" kata Rosalia selanjutnya.

Semua anggota kelompok itu lalu mengeluarkan Sword skillnya dan mulai melaju kearah Zen. Zen sendiri sangat menunggu momen ini, saat ini dia ingin mencoba mempraktekan apa yang dilakukan Kirito didalam animenya.

Tebasan bertubi - tubi menembus tubuh Zen, namun Zen saat ini hanya berdiri tegak dengan senyum yang masih terukir diwajahnya. Semua player yang menyerangnya mencoba terus menebas Zen hingga mereka semua kehabisan stamina mereka.

"Sudah selesai? Sekarang giliranku" kata Zen.

Zen lalu menebas tangan seorang player yang berada didekatnya hingga putus. Aksi ini dilanjutkannya kepada semua player yang sebelumnya mengeroyoknya.

Setelah membantai semua player disitu, Zen mengaktifkan sword skillnya dan mulai menuju dengan cepat kearah Rosalia, dan menempelkan pinggiran pedangnya pada lehernya.

"Menyerahlah"