webnovel

BAB 31 – PENGAKUAN

"Aku berusaha memperlakukannya dengan baik"

"Yoona… maksudku Yohanna, dulu masih sangat kecil saat dibawa pergi oleh Ayahnya. Aku baru melihatnya lagi saat dia sudah beranjak dewasa" jelas Henry

"Kami sangat menyayanginya walaupun tidak tumbuh besar bersama" lanjutnya termenung, seolah tidak memiliki kata-kata lagi untuk di katakan.

Saat dirinya melihat Jonathan setelah sekian lama tidak bertemu, dia sendiri berpikir akan memperkenalkan Jonathan dengan Adik perempuannya karena dia merasa Jonathan adalah pribadi yang baik, bahkan Ibunya juga berpikir sama seperti dirinya.

Tapi setelah mengetahui keduanya telah menikah, ada perasaan tidak rela dengan hubungan mereka.

"Tidurlah, ini sudah sangat larut. Kamar Yoona ada di ujung sebelah kanan"

"Tidak, dia akan membunuhku jika aku masuk ke kamarnya" gumam Jonathan dengan senyum membuat Henry menatapnya penasaran

"Kami tidak tidur dalam kamar yang sama, dia masih belum menerimaku menjadi suaminya" jelas Jonathan jujur

"Aku sangat mencintainya, sudah bertahun-tahun lamanya. Tapi sepertinya dia tidak merasakan hal yang sama denganku" ujar Jonathan ringan "Pada kenyataannya aku mendaftarkan pernikahan kami secara sepihak, karena aku takut dia pergi meninggalkanku. Dan akhirnya dia tetap pergi meninggalkanku" lanjut Jonathan miris

Membuat Henry tidak bisa mengatakan apapun, amarahnya seketika memuncak mendengar pengakuan Jonathan tetapi lenyap melihat betapa menyedihkan ekspresi Jonathan saat ini. Itu sama seperti ekspresi Jonathan di masa lalu saat Ibunya bunuh diri di depannya.

Pria muda di sampingnya ini masih seperti bocah laki-laki yang bertahun-tahun lalu sempat tinggal di rumahnya karena traumauntuk tinggal di rumahnya sendiri. Henry bahkan masih ingat bahwa saat itu Jonathan hampir tidak bisa memejamkan mata untuk tidur selama seminggu penuh karena takut akan mimpi buruk yang menghantuinya.

"Apa kamu masih memiliki gangguan tidur sampai saat ini?" tanya Henry ragu

"Membaik saat kami mulai tinggal bersama, sesekali akan kambuh saat Yohanna tidak tidur di rumah"

Mendengar jawaban Jonathan membuat hati Henry semakin sakit, Jonathan seperti adik laki-lakinya saat kecil.

"Tinggallah disini untuk beberapa hari sampai Ibu pulang, sebaiknya kamu mengatakan sendiri pada Ibu apa yang sudah terjadi diantara kalian berdua" jelas Henry "Yoona tidak mengatakan apapun selama dia disini" lanjutnya pasrah

Mendengar apa yang dikatakan Henry membuat Jonathan sedikit kecewa karena Yohanna sepertinya tidak ingin keluarganya mengetahui hubungan mereka.

~~~

William sudah pergi pagi-pagi sekali karena harus segera membereskan masalah Laurent. Dia juga sedikit lega karena Jonathan berada disini untuk bisa menjaga Yohanna, dia juga tak lupa melaporkan apa yang telah terjadi kepada Ayah Yohanna.

"Han Yoona…!!!" teriak Jisung di depan kamar Yohanna "Apakah kamu tidak akan bangun? Kamu mengusir suamimu dan membiarkannya tidur diluar kamar?!" Lanjutnya kesal

"Kenapa kamu berteriak di pagi buta" sahut Yohanna dari dalam kamar

"Matahari bahkan sudah hampir membakar rambutku bagaimana kamu bisa mengatakan pagi buta" timpal Jisung melihat Yohanna keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur

"Pergilah bekerja, kamu di rumah sepanjang hari membuatku sesak" ujar Yohanna melihat Jisung mengikutinya

"Aku mendapatkan cuti selama beberapa hari, bukankah kamulah yang sepanjang hari berada dirumah. Dasar pengangguran" ledek Jisung

"Suamiku cukup kaya sehingga aku tidak perlu bekerja" kata Yohanna melirik Jonathan yang baru saja keluar dari kamar tamu "Bahkan, uangnya tidak akan habis walaupun aku berfoya-foya setiap hari" lanjutnya

"Pagi" sapa Jonathan mendekati Yohanna yang tengah menyeduh kopi "Itu untukku?"

"Minumlah air putih terlebih dulu" sahut Yohanna mengambil sebotol air mineral lalu menyerahkannya pada Jonathan

"Hah…. Mataku!!!" teriak Jisung "Aku tidak bisa melihat adegan romantic sepasang suami-istri di pagi hari, jiwaku merasa di khianati" lanjutnya berlebihan

"Enyahlah" timpal Yohanna sinis

"Kamu melihatnya? Itulah sifat aslinya, bagaimana bisa kamu menyukai gadis sepertinya" ujar Jisung pada Jonathan

"Aku tahu, dia melakukannya setiap hari" sahut Jonathan meminum kopinya

"Bukan kopi, tapi sifatnya…" sela Jisung mengira Jonathan berbicara mengenai kopi

"Apakah sifat cueknya? Aku sudah terbiasa" jawab Jonatahn terlihat tak keberatan

"Hmmm… aku tidak bisa berkata-kata" Jisung pasrah melihat keduanya

Ketiganya duduk di meja makan setelah Yohanna selesai membuat sarapan, Jisung tidak berhenti berbicara. Banyak pertanyaan masih mengganggu pikirannya

"Bagaimana kalian berdua bisa saling mengenal?" tanya Jisung

"Bukankah kamu sudah menanyakan itu" sela Yohanna cuek

"Aku penasaran dengan detailnya" timpalnya

"Tentu saja karena aku cukup popular di sekolah" sahut Jonathan dengan santai sambil mengunyah sarapannya

"Sudah ku duga, tidak mungkin Yohanna yang popular" ejek Jisung

"Dan aku mengejarnya" lanjut Jonathan membuat Jisung tersedak makanannya

"Tidak mungkin" responnya kemudian setelah batuknya reda

"Walaupun aku tidak popular, setidaknya semua orang mengenalku" ujar Yohanna santai

"Kamu benar sayang, bahkan aku harus bersaing dengan beberapa orang untuk mendapatkanmu" dukung Jonathan

"Hentikan!!!" sela Jisung kesal

"Sepertinya aku harus bekerja hari ini, aku tidak akan tahan berada dirumah bersama kalian berdua" keluh Jisung sembari berdiri dari kursinya "Hah… kenapa disaat seperti ini kakak harus pergi bekerja dan William juga harus menyelesaikan tugas rahasianya" lanjut Jisung sedih

"Duduklah dan habiskan sarapanmu" kata Yohanna hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap berlebihan saudara kembarnya

"Baiklah" respon Jisung segera kembali duduk dan melanjutkan makan

"Ah… Yoona. Apa kamu masih ingat dengan Lucas? Mantan pacarmu di sekolah menengah" tanya Jisung langsung mendapat tatapan curiga dari Jonathan

"Dia bukan mantan pacarku, tapi Ibunya selalu ingin aku menjadi menantunya" sahut Yohanna santai membuat Jisung yang awalnya ingin menggodanya segera menutup mulutnya karena respon Yohanna tidak seperti yang dia harapkan

"Apakah dia lebih tampan dariku?" sela Jonathan

"Begitulah, dia seorang Model sejak sekolah menengah" sahut Yohanna cuek membuat Jisung berkeringat dingin melihat perubahan sikap Jonathan

"Yoona, kamu tidak boleh membandingkan pria lain dengan suamimu"

"Dia bertanya dan aku menjawab. Bagian mana yang membandingkan?"

"Apa kamu cemburu?" lanjut Yohanna menatap Jonathan tapi tidak mendapatkan respon hanya sebuah tatapan penasaran

"Kamu akan menjadi orang aneh jika cemburu dengan Lucas, aku hanya mengenalnya beberapa bulan. Kami pergi dan pulang Les bersama bahkan tidak pernah bergandengan tangan" jelas Yohanna tanpa beban

"Jika itu William, apa aku boleh cemburu?"

"Itu lebih tidak masuk akal. Dia temanku sejak kecil bahkan aku langsung menolaknya dan pergi ke Negara A setelah dia menyatakan perasaannya padaku" cemooh Yohanna

"Jadi dia tidak berarti untukmu?"

"Tidak juga, jika tidak ada dia maka tidak akanada aku yang seperti ini. Dan mungkin, kita tidak bisa bertemu" elak Yohanna "Berterima kasihlah padanya"

Kata itu membuat Jonathan dan Jisung tidak bisa berkata-kata lagi, entah siapa yang mengajari cara berbicara Yohanna yang tanpa ampun itu. Jika tidak kuat orang akan menderita secara psikis karena semua kata-katanya.

Tidak banyak yang mereka bertiga lakukan hari itu, hanya obrolan ringan dan setelah itu kembali ke kamar masing-masing. Tentu saja Jonathan masih di kamar tamu karena Yohanna masih tidak mengijinkan dia masuk ke kamarnya.

Saat hari menjelang sore, Yohanna menemani Jonathan kembali ke Hotel untuk mengambil pakaian dan menyuruh Tony kembali ke Negara A terlebih dahulu.

Bahkan Yohanna juga menelpon Jessi untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

"Aku akan mengantarmu ke bandara" kata Jonathan pada Tony yang telah selesai berkemas dan memberikan satu koper kepada Joanthan

"Saya akan naik taksi, ini baju yang sudah saya siapkan untuk anda"

"Asisten Tony, kami akan mengantarmu tidak perlu sungkan"

"Terima kasih Nyonya Lee" ucap Tony tulus karena merasa lega akhirnya Bosnya sudah bertemu dengan Istrinya dan mereka berdua terlihat baik-baik saja

Setelah mengantar Tony ke Bandara, Jonathan tidak kembali ke rumah Henry melainkan memarkir mobilnya di Hotel

"Kenapa kita kembali kesini? Apa ada barangmu yang tertinggal?"

"Kita akan menginap di sini malam ini"

"Kakakku akan mencariku jika aku tidak kembali" elak Yohanna

"Kamu pergi dengan suamimu"

'Suami diatas kertas' itulah kata yang hendak Yohanna katakan tapi segera dia urungkan karena tidak ingin membuat suasana kembali kacau.

Entah mengapa dia merasa enggan berdebat dengan Jonathan yang kini mengandengnya kembali memasuki loby Hotel mengambil kunci kamar dan menaiki lift menuju lantai paling atas.

Kamar itu terlalu besar untuk mereka berdua, tertata rapi dan ada bunga di tempat tidur. Seperti kamar pengantin

"Tentukan sekarang, siapa yang akan tidur di tempat tidur dan siapa yang akan tidur di sofa" ujar Yohanna yang sama sekali tidak terbawa suasana romantic dengan dekorasi kamar itu

"Kenapa harus ada yang tidur di sofa, bukankah ini kamar untuk kita berdua"

"Tentukan sekarang atau aku akan kembali ke rumah kakakku"

"Aku di sofa" jawab Jonathan segera sembari mengangkat tangannya

Mendengar itu Yohanna segera masuk kamar mandi, dia tersenyum melihat reaksi Jonathan yang sepertinya tidak ingin membuatnya marah. Jessi mengatakan hal yang benar, 'Jonathan tipe suami takut istri'

Saat Yohanna keluar dari kamar mandi, dia melihat Jonathan sudah mengganti pakaiannya dengan kaos santai sedang menonton televise. Kegiatan yang benar-benar jarang dia lakukan.

"Kemarilah, film ini benar-benar lucu" panggilnya dengan senyum membuat Yohanna mendekat tanpa ragu "Film ini sangat lucu, bagaimana menurutmu?" tanya Jonathan setelah flm yang mereka tonton selesai

Yohanna bahkan tidak begitu mengerti jalan cerita film tersebut karena terlalu focus melihat Jonathan yang terlihat tertawa beberapa kali saat menonton film tersebut.

"Apa kamu nyaman tidur dengan pakaian seperti itu?" tanya Jonathan kemudian karena melihat Yohanna tidak merespon pertanyaan sebelumnya

"Pakailah bajuku, pilih yang nyaman untukmu. Itu semua belum aku pakai, Tony baru membelinya saat baru tiba"