webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Murid Baru

Wanita itu masuk dengan bersemangat keruangan dimana Zen berada. Dia berjalan perlahan kedepan Zen sambil menunjukan senyumnya. Zen terus menatap wanita yang memasuki ruangannya tersebut, sambil memastikan sesuatu.

"Selamat pagi Uchiha Zen-kun, aku Hatayama Aiko yang akan menjadi wali kelasmu." Kata wanita itu.

Mendengar perkenalan dari wanita didepannya, Zen membulatkan matanya. Saat ini dia masih diam terpaku dan sedang memproses, sesuatu pada pikirannya saat ini.

"B-Bukankah di-dia" gumam Zen didalam benaknya.

"Zen-kun" kata wanita itu setelah melihat Zen tidak meresponnya saat ini.

"A-Ah maafkan aku Sensei" kata Zen yang akhirnya tersadar dari lamunanya dan membungkuk kepada wanita didepannya saat ini.

"Baiklah, kalau begitu, mari kuantar menuju kelasmu" kata gurunya itu.

"B-Baiklah Sensei" kata Zen.

Lalu mereka berdua beranjak dari ruangan itu dan berjalan melewati sebuah lorong sekolah ini, menuju kesebuah ruangan kelas. Saat ini Wanita itu, yang merupakan gurunya menyuruh Zen menunggu didepan pintu kelas, sedangkan dia mulai masuk kedalam kelas itu.

Guru wanita itu masuk dan para siswa didalamnya sangat menyambutnya. Namun, dari sapaan para murit didalam, bisa terdengar beberapa kata – kata seperti menggoda untuk guru tersebut, bahkan sepertinya beberapa siswa tidak menganggap wanita itu sebagai gurunya, karena perilaku guru tersebut yang menurut Zen sangat menggemaskan dan memang penampilannya tidak cocok sebagai guru.

Guru wanita itu tidak memperdulikan panggilan yang didengarnya, namun menuliskan sesuatu kearah papan tulis didepan kelas itu.

UCHIHA ZEN

"Baiklah, murid – murid sekalian, kita akan kedatangan murid pindahan. Silahkan masuk Zen-kun" kata guru tersebut.

Zen perlahan memasuki kelas itu dan langsung berdiri disebelah gurunya itu. Bisa dilihat beberapa wanita dikelas itu sangat heboh, karena murid baru yang memasuki kelas mereka sangat tampan saat ini.

"Baiklah, perkenalkan dirimu Zen-kun" kata guru itu.

"Baiklah Sensei" kata Zen sambil tersenyum kepada gurunya itu.

Aiko yang mendapatkan panggilan Sensei, sangat senang. Apalagi, semua siswa disini, kadang – kadang tidak menganggapnya seorang guru dan memanggilnya tanpa emblem – emblem Sensei pada belakang namanya.

Zen mulai memperhatikan sekitarnya, sekarang dia sudah melihat beberapa wajah familiar, walaupun tidak senyata pada anime atau Light novelnya, namun dia tetap mengenali beberapa karakter diruang kelas ini.

Zen lalu mengenalkan dirinya secara sederhana, seperti perkenalan pada umumnya. Setelah itu beberapa siswa mulai bertanya tentang Zen, yang merupakan siswa pindahan dari luar negeri dan dijawab singkat olehnya, hingga Aiko-sensei menyuruh Zen duduk disebelah pria yang saat ini tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Zen berjalan perlahan, namun diperjalanannya, seseorang mengeluarkan kakinya dan hendak menghadang kaki Zen agar terjatuh. Pria itu sangat tidak senang, karena jika diperhatikan, sebagian besar wanita dikelas ini sangat kagum kepada murid itu.

Dia berencana untuk membuatnya malu, dan lalu menjadi sasaran pembuliannya kemudian seperti halnya orang yang akan duduk disebelah Zen. Melihat sebuah Kaki akan menjenggalnya, Zen berjalan santai tanpa menghiraukannya dan melewati kaki yang akan menjengalnya itu seperti biasa.

"Cih" bisa terdengar delikan dari pria yang akan menjenggalnya itu setelah rencananya gagal.

Zen terus menuju kebangkunya dan duduk dengan tenang disana. Disebelah kirinya bisa terlihat seorang yang saat ini sedang duduk sambil tertidur dibangkunya, tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya saat ini.

Akhirnya pelajaranpun dimulai, saat ini Zen sangat bingung. Karena tidak sepeti perpindahan dunia sebelumnya, Zen saat ini sedang memakai pakaian sekolah lengkap sekolah ini.

"Irene?" kata Zen didalam benaknya memanggil adiknya tersebut.

