GIO POV
Aku merasa marah dan ingin meluapkan kekesalanku. Berulang kali aku meninju samsak di depanku. Sialan ! Kenapa lelaki tak tau diri itu kembali? Dia menuntut Naily? Tidak Naily itu punyaku. Enak saja aku sudah berjuang mati-matian.
Aku kembali menelan pil pahit, saat aku memiliki nya tak sedikitpun aku dapat menggapainya. Itu lebih sakit. Aku menggeram kesal dengan takdir burukku ini.
Benarkah Naily masih cinta pada lelaki itu? Pastinya. Kalau tidak suka , mana mungkin mereka berpacaran. Dan kemungkinan besar Naily lebih memilih dia daripada aku.
Aku suaminya, namun aku flat shoes baginya. Ya sama-sama tak punya hak. terlintas difikiran tuk bertanya pilih 'dia atau diriku'. Namun pasti Naily akan lebih memilih cowok ingusan itu. Lagi-lagi aku kalah telak. Bahkan aku kalah sebelum berperang.
"Kok baru kelihatan ? Darimana ?" tanya Naily.
"Dari luar" jawabku bohong. Padahal aku baru saja dari ruang olahraga.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com