webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Menyelesaikan

Hari sudah berganti, saat ini Zen dan Suguha sudah kembali memasuki game ini, untuk menyelamatkan Asuna yang terjebak didalamnya. Setelah kencan mereka kemarin hingga ciuman mereka pertama kali, Suguha akhirnya memutuskan untuk menerima perasaan Zen.

Sebelum mereka sampai di kota pusat dari game ini, yang mempunyai pohon kehidupan ditengahnya, mereka berdua memakan waktu sehari, dikarenaan sebuah skema dari ras Salamander yang mencoba menjebak aliansi yang dibentuk oleh beberapa ras dan sehari lagi karena perbaikan sistem game ini.

Dan Zen dan Suguha berhasil mengatasi itu, dan meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan mereka hingga mereka berdua saat ini sudah berada ditempat ini.

"Oke, mulai saat ini, hanya aku dan Yui yang akan menaiki pohon ini" Kata Zen.

"Mengapa Zen, aku masih sanggup untuk membantumu" kata Suguha.

"Aku tahu, tetapi lawan yang akan kita hadapi selanjutnya adalah seorang game master dari game ini. Jadi jika kau mengikuti kami, kamu akan mudah dikalahkan dan aku tidak mau konsentrasiku terbagi." Kata Zen.

"Lalu apa yang harus aku lakukan Zen?" tanya Suguha.

"Kamu bisa menunggu aku diapartemenku dan saat ini semua selesai, kita akan langsung kerumah sakit tempat Asuna dirawat." Kata Zen kemudian.

"Baiklah, berhati – hatilah Zen. Pastikan kau membawa pulang Asuna-san dengan selamat." Kata Suguha.

"Baiklah, tapi bisakah kau menghubungi Lisbeth dan Silica menuju apartemenku dan kita akan pergi bersama ke tempat Asuna." Kata Zen.

"Baiklah." Kata Suguha yang langsung maju kearah Zen dan memberikannya ciuman singkat.

"Sampai jumpa Zen, aku menunggumu dan Asuna-san kembali" kata Suguha lalu mengeluarkan menu sistemnya dan mulai meninggalkan game ini.

Zen yang melihat Suguha sudah keluar dari game ini, lalu melihat keatas kearah ujung pohon ini.

"Apakah kau sudah siap Yui?" tanya Zen.

"Tentu saja Papa, mari kita menyelamatkan Mama Asuna" kata Yui.

"Bagaimana denganmu Irene?" tanya Zen.

[Aku selalu siap, dan pastikan kau menyentuh pria itu agar aku bisa menyalin sistem administatornya.] balas Irene.

"Baiklah, Yui pastikan aku tidak terkena dampak dari sistem administator game ini agar aku bisa menyentuhnya dan mengakhiri ini semua." Kata Zen.

"Baiklah Papa, tetapi Yui hanya bisa menahannya hanya sebentar, sekitar 10 detik saja" balas Yui.

"Itu lebih dari cukup" kata Zen.

Zen lalu mengeluarkan sayapnya dan mengambil ancang – ancang dan langsung melesat keatas menuju puncak pohon kehidupan ini menuju tempat Asuna dikurung. Zen terus terbang hingga dia terhalang oleh penghalang transparan.

"Yui" kata Zen.

"Siap Papa" kata Yui.

Lalu Yui mulai menggunakan autoritasnya dan membuka sebuah cela dari penghalang itu dan meloloskan mereka menuju keatas pohon tersebut.

Diatas pohon tersebut, mereka melihat pemandangan yang amat sangat indah, dan ditengah dari cabang pohon kehidupan ini, terdapat sebuah kandang berukuran besar yang mengurung seseorang wanita yang menjadi tujuan Zen memasuki game ini.

Saat ini wanita itu sedang tertunduk di tempat tidurnya dengan ekspresi kesedihan yang terlihat di wajahnya yang cantik itu. Melihat ini Zen dan Yui langsung bergegas kearah kandang tersebut.

"MAMA!" teriak Yui yang menggunakan autoritasnya membuka pintu kandang tersebut dan langsung berlari masuk menuju arah wanita tersebut dengan wujud aslinya.

Asuna sendiri yang masih tertunduk, saat ini merasa sangat terkejut setelah mendengar suara yang dirindukannya mendekat kearahnya. Dia lalu menoleh kearah sumber suara tersebut dan sangat amat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Sepasang air mata turun dari matanya yang indah, setelah Asuna melihat dua orang yang sangat dirindukannya saat ini sedang berada didepannya untuk datang menolongnya keluar dari tempat ini.

"YUI!" teriak Asuna yang langsung berlari menuju putrinya tersebut dan memeluknya dengan erat.

Asuna sendiri yang masih memeluk Yui langsung melihat kearah seorang pria yang dicintainya yang saat ini sedang menuju kearah mereka berdua dan ikut memeluknya dengan erat.

"Maaf membuatmu menunggu Asuna" kata Zen

"Z-Zen, terima kasih" kata Asuna yang saat ini masih menangis haru akan kedatangan orang – orang yang dicintainya ini.

"Bisakah kau menunggu sebentar Asuna, kita menunggu dalang yang menyekapmu agar aku bisa mengeluarkanmu dari game ini." Kata Zen

"Baiklah" kata Asuna yang masih memeluk mereka bertiga.

Tiba – tiba saja, terjadi sesuatu dari lantai ini, dan merubah tempat ini menjadi area gelap dengan pusaran yang membuat mereka seperti terhisap ditempat ini.

"Sabar Yui, pastikan dia memasuki tempat ini baru kita lakukan rencana kita" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Yui.

"Ya, mengejutkan sekali, kau berhasil memasuki kandang ini Pahlawan-san" kata pria yang menjebak Asuna ditempat ini.

"YUI!" teriak Zen yang tidak menghirukan perkataan pria tersebut.

Yui langsung mengubah sistem game ini di area sekitar mereka dengan autoritasnya sehingga Zen bisa bergerak selama 10 detik.

"Papa!" kata Yui menandakan dia sudah melakukan tugasnya.

Pria tersebut amat terkejut, karena dia tidak bisa menghapus keberadaan Yui, karena terhalang oleh sesuatu. Namun tiba – tiba saja sebuah pukulan mendarat kewajahnya dan membuatnya mundur beberapa langkah.

Namun Zen yang berhasil memukul pria tersebut, kembali terjatuh akibat waktu yang Yui berikan kepadanya sudah habis.

"Apakah sudah cukup Irene?" tanya Zen.

[Sudah cukup Kak] kata Irene.

Melihat ini, Pria itu sangat marah dan memanggil sistem komandonya dan membuat pain absorber dari game ini dan mengubahnya dari 10 menjadi 8 lalu mulai menendang Zen tepat diwajahnya.

"Oh, rasa sakit ini akan kubalas 10 kali lipat penghayal-san" kata Zen dengan senyum jahatnya yang terukir diwajahnya yang saat ini menujukan bahwa dia adalah seorang Beast yang sudah menemukan mangsanya.

"Hahahahaha." Tawa pria itu.

Lalu pria itu mengeluarkan sebuah rantai dan mulai mengikat Asuna keatas dan mulai ingin melecehkannya ditempat ini agar dilihat oleh Zen. Namun tiba – tiba Zen sudah berdiri dibelakangnya.

"Sistem Login ID : Irene" kata Zen lalu muncul sebuah layar administator didepan Zen saat ini.

"Sistem komando, ubah otoritas administator ID: Orion ke level 1" kata Zen kemudian.

"Apa ini? ID siapa itu? Dan apa yang kau lakukan dasar kecoak" kata pria tersebut.

"Diamlah penghayal-san, kau baru saja membangkitkan seorang monster yang tertidur" kata Zen lalu membuat pria itu tidak bisa bergerak menggunakan sistem administatornya.

Melihat pria itu yang sudah tidak bisa bergerak, Zen lalu menuju kearah Asuna yang dirantai dan melepaskannya.

"Aku akan mengeluarkanmu sekarang Asuna, jadi tunggulah aku dikamar perawatanmu" kata Zen.

"Terima kasih Zen, dan aku akan menunggumu disana." Kata Asuna maju dan mulai mencium Zen.

Setelah ciuman mereka berakhir, Zen lalu mengeluarkan semua player yang masih terjebak didalam game ini termasuk Asuna.

"Baiklah sekarang giliranmu penghayal-san" kata Zen.