webnovel

BAB 27 – URUSAN RUMAH TANGGA

"Ini urusan rumah tanggaku, jangan ikut campur"

"Rumah tangga apanya? Wajar jika orang pacaran bertengkar" sela Jessi frustasi dengan tindakan Jonathan tanpa memikirkan resiko trauma yang pernah dia alami

"Dia istriku"

"Setidaknya nikahi dia terlebih dahulu baru mengatakan dia istrimu, dia pasti kabur karena kamu tidak ada kepastian dalam berhubungan. Bahkan kalian sudah tinggal bersama terlalu lama" lanjut Jessi sinis

"Hah…" Jonathan menghela nafas panjang sembari melempar file yang sedari tadi di tangannya lalu menatap Jessi yang berdiri di depannya dengan tajam membuat Jessi secara tidak sadar mundur beberapa langka

"Aku mengatakan dia istriku artinya dia adalah istriku, dia saudari iparmu" jelas Jonathan membuat Jessi berkedip beberapa kali untuk mencerna kata-kata Jonathan

"Bukankah kamu juga mengatakan itu saat pertama kali mengenalkan dia padaku?"

"Aku sudah mendaftarkan pernikahan kami tiga minggu lalu"

"Apa?" tanya Jessi kaget

"Pergilah, kamu terlalu berisik"

"Kalian sudah menikah?" tanya Jessi lagi "Mereka berdua benar-benar sudah menikah?" tanya Jessi pada Tony yang baru saja masuk keruangan Jonathan menyerahkan passport baru milik bosnya dan juga nyonya bos yang sudah diganti data serta nama belakangnya

Mendengar pertanyaan mendadak dari Jessi membuat Tony reflek membuka passport milik Yohanna yang masih berada ditangannya

Seketika membuat mata Jessi terbelalak melihat nama Yohanna Lee dengan status menikah. Jessi membungkam mulutnya sendiri karena menahan teriakannya

"Okay… biarkan aku menginput semua data yang baru saja aku terima" ujarnya dengan ekspresi rumit membuat Jonathan mengerutkan alisnya melihat sepupu perempuannya itu bersikap berlebihan

"Bisakah kamu bersikap biasa saja, kamu tidak perlu sekaget itu"

"Diam kamu!" bentak Jessi membuat Tony yang ada di sampingnya hanya bisa menggelangkan kepala, hanya Nona Jessi yang berani melakukan itu

"Aku akan pergi sekarang" sela Jessi kemudian setengah bingung

"Jangan katakan pada siapapun jika aku sudah menikah, sebelum aku membawa Yohanna pulang" ujar Jonathan membuat Jessi menghentikan langkahnya

"Kenapa tidak? Setidaknya itu adalah alasan yang bagus kamu kembali kesana karena untuk menjemput istrimu"

"Yohanna pergi karena pernikahan itu" gumam Jonathan

"Kamu memaksanya menikah?!"

"itu karena aku tidak ingin dia meninggalkanku" gerutu Jonathan

"Wahhhhh" respon Jessi kesal "Pergi jemput dia dan jangan malu untuk minta maaf kalau perlu kamu harus berlutut di depannya" lanjut Jessi tapi tidak mendapatkan respon dari Jonathan

"Kenapa aku harus melakukan itu"

"Sialan! Bagi perempuan pernikahan itu penting, setidaknya harus ada lamaran romantic dan pernikahan yang indah" jelas Jessi

"Aku sudah melamarnya dan aku akan memberikan apapun yang dia mau, bukan hanya pernikahan megah bahkan jika dia menginginkan semua yang aku miliki maka akan ku berikan"

"Aku tidak tahan dengan pemikiranmu, cepat pergi jemput Yohanna!" teriak Jessi

"Tanpa kamu suruh aku juga akan jemputnya" Jonathan mulai tersulut emosi karena teriakan Jessi

"Jadwal peswat dua jam lagi, apakah saya perlu menyiapkan baju dan barang yang harus anda bawah?" sela Tony yang sudah mengantisipasi terjadinya perkelahian antara Bosnya dan Nona muda yang terkenal tidak memiliki rasa takut

"Tidak perlu" ujar Jonathan beranjak dari kursinya "Ke Bandara sekarang" lanjutnya melewati Jessi yang masih berdiri di ambang pintu dengan tatapan sinis

"Nona Jessi, mohon tahan emosi anda" gumam Tony

"Kenapa kamu tidak memberitahuku masalah ini"

"Saya yang mendaftarkannya, tapi saya baru mengetahui setelahnya jika nona Yohanna ternyata tidak mengetahui semua itu" jelas Tony

"Jonathan benar-benar gila" gerutu Jessi "Ikutlah dengannya, jangan sampai dia menggila di rumah mertuanya. Tetap kabari apa yang terjadi disana" lanjut Jessi hanya mendapat anggukan dari Tony yang segera menyusul langkah Jonathan keluar kantor

"Yohanna, kuharap kamu bisa mengambil keputusan yang terbaik untukmu" gumam Jessi untuk sahabatnya itu.

Suara notifikasi berbunyi di ponsel yang berada di Negara berbeda, membuat sedikit kerutan pada penerimanya, "penghianat dan kekasih kecilnya" gumamnya

"Akhirnya aku menemukan kalian" seringainya

~ ~~

Langit sudah gelap saat mereka tiba di bandara internasional Negara K. tony segera sibuk dengan ponselnya guna menghubungi supir yang akan menjemput mereka menuju Hotel yang sudah di Booking olehnya sebelum menaiki pesawat.

Walapun sudah hampir tengah malam, suasana jalanan masih lumayan ramai. Jonathan tidak mengatakan apapun sejak masuk pesawat hingga mereka tiba, kini matanya hanya tertuju pada jalanan yang sudah banyak berubah sejak terakhir kali dia berada disini.

Setelah sampai di Hotel dia bahkan tidak langsung beristirahat tidur melainkan membuka galeri foto di ponselnya

Beberapa foto Yohanna yang tersenyum manis di beberapa perayaan yang meraka lakukan bersama atau bahkan foto yang dia ambil secara diam-diam.

Betapa kejamnya gadis yang memiliki senyum manis ini padanya, seluruh waktu sudah dia berikan untuk bisa membuatnya bahagia tapi sama sekali tidak pernah mendapat balasan yang dia inginkan

"Yohanna" desahnya pelan menyandarkan kepalanya di sofa dengan satu tangan menutupi matanya

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa kembali padaku" gumamnya pelan

Keesokkan paginya Tony telah berdiri didepan pintu kamar Jonathan sudah hampir satu jam tapi tidak ada tanggapan yang berarti dari empunya kamar

Tony kembali menelpon ponsel Jonathan dan terdengar suara ponsel dari dalam kamar tapi sepertinya pemilik ponsel itu enggan untuk menjawab panggilannya.

Ini bukan seperti Bosnya, tidak mungkin mengabaikan semua panggilan dan bangun tidur terlalu siang. Sampai akhirnya Tony meminta kunci cadangan di petugas Hotel. Saat dia membuka kamar itu terlihat kosong, hanya ada coat Bosnya tergantung tanpa penghuni ruangan. Bahkan Ponsel dan dompetnya msih berada di saku coat tersebut.

Tony mengingat trauma Bosnya dan langsung menghubungi pihak kemanan Hotel guna memeriksa CCTV. Terlihat dari rekaman CCTV jika Jonathan keluar dari Hotel saat langit masih gelap, bahkan dia terlihat tenang dan berjalan santai seperti tidak terjadi sesuatu itu semakin membuat Tony khawatir. Bosnya bahkan tidak membawa Ponselnya jadi dia tidak bisa melacak dimana dirinya sekarang berada.

"Haruskah aku melakukan kejahatan disini?" gumam Tony berencana merentas system keamanan CCTV area sekitar untuk mengecek keberadan Bosnya

Tapi dia mengurungkan niatnya saat melihat seorang laki-laki berjalan kaki memasuki Loby Hotel dengan langkah santai, pakaian yang dia kenakan masih sama dengan pakaian semalam ketika mereka tiba disini

"Anda sudah kembali? Anda dari mana saja?" tanya Tony khawatir

"Jalan-jalan pagi" sahut Jonathan santai

Tony tidak bisa berkata-kata ketika mendengar respon dari Bosnya itu. Ternyata hanya dia yang terlalu berpikir berlebihan.

Mereka berdua memasuki lift bersamaan dalam diam, Tony tidak berani menanyakan sesuatu yang sedari tadi mengganjal di pikirannya

"Saya akan pesankan makanan untuk anda, jadi beristirahat dulu sebentar sebelum kita ke rumah Nyonya"

"Aku tidak akan kesana"

"Maaf?" respon Tony seperti mendengar sesuatu yang salah 'Bukankah jauh-jauh terbang kesini untuk menjemput Istrinya? Kenapa tidak ingin pergi menemuinya?' pikir Tony

"Kamu pergi menemuinya" kata Jonathan singkat lalu masuk ke kamar mandi "Belikan baju untukku" lanjutnya dari dalam kamar mandi

Tony langsung berajak pergi dengan beberapa pikiran di otaknya, Bos ini memang susah sekali di tebak jalan pikirannya

Ting~~~ 'Katakan pada istriku jika aku disini dan tanyakan padanya apakah dia ingin kembali ke rumah bersamaku atau tidak' pesan Jonathan membuat Tony menghela nafas panjang setelah membaca text tersebut

"Aku juga harus mengurus masalah rumah tangganya" gumam Tony "Harusnya aku tidak mendaftarkan pernikahan mereka" lanjutnya mulai frustasi

Matahari sudah mulai diatas kepala saat Tony akhirnya memutuskan untuk menghubungi Yohanna, tapi nomer yang dia putar salah. Kemungkinan besar Yohanna sudah menganti nomernya, itu semakin membuatnya frustasi.

Hari sudah mulai gelap, tapi Tony masih belum bisa menghubungi Yohanna. Dia pun tidak berani melaporkan itu pada Jonathan karena suasana hatinya terlihat tidak begitu baik dan enggan beranjak keluar dari kamarnya. Di tambah lagi dengan dering ponsel yang tak kunjung berhenti karena sejak siang tadi Jessi tidak berhenti menghubunginya.