[Iya Kak. Selamat memasuki dunia 1.0 yaitu Arifureta] kata Irene.

"Terima kasih Irene, walaupun aku sebenarnya sedikit kecewa, tetapi aku senang dunia ini menjadi dunia keduaku saat ini." Kata Zen.

[Oh iya Kak, sekarang Sistem Toko sudah terbuka sepenuhnya] kata Irene.

Mendengar itu, Zen sengat kegirangan saat ini. Karena akhirnya sistem yang dapat menjadikannya sangat kuat sudah terbuka.

"Tunggu Irene, berarti jika aku menaklukan beberapa musuh nanti saat berpindah dunia, aku mendapatkan EXP untuk meningkatkan levelku?" tanya Zen.

[Iya Kak.] jawab Irene singkat.

Zen kembali gembira dengan informasi itu, namun dia mulai mengingat sesuatu saat ini. Dia mulai berfikir, jika dia harus mengikuti teman – temannya dikelas ini, mungkin dia akan susah meninggkatkan levelnya saat ini.

"Tidak boleh, sepertinya aku harus berpisah dengan mereka" kata Zen didalam hatinya saat ini.

Lalu Zen mulai memikirkan sebuah rencana, bagaimana caranya agar dia bisa berpisah dengan teman sekelasnya dan akan berpetualang sendirian untuk meningkatkan levelnya saat ini.

[Bagaimana jika Kakak menggunakan alur dari Hajime?] kata Irene.

Mendengar itu, Zen mulai tersenyum sedikit, lalu dia mulai merencanakan sesuatu saat ini. Setelah berfikir cukup lama, dia lalu memberi tahukan rencananya kepada Irene dan menyuruhnya menyempurnakannya.

[Seperti biasa Kak, rencana yang bagus, namun Irene punya usul] kata Irene.

"Apa itu Irene?" tanya Zen.

[Irene akan menyembunyikan status Kakak yang sebenarnya dan menjadikan Kakak seperti pria yang tidak berguna saat bencana pemanggilan itu terjadi] kata Irene.

"Mahsutmu apa Irene? Kakakmu ini masih tidak mengerti" kata Zen.

Lalu Irene menjelaskan semua rencananya untuk membuat rencana Zen menjadi sangat sempurna saat ini. Mendegar itu semua Zen langsung tersenyum setelah mendengar penjelasan dari Irene.

[Bagaimana Kak?] tanya Irene.

"Seperti biasa, Kakak sangat senang bersama denganmu Irene" kata Zen yang sangat puas mendengar penjelasan Irene.

"Lalu, berapa lama lagi, plot utama akan dimulai Irene?" tanya Zen.

[Seminggu lagi Kak, jadi pastikan Kakak memulai rencana awal Kakak] kata Irene.

"Baiklah" kata Zen sambil tersenyum senang.

Selang beberapa lama kemudian, tanda bahwa waktunya istirahat mulai terdengar dan membuat para siswa mulai merapikan peralatan belajar mereka. Guru yang mengantar Zen tadi, terlihat sedikit emosi, karena saat ini keberadaannya seakan diabaikan.

Memang beberapa siswa akan mengikuti kelasnya dengan tekun, namun beberapa menghiraukannya terutama orang disebelah Zen yang sedang asik tertidur diatas mejanya. Setelah melihat dia dihiraukan, guru wanita itu akhirnya pamit dan meninggalkan kelas ini.

Semua orang mulai keluar, namun seseorang datang kearah meja Zen, namun dia mulai menatap orang disebelahnya saat ini.

"Yo Otaku, bangunlah!" teriaknya sambil menendang meja tersebut.

"Baiklah, rencana awal dimulai" kata Zen didalam benaknya.

Pria yang tertidur tadi, akhirnya membuka matanya. Bisa dilihat ekspresinya seperti menandakan bahwa dia sangat emosi, namun berubah menjadi pasrah. Pria yang menendang meja itu, merupakan pria yang mencoba menjenggal Zen tadi.

Orang disebelah Zen, mau tidak mau mengikuti keinginan siswa itu yang menyuruhnya membeli beberapa makanan dikantin. Namun saat pria itu akan pergi, pria yang membuli itu menatap Zen.

"Yo perkenalkan aku Daisuke Hiyama" kata pria itu dengan gaya arogannya.

Zen menghiraukan perkataan pria itu, dan terus merapikan alat tulisnya. Melihat itu Hiyama semakin marah akan tindakan Zen itu dan lalu mencoba meraih bahu Zen, untuk mengintimidasinya.

Namun Zen dengan sigap menangkap tangannya dan meremasnya dengan kuat saat itu.

"A-AaaApa Y-Yang ka-kau lakukan"