webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Apa Yang Terjadi?

Sinar matahari yang terang memasuki kamar ini melalui cela – cela tirai yang menutupinya. Seorang wanita saat ini akhirnya mulai membuka matanya, karena apa yang dia lakukan saat ini sedang terganggu dengan masuknya sinar matahari tersebut.

Seorang wanita lalu bangkit dari tidurnya dan meregangkan badannya saat ini. Dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan kesadarannya, wanita itu mulai sadar sepenuhnya dan melihat sekelilingnya saat ini.

"Tunggu..." kata wanita tersebut.

Wanita itu akhirnya mulai mengingat kejadian malam tadi, tentu saja tindakannya tadi malam tersebut langsung membuat seluruh wajahnya memerah karena malu. Wanita itu lalu menutup wajahnya yang merah itu.

"Lalu, mengapa aku tidak mengingat bagaimana aku bisa berada dikamarku saat ini?" kata wanita itu.

Namun saat mulai mencari serpihan ingatannya yang hilang tersebut, ketukan pintu kamarnya membuyarkan perilakunya itu.

"Aichan-sensei, apakah kamu sudah bangun?" terdengar suara wanita dari balik pintu kamarnya setelah suara ketukan pintu itu berakhir.

Wanita itu atau Aiko segera bangun dari tempat tidurnya dan beranjak menuju pintu kamarnya dan membukanya. Bisa dilihat seorang wanita sambil tersenyum saat ini muncul setelah Aiko membukakan pintunya.

"Ada apa Yuka?" tanya Aiko setelah melihat siapa yang berada dibalik pintu kamarnya tersebut.

"Ah.. maafkan aku Aichan-sensei, aku hanya memastikan bahwa keadaanmu baik – baik saja, setelah melihatmu mabuk parah tadi malam" kata Yuka.

Aiko yang mendengar itu langsung menarik muridnya itu masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya. Aiko lalu menggiring Yuka untuk menuju meja yang berada dikamarnya ini dan mulai menanyakan apa yang dia lihat tadi malam.

"Hm... aku memang sedang mencari sensei tadi malam, namun Zen sedang memapahmu memasuki penginapan ini. Dan saat Zen melihatku, dia meminta tolong untuk membantunya membawa sensei kembali kekamar." Jawab Yuka, sambil menyembunyikan beberapa kanyataan yang terjadi tadi malam.

Namun Aiko saat ini menatap muridnya tersebut dengan intens, karena dia tahu bahwa Yuka sedang menyembunyikan sesuatu darinya saat ini.

"Apakah hanya itu saja?" tanya Aiko kembali.

Yuka hanya mengangguk namun dia tidak berani menatap mata gurunya itu, karena takut dia akan terus ditanya tentang apa yang terjadi tadi malam.

"Yuka, bisakah kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?" tanya Aiko kembali.

Yuka saat ini sebisa mungkin tidak menjawab pertanyaan gurunya tersebut, karena dia tahu jika dia memberitahukannya hal yang terjadi tadi malam, Aiko mungkin akan merasa sangat malu.

"Katakan saja Yuka Sonobe!" kata Aiko dengan tatapan yang intens saat ini.

Yuka yang melihat tatapan gurunya tersebut sangat terkejut, karena baru pertama kali dia melihat gurunya bisa seperti itu. Karena selama ini dia mengetahui bahwa gurunya itu sangat lemah lembut dan tidak memaksa kehendak orang lain.

"B-Baiklah sensei" kata Yuka.

Lalu Yuka mulai menceritakan apa yang terjadi tadi malam. Zen saat itu sedang membatu Aiko untuk kembali ke penginapannya. Zen tidak tahu, bahwa Aiko akan meminum semua bir yang dikeluarkannya hingga dia menjadi mabuk berat malam itu.

Saat sampai disebuah penginapan yang ditinggali oleh Aiko, Zen melihat teman sekelasnya yaitu Yuka yang sepertinya sedang mencari seseorang saat ini. Zen lalu mendekati wanita tersebut untuk meminta pertolongannya membawa Aiko kembali kekamarnya.

"Zen!" teriak Yuka yang melihat Zen sedang membantu gurunya berjalan karena kondisi gurunya yang tidak memungkinkan dirinya untuk berjalan sendiri.

"Apa yang terjadi dengan Aichan-sensei?" tanyanya saat melihat gurunya tersebut sekarang sedang mabuk berat.

"Dia hanya kebanyakan minum. Lalu bisakah kamu membawanya kembali kekamarnya, karena aku tidak tahu dimana letaknya" kata Zen.

"Baiklah" kata Yuka sambil meraih gurunya, yang saat ini sangat susah untuk berjalan.

"Ayo Aichan-sensei, kita kembali kekamar" kata Yuka.

Namun sayangnya, Aiko mulai bergumam tidak jelas sambil cegukan sedikit. Saat Aiko merasa tubuhnya sudah berpindah dan sekarang dia dibantu oleh Yuka, Aiko langsung memberontak saat ini.

"Zeeennnn... kenapa kamu.. hik... melepaskanku" kata Aiko yang kesadarannya masih terpengaruh oleh alkohol.

"Ini sudah malam Aiko-sensei, lebih baik kamu kembali menuju kamarmu dibantu dengan Yuka" kata Zen.

"Tidak mau.... bukannya kamu berjanji menikahiku" kata Aiko kemudian.

Yuka yang mendengar itu langsung melebarkan matanya dan menatap Zen, namun Zen memberikan sebuah gesture bahwa dia tidak melakukan hal tersebut. Zen setelah mengetahui Aiko mulai mabuk dan mengoceh sembarangan, mulai menjawab semua pertanyaannya dengan hati – hati.

Aiko juga sempat bercerita tentang kisah percintaannya yang memprihatinkan, karena sampai saat ini dia masih saja sendirian, lalu dengan keadaan mabuknya, dia memaksa Zen untuk menikahinya, dan jadilah seperti ini.

"Bawalah dia, kalau tidak dia terus seperti itu" kata Zen kepada Yuka.

"Baiklah" kata Yuka mencoba memaksa Aiko untuk mengikutinya.

Namun Aiko terus memberontak dan akhirnya terlepas dari genggaman Yuka dan kembali menuju kearah Zen. Dan setelah dekat dengan Zen, Aiko lalu melompat dan meraih leher Zen dan memeluknya lalu mencoba menciumnya saat ini.

Untung saja Zen membuang mukanya sehingga ciuman Aiko itu mendarat kepipinya. Yuka sendiri berusaha keras melepaskan gurunya itu dari Zen.

"Hehehehe..." tawa Aiko senang, setelah ciumannya itu mendarat pada pipi Zen.

Setelah usaha yang lumayan keras, akhirnya Zen berhasil melepaskan gurunya itu dan memberikannya kembali ke Yuka dan membawanya kembali kekamarnya. Setelah melihat Yuka berpamitan dengan dirinya dan menghilang dari pandangannya, akhirnya Zen meninggalkan tempat itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu sadar besok dan mengetahui apa yang kamu lakukan Aiko-sensei" gumam Zen sambil beranjak dari penginapan tersebut.

Aiko yang mendengar itu semua saat ini mulai menunduk sambil kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya yang memerah karena malu. Yuka sendiri saat ini hanya tersenyum kecut, setelah menceritakan semuanya kepada gurunya tersebut.

"Kamu tidak boleh menceritakannya kepada siapapun" kata Aiko sambil menatap tajam kearah Yuka, namun wajahnya masih memerah sepenuhnya.

"B-Baiklah sensei" kata Yuka yang baru pertama kali melihat gurunya yang imut tersebut berubah menjadi seperti itu.

Akhirnya Aiko mulai menjernihkan pikirannya dan memutuskan untuk bertemu Zen untuk meluruskan kejadian tadi malam.

"Ah.. aku lupa memberitahumu Sensei, bahwa Zen sudah meninggalkan kota ini tadi pagi. Dia hendak berpamitan kepada sensei, tetapi sensei masih terlelap tidur dan akhirnya dia hanya menitipkan pesan untuk berhati – hati dan sampai bertemu lagi" kata Yuka.

Memang Zen tadi pagi datang bersama Yue, Shea dan Tio untuk berpamitan kepada gurunya dan beberapa teman sekelasnya, namun Zen hanya mendapati bahwa Aiko masih terlelap, dan memutuskan membiarkannya saja, dan berpamitan kepada teman sekelasnya dan akhirnya pergi.

"APA!"