webnovel

Chapter 2 : Senior

Pagi hari yang sangat cerah dua orang siswa siswi berdiri di depan gerbang sekolah yang tertutup. Reza dan Dewi mereka berdua terlambat sekolah karena tertinggal bus, ini semua karena ulah Reza yang bangun kesiangan dan saat perjalanan perutnya terasa mules karena terlalu banyak makan, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari toilet umum.

"Wi, gue laper." ucap Reza sambil mengusap perutnya.

Dewi yang mendengar itu merasa kesal, pasalnya Reza mengatakan hal itu dengan tampang muka tanpa dosa. Padahal gara gara Reza, Dewi juga harus ikut dihukum.

"Bisa diam ga, makan aja tuh pasir di samping Lo. Gara - gara Lo kita terlambat." ucap Dewi kesal.

"Kok gara - gara gue sih?"

"Iyalah, gara - gara Lo bangun kesiangan terus abis itu Lo mules - mules minta ke toilet, mana lama banget lagi."

"Ya ini semua gara - gara Lo gue harus makan sambil jalan kaki, udah tahu gua kalo makan sambil jalan perut gua bakal sakit, coba aja Lo ga narik gua buru - buru berangkat pasti gua udah makan dengan tenang di meja makan. Kita juga gabakal terlambat kaya sekarang."

Dewi mencubit pinggang Reza hingga membuatnya berteriak kesakitan.

"Arghh, sakit sakit."

"Ngomong sekali lagi pita suara Lo yang bakalan gua cubit."

"Emang bisa pita suara di cubit? tangan lo aja gamuat masuk ke mulut gue," ucap Reza dengan polosnya.

Dewi yang tadinya kesal menjadi lebih kesal. Bertahun - tahun dia bersama dengannya, entah mengapa Dewi masih mau berteman dengannya. Dewi mencubit pinggang Reza lagi.

"Rasain nih."

"A a a sakit wi!"

Tiba - tiba saja seorang siswa senior memakai jas merah yang merupakan seragam anggota OSIS mendatangi mereka berdua.

"Kalian bisa diam ga? udah telat tapi malah ribut."

"Iya maaf kak," jawab Dewi. Reza hanya terdiam menunduk menatap ke bawah.

"Kalian siswa baru di sekolah disini?" tanya senior itu saat melihat wajah mereka yang asing.

Reza dan Dewi menganggukkan kepala mereka.

"Iya, Kak"

"Siswa baru udah terlambat sekolah, habis ini kalian semua ikut saya."

"Baik, kak."

Senior itu meninggalkan mereka berdua yang tertunduk lemas.

***

Upacara telah berakhir semua murid membubarkan diri dari barisan dan memasuki ruang kelas mereka masing - masing, kecuali Reza dan Dewi.

Mereka terpaksa harus tetap berada di luar gerbang sekolah karena para seniornya yang mencegah mereka untuk masuk. Dewi sudah tahu mereka semua akan dihukum padahal ini hari pertama mereka memasuki sekolah.

"Kalian semua yang ada disini cepat taruh tas kalian dibawah sana, abis itu kalian pergi ke lapangan dan berlari keliling lapangan 10x,"

Kami semua melakukan apa yang diperintahkan oleh anggota OSIS yang barusan dia katakan. Untung saja ada beberapa murid lain yang juga terlambat membuat Reza dan Dewi sedikit tenang.

Reza menaruh tasnya di lantai kemudian berjalan ke arah lapangan sekolah yang cukup luas. Saat berjalan Reza tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang membuatnya dia jatuh tersungkur.

"Akh, aduh maaf maaf."

"Oi, kalau jalan pake mata! punya mata ga sih lu" ucap seorang pria dengan nada marah.

"Maaf, maaf saya ga sengaja." Reza menundukkan badannya meminta maaf.

Pria itu memperhatikan Reza dengan seksama.

"Lo, Reza?"

Reza yang namanya disebut menoleh ke arahnya dan terkejut saat melihat orang yang berada di depannya. Orang itu adalah Bagas Wijaya Kusuma. Orang yang selama ini membully - an Reza sejak SD hingga SMP. Entah karena sebuah takdir atau apa mereka dipertemukan kembali di SMA yang sama. Apa ini semua memang sudah direncanakan.

"Kau benar kan Reza? wah ga nyangka kita bisa ketemu disini. Sepertinya kita memang sudah ditakdirkan untuk bersama." ucap Bagas tersenyum tipis.

"M-maaf sepertinya kau salah orang, saya permisi." Reza membenarkan posisi kacamatanya kemudian berjalan meninggalkan Bagas. Sayangnya, Bagas menahan tubuh Reza agar tidak pergi.

"Santai dulu dong, kau nih sombong sekali. entah kenapa hati gue sedikit sakit saat teman lama engga mengenali wajah gue."

"Maaf tapi saya buru - buru, nanti saya di omelin oleh senior saya."

"lo terlambat? tenang saja gue akan membantu lo, lo gausah takut, oke?"

Bagas merangkul pundak Reza membuat Reza tak nyaman.

"Ta - tapi, Ta..."

"Udah percaya sama gue, Lo gabakalan kena masalah daripada Lo harus berlarian keliling lapangan mending ikut gue."

Reza melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan Dewi namun ia tak terlihat dimanapun. Kakinya bergetar hebat. Ingin rasanya dia menangis.

"Kau mencari siapa? kau mencari bodyguard mu itu? dia tidak ada disini, lebih baik kita bermain saja berdua. Hahahaha"

Reza menggelengkan kepalanya menolak ajakan Bagas. Dia sangat takut berada dengannya, biasanya Dewi berada disampingnya. Dia akan melawan siapapun yang mengganggu Reza , walaupun dia cewek dia tidak takut. Dewi selalu ada cara untuk mengalahkan mereka semua.

"ya kau bocah nakal, sudah berani Lo ya ngelawan gue, Dasar Mata Empat."

Tiba - tiba saja dari arah belakang seseorang menendang kaki Bagas hingga membuatnya terjatuh kesakitan.

"akh, siapa orang yang berani menendang ku, Dasar breng-" Belom selesai Bagas berbicara dia terkejut saat melihat orang yang menendang barusan.

"Kenapa kau tidak melanjutkan ucapanmu?" ucap Hendra, Ketua OSIS di sekolah ini. Kami tahu dia karena saat Pengenalan Lingkungan sekolah atau biasa disebut MOS. Dia memberikan pidato di depan siswa siswi baru di sekolah. Cara bicaranya yang tenang dan mempunyai kharisma terlihat bahwa dia orang yang berjiwa berkepimpinan tinggi. Semua perempuan tergila gila dengan pesonanya.

"Maaf,"

Suara Bagas meminta maaf dia tak mau memperpanjang masalah di hari pertamanya dia hanya pergi begitu saja.

"Kau tidak apa apa?"

"Y-Ya terimakasih sudah menolongku."

"Lo siswa baru disini? gue belom pernah liat Lo sebelumnya."

"Iya, kak."

"Nama gua Hendra, ketua OSIS disini. Nama lo siapa?"

"Nama saya Reza," sambil mengulurkan tangannya Hendra dengan cepat menjabat tangannya kemudian menariknya kembali.

"Rezaa!" Dari kejauhan terdengar suara Dewi memanggil Reza, dia berlari dengan nafas yang terengah - engah.

"Ternyata lo disini, gua cariin kemana - mana gataunya disini. Lo ngapain sih suka banget ngilang."

Dewi langsung memarahi Reza tanpa melihat pucat pasi, pasalnya Reza baru saja bertemu dengan orang yang selama ini membully nya, padahal dia mengira memasuki SMA yang elite berharap dia tidak akan bertemu dengan Bagas lagi. Nyatanya, takdir berkata lain.

Melihat Reza yang pucat Dewi merasa tak enak sudah memarahinya padahal ini semua bukan salah siapapun.

"Lo gapapa?" tanya Dewi.

"Ya, gue gapapa wi."

"Dia siapa? dia gangguin Lo?" tunjuk Dewi pada Hendra yang daripada diam melihat mereka berdua. Merasa dirinya disebut namanya tak terima dituduh secara tiba - tiba.

"Weh, santai santai. Gue disini tadi nolongin temen Lo doang kok, Iya kan?" ucap Hendra sambil melirik Reza agar di berbicara dan menjelaskan semuanya dengan apa yang telah terjadi.

Dewi berbalik arah ke Reza lalu menatapnya, menunggu jawabannya yang akan dia berikan.

"Benar za dengan apa yang dia bilang?"

"Iya, wi. Tadi dia nyelamatin gue dari Bagas."

"Bagas? maksud Lo Bagas Wijaya Kusuma? orang itu?" Dewi terkejut mendengar ucapan Reza dia tak menyangka bakalan bertemu lagi dengan manusia itu.

"Iya, gua juga ga tau. