Tentu saja, apa yang dialami Zen saat ini membuatnya sangat amat terkejut. Bagaimana tidak, setelah tubuhnya terpisah sepenuhnya dari jiwanya, saat ini dia bertemu kembali dengan orang yang memberikan kekuatan untuk menjelajahi dunia – dunia fiksi yang diinginkannya.
"S-Sang Pencipta?" kata Zen yang melihat siluet cahaya terang yang saat ini sedang berdiri dihadapannya.
Siluet itu hanya tersenyum melihat jiwa Zen, setelah pria yang dahulu dia hidupkan ternyata masih mengingatnya. Melihat hal tersebut, perlahan siluet cahaya tersebut mulai mendekat kearah Zen yang sedang menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Mari kita berpindah tempat" kata siluet cahaya tersebut.
Perlahan siluet cahaya tersebut mulai menyentuh kening dari Zen, lalu megalirkan kekuatannya dan membuat mereka berdua menghilang dari sana dan entah menuju kemana saat ini. Sedangkan Tio yang akhirnya keluar dari kamar mandinya setelah selesai membersihkan tubuhnya, masih melihat Zen tertidur dengan nyenyak.
Tio hendak membangunkannya, namun dia urungkan karena dia menganggap Zen mungkin masih lelah setelah mengalami malam panas dengan dirinya tadi malam. Akhirnya dengan tubuh telanjangnya yang baru saja keluar dari kamar mandinya, Tio langsung menuju kesebuah lemari dan mencari baju yang akan dikenakannya.
Zen sendiri saat ini sudah melayang pada sebuah tempat yang dipenuhi dengan bintang. Tentu saja tempat ini sangat familiar baginya, karena dia pernah berada ditempat ini sebelumnya. Namun saat dia melihat sekeliling, dia tidak menemukan siluet yang membawanya menuju tempat ini.
"Halo!" teriak Zen.
Namun suaranya hanya menggema, karena tidak ada siapapun yang berada disini. Namun perlahan sebuah layar Imaginer muncul didepannya setelah dia meneriakan sesuatu, dan langsung membuatnya terkejut saat melihatnya.
"A-Apakah ini statusku?" kata Zen yang terkejut melihat statusnya saat ini.
<Status>
Status:
Nama: [Uchiha Zen]
Race: [Demi-God]
Level: [∞]
Toko Poin: [27.994.422]
STR: Max
AGI: Max
INT: Max
DEX: Max
Skill: [Infinity Mana] [Diamond Body] [Negative Attribute Ressistance] [Elemental Ressitance] [Infinity Stamina] [All Element Affinity] [Clean: 10] [Heal: 10] [Creation: 10] [Cooking: 10] [Gravity: 10] [Absorb: 10] [Supersonic Step: 10] [Aerodynamic: 10] [Rift Walk: 10] [Night Vision: 10] [Poison: 10] [Telepathy: 10] [Tracking: 10] [Intimidate: 10] [Stealth: 10] [Spatial: 10] [Restoration: 10] [Evolution: 10] [Sharingan: 10] [Spirit: 10] [Conqueror Haki: 10] [Metamorfosis: 10] [Concept: 10] [Necromancer: 10]
"D-Demi-God?" gumam Zen setelah melihat ras yang ditampilkan pada statusnya.
Zen masih mencerna apa yang dia lihat saat ini, dikarenakan statusnya berubah sepenuhnya saat dia menggunakan sebuah skill yang membuatnya menjadi seperti ini sebelumnya. Namun sebuah cahaya terang mulai mendekat kearahnya setelah dia masih membaca statusnya yang terpampang didepannya.
"Selamat Zen, kamu sudah berhasil membuka kekuatan dewamu" kata sebuah siluet cahaya yang membawanya ketempat ini.
"T-tunggu... apa mahsutnya ini Sang Pencipta?" tanya Zen kemudian.
"Apakah kamu mengingat perkataanku sebelumnya, saat aku memberikan 1% kekuatanku kepadamu?" tanya Sang pencipta itu kembali.
"Ya... aku mengingatnya dengan jelas" jawab Zen.
"Itulah 1% kekutanku, jika kamu membukanya dengan sepenuhnya akan menjadi seperti apa yang kamu lihat saat ini" kata Sang Pencipta.
Zen langsung menelan ludahnya mendengarkan itu semua. 1% Kekuatan yang diberikan kepadanya dapat membuat seseorang menjadi setengah dewa, lalu apa yang terjadi jika siluet cahayanya didepannya menggunakan seluruh kekuatannya.
"L-lalu apa yang anda inginkan Sang Pencipta dengan menunjukan semua ini dan membawaku kesini?" tanya Zen.
"Sepertinya kamu melupakan saat aku mengatakan bahwa kamu merupakan keturunanku Zen" kata Siluet cahaya tersebut lalu berubah menjadi seseorang pria paru baya.
"Mengapa kamu masih menggunakan bahasa yang formal kepadaku. Padahal aku menyempatkan datang pada pernikahanmu" kata wujud tersebut.
Memang Zen sangat terkejut melihatnya, karena dia sempat melihat pria paru baya ini berada pada pernikahannya dengan Asuna sebelumnya.
"L-Lalu aku harus memanggilmu dengan apa?" kata Zen yang masih sungkan saat melihat sosok yang berada didepannya.
"Kakek mungkin" jawabnya sambil tersenyum.
"B-Baiklah... K-Kakek lalu apa yang membuatmu membawaku ketempat ini?" tanya Zen.
"Aku ingin membuatmu memilih" kata pria paru baya tersebut.
.
.
Ditempat lain, Tio yang sudah memakai pakaiannya dan keluar kamarnya untuk mengambil sarapan untuk dirinya dan Zen, mulai membawanya pada kamar mereka dan berniat untuk sarapan bersama Zen dikamar yang mereka gunakan untuk tidur bersama semalam.
Tio saat ini sudah membawa berbagai macam makanan dibantu oleh pelayannya Venri menuju kekamarnya. Tio dengan sigap menata sarapannya tersebut dan berniat untuk membangunkan Zen yang masih terlelap.
"Baiklah... sekarang tinggal membangunkan Zen" kata Tio, namun tiba – tiba saja pintu kamarnya terdengar suara orang sedang mengetuknya.
"Nona Tio, ini aku Froze" kata orang yang mengetuk pintu sebuah kamar yang digunakan Tio dan Zen.
"Ada apa Froze?" tanya Tio yang saat ini sudah membukakan pintu kamarnya.
"Nona Yuna dan lainnya mencoba menghubungi anda dan Master sedari tadi, namun mereka tidak mendapatkan jawaban dari kalian berdua. Akhirnya mereka menyuruh saya untuk melihat kondisi kalian saat ini" kata Froze.
"Ah maaafkan aku, aku tidak sempat melihat ponselku" kata Tio, karena dia belum sempat memeriksa ponselnya sedari tadi.
Namun saat hendak kembali kekamarnya dan mengambil ponselnya, Tio tidak lupa mengajak Froze untuk sarapan bersamanya dengan Zen dikamar mereka. Walaupun Froze menolaknya, dia tidak berdaya karena paksaan dari Tio dan membuat dia menyetujuinya.
"Tunggu aku akan membangunkan Zen terlebih dahulu" kata Tio.
Namun saat dia tiba pada kamarnya, sebuah lingkaran hitam besar berada disamping Zen saat ini. Tio yang melihat hal tersebut langsung mencoba berlari kearah Zen, karena lingkaran itu seakan menarik Zen untuk memasuki lingkaran hitam tersebut.
Froze yang mendengar suara berisik, juga mulai mengikuti langkah Tio untuk memeriksa suara tersebut. Namun yang dia temukan saat ini, Zen mulai terhisap sesuatu dan Tio berusaha dengan keras menahannya dengan sekuat tenaga.
"Nona Tio!" teriak Froze
"Cepatlah bantu aku Froze" balas Tio. Yang saat ini berusaha menarik tubuh Zen yang mulai terhisap semakin dalam.
Froze sudah membantu Tio dan menggunakan kekuatan penuhnya, namun usaha mereka sia – sia setelah akhirnya mereka berdua ikut tersedot dalam pusaran hitam tersebut yang menyedot Zen sebelumnya, dan membuat mereka menghilang dari sana.
.
.
Pada dunia Modern, Seseorang sedang memamerkan hasil ciptaannya kepada pihak yang saat ini sedang memperhatikan sebuah penemuan yang sangat inovatif. Bahkan mereka tidak menyangka, perusahaan kecil yang dulunya hanya menjual perhiasan, bisa menciptakan sesuatu seperti ini.
"Baiklah, saat ini saya akan menunjukan fungsi lain dari pakaian ini" kata seorang pria tampan, yang mengenakan setelan yang elegan dan sudah beridri pada sebuah panggung.
Namun didepannya seseorang sudah memegang senjata dan bersiap menembaknya. Suara tembakan terus menggema ditempat ini, hingga peluru dari orang yang menembak pria tampan tersebut telah habis.
"Bagaimana?" kata pria tampan tersebut sambil menunjukan bahwa dirinya tidak apa – apa saat ini.
Para hadirin yang melihat kejadian tersebut mulai bertepuk tangan dengan apa yang dilihatnya. Karena seorang pria yang saat ini menggunakan setelan jas yang gagah, ternyata tidak terluka akibat sebuah tembakan yang diarahkan kepadanya.
Banyak pihak akhirnya mulai memesan desainnya, dan bahkan pihak pemerintahan juga langsung mendekati seorang wanita yang merupakan CEO dari perusahaan yang menciptakan produk tersebut.
Melihat pria tampan tersebut sudah ditinggalkan, salah satu tamu yang menghadiri acara ini yang merupakan salah satu perwakilan dari keluarga ternama pada kota ini, mulai mendekati pria tampan tersebut.
"Tidak kusangka, perusahaan Elite dipimpin oleh pelayanmu." Kata wanita yang mendekati seorang pria yang mengujicoba setelannya tadi.
"Dia bukan pelayanku Yukinoshita-san, dia sudah kuanggap sebagai keluargaku" kata pria tampan tersebut.
"Sudah kubilang, kamu bisa memanggilku Bibi. Dan kudengar kamu akan memasuki SMA Soubu?" tanya wanita tersebut.
"Benar Bibi, Kakekku memaksaku untuk melanjutkan pendidikanku saat ini, dan akhirnya aku memutuskan bersekolah disana."
Halo~
Akhirnya dunia kedua sudah selesai. Terima kasih yang sudah membaca tulisan author sampai disini.
Untuk dunia selanjutnya, kalian bisa menebaknya bukan? sudah sangat jelas kemana Zen pergi selanjutnya.
Namun untuk Dunia selanjutnya, Author memutuskan akan melanjutkan ceritanya minggu depan, karena Author memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Jadi... Terima kasih... dan sampai jumpa minggu depan