"Untuk apa kamu ikut masuk?" ujar Jonathan menghadap kearah Tony yang ada di samping pintu sembari menyembunyikan Yohanna di belakangnya
"Saya ingin bertanya, apakah saya perlu memesankan makanan?" jawab Tony sebisanya karena gugup
Jonathan berbalik menghadap Yohanna dan masih menutupi Yohanna dari pandangan Tony seakan enggan siapapun melihat gadisnya itu. Karena saat ini Yohanna terlihat menggoda dengan rambut basahnya dengan beberapa air masih menetes di ujung rambutnya.
"Sayang, kamu ingin makan di kamar atau di luar?"
"Kita makan diluar, bukankah siang ini kamu harus bertemu klien?" sahut Yohanna
"Oke, berpakaian rapi aku akan mengajakmu bertemu mereka juga" jawab Jonathan
"Ambilkan pakaianku, aku akan mandi disini" kata Jonathan kepada Tony yang masih setia menunggu perintah Bosnya dengan menunduk takut salah melihat yang seharusnya tidak dia lihat. Tony langsung pamit pergi setelah mendengar perintah Bosnya itu.
Tony mengirimkan pakaian Jonathan sekaligus pakaian untuk Yohanna pakai lalu segera menyiapkan mobil menuju restoran yang telah dijadwalkan untuk bertemu Klien tersebut.
Saat mereka sampai di sana sudah ada beberapa orang yang kemaren Yohanna lihat di Loby Hotel, mereka adalah petinggi kantor cabang perusahaan milik Jonathan.
Beberapa orang memberi salam dan mereka makan siang bersama sambil berbincang sebelum membahas kearah pekerjaan.
Yohanna mulai tidak nyaman saat beberapa orang melihat kearahnya dan bertanya tentang dirinya. Pandangan orang-orang itu mulai semakin aneh saat melihat Jonathan dengan perhatian memberikan makanan untuknya.
Melihat sikap Yohanna yang terlihat cangung dan bahkan tidak bicara sama sekali akhirnya Jonathan menyadari ketidak nyamanan yang di rasakan Yohanna
"Berhenti menjilat istriku, proyek ini tidak akan deal jika kalian hanya bisa berkata manis dan menatap istriku seperti itu" ujar Jonathan acuh sembari meletakkan sendoknya membuat beberapa orang di ruangan itu terkejut tidak terkecuali Yohanna yang di panggil 'Istri' oleh Jonathan.
"Maafkan kami Ny. Lee jika membuat anda tidak nyaman" kata salah satu dari mereka Yohanna hanya mengangguk pelan
"Sayang ayo pulang" sela Jonathan sembari berdiri dari tempat duduknya diikuti dengan Yohanna "Tony akan mengurus kontrak itu" lanjut Jonathan saat melihat beberapa orang hendak protes karena mereka sama sekali belum membicarakan tentang proyek baru yang akan mereka diskusikan kontrak kerjannya.
Tony dengan santai mengeluarkan beberapa file yang tadi pagi sudah di setujui oleh Jonathan, sekarang mereka hanya perlu mempresentasikannya dengan baik.
~~~
Setelah kembali dari kota B, mereka berdua menjalani aktifitas seperti biasanya. Yohanna bahkan lebih seibuk dari Jonathan untuk saat ini karena tugas akhir yang sedang dia kerjakan. Jika semua berjalan lancar tahun ini dia akan segera wisuda kelulusan.
"Kamu di sini lagi?" tanya Jonathan kepada seorang gadis yang kini duduk di ruang tengah dengan setumpuk buku dan beberapa kertas berserakan di lantai.
"Beberapa halaman harus di ubah, aku merasa kepalaku hampir pecah" keluh gadis yang bernama Jessi itu terlihat frustasi
"Ini sudah sangat larut, pulanglah" usir Jonathan melangkah pergi
"Karena sudah sangat larut harusnya kamu menyuruhku untuk menginap" sahut Jessi kesal tapi tidak di hiraukan oleh Jonathan yang kini berdiri di depan gadis kesayangannnya
"Kamu sudah pulang?" tanya Yohanna yang kini membawa beberapa cemilan untuk Jessi karena sedari tadi dia mengeluh bosan dan hampir mati karena otaknya tidak bisa bekerja dengan baik
"Ayo tidur" ajak Jonathan merangkul Yohanna
"Jessi masih ada disini" tolak Yohanna menghindari tangan Jonathan yang ada di pundaknya
"Jessi, pulanglah. Jangan mengganggu waktu tidur kami berdua" teriak Jonathan yang langsung dibuahi pukulan oleh Yohanna
"Jaga bicaramu" gerutu Yohanna kesal
"Jonathan sialan! Kamu masih memiliki banyak waktu bersama, sedangkan tugas ini harus selesai bulan depan jika tidak kami harus mengulang satu tahun lagi" teriak Jessi kesal sembari melempar bantal sofa kearah punggung Jonathan
"Beraninya kamu melemparku!"
"Tentu saja berani! Jika kamu tidak memberi waktu Yohanna untuk mengerjakan semua ini denganku selama satu bulan, aku pastikan akan mengganggu waktu kalian setahun kedepan" ancam Jessi kesal
"Masuklah dan mandi, tugas ini tidak akan selesai jika kalian berdua selalu bertengkar jika bertemu seperti ini" keluh Yohanna sembari mendorong Jonathan menuju kamar
"Sayang, kamu lebih memilih dia" gumam Jonathan
"Baiklah, aku memilihmu tapi jangan marah jika setahun kedepan dia akan terus berada disini" jelas Yohanna menahan kesabaran
"Baiklah" ujar Jonathan tapi segera memeluk Yohanna dan menciumnya
"Kalian akan sampai kapan berciuman? Ini udah hampir tengah malam" sela Jessi yang kini berada di belakang mereka karena tak kunjung melihat Yohanna keluar
"Aku akan menandaimu, tahun depan jangan sampai aku melihatmu datang kesini lagi" ancam Jonathan kembali mengecup bibir Yohanna lalu menuju kamar mandi.
Jessi merupakan sepupu jauh Jonathan yang beberapa tahun lalu baru pindah ke kota itu. Maka dari itu dia berani melawan Jonathan dan dia adalah teman satu-satunya Yohanna yang dipercaya oleh Jonathan.
"Bagaimana bisa kamu berpacaran dengan orang seperti itu?" gerutu Jessi saat mereka berdua kembali ke ruang tengah "Dia sangat kasar dan sombong" lanjutnya
Yohanna hanya tersenyum mendengar keluhan Jessi tentang Jonathan, saat kecil mereka sempat tinggal bersama. Saat itu Jonathan baru pindah ke Negara A dan tinggal di rumah Jessi yang sudah terlebih dahulu menentap di Negara ini.
"Jangan hanya tersenyum, pikirkan baik-baik masa depanmu jika kamu terus bersamanya" nasehat Jessi terlihat serius "Selama ini aku takut kamu bahkan akan hamil sebelum kelulusan" lanjutnya cemas
"Jessi, dia sangat baik. Menjagaku dengan sangat baik" kata Yohanna dengan senyum "Dia tidak seperti yang kamu pikirkan" lanjutnya
"Itu pasti karena Cinta, kamu sudah terbutakan oleh cinta" gumam Jessi sembari menggelengkan kepalanya kehilangan kata-kata
***
Waktu berlalu sangat cepat, wisuda kelulusan Yohanna berjalan dengan lancar. Akhirnya dia memiliki gelar di belakang namanya.
"Hadiah kelulusanmu" kata Jonathan sembari memberikan kotak kecil pada Yohanna yang baru saja masuk ke rumah mereka
"Apa ini?" tanya Yohanna
"Kamu harus membukanya agar mengetahui isinya"
Yohanna membuka kotak kecil itu dan terdapat sebuah kunci mobil di dalamnya
"Aku bahkan tidak bisa menyetir sendiri" ujar Yohanna sembari menatap Jonathan yang masih tersenyum padanya "Kamu tidak takut aku akan kabur dengan mobil ini?" lanjut Yohanna membuat senyum Jonathan hilang lalu merebut kunci mobil itu
"Aku yang akan menyetir untukmu" sahutnya lalu masuk kedalam kamarnya meninggalkan Yohanna
"Malam ini aku akan pergi ke pesta perpisahan" teriak Yohanna yang melihat Jonathan pergi begitu saja, tapi tidak mendapat balasan dari Jonathan
Setelah sekian lama kehidupan Yohanna saat tinggal bersama dengan Jonathan sebenarnya tidak jauh beda dengan saat dia tinggal bersama Ayahnya. Hanya saja sekarang Jonathan mengijinkan dia melakukan apapun yang Yohanna inginkan.
'Aku akan membereskan semua kekacauan yang kamu lakukan' itulah janji Jonathan
"Kamu ada dimana?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon saat tidak mendapati Yohanna di rumah
"Aku sudah bilang padamu tadi siang" sahut Yohanna dari ponselnya
"Tunggu di situ" kata Jonathan sembari mengerutkan keningnya mendengar music bising tapi Yohanna tidak mendengarnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas setelah melihat sambungan teleponnya terputus
Sebuah Club terbesar di kota itu dipenuhi muda-mudi yang sedang merayakan pesta kelulusan. Yohanna sebenarnya enggan datang tapi beberapa teman kuliahnya yang lumayan dekat dengannya memaksanya ikut.
"Yohanna, ayo turun dan menari. Jangan hanya duduk disini" teriak Jessi sembari menariknya
"Aku tidak bisa, kamu pergilah. Aku tunggu disini" tolak Yohanna
"Okay, jangan minum alcohol. Kemampuan minummu NOL, aku tidak ingin dibunuh Jonathan jika sampai membuatmu mabuk" teriaknya sembari tertawa lalu pergi meninggalkan Yohanna dan berdesakan di lantai dansa
"Kamu sendirian?" tanya seorang pria yang kini duduk di sebelah Yohanna
"Pergilah" usir Yohanna dingin
"Hei… aku bahkan belum bertanya siapa namamu, tapi kamu sudah mengusirku" sahutnya lalu tertawa "Kamu tidak bergabung dengan mereka?" lanjutnya sembari menunjuk sekelompok orang yang sibuk berdesakan di lantai dansa tapi di acuhkan oleh Yohanna
"Ayolah… jangan terlalu dingin menjadi wanita" goda pria muda itu sembari merangkul Yohanna "Lebih baik bersenang-senang" bisiknya menggoda
"Lepaskan, aku paling benci Skinship dan pergilah" kata Yohanna ketus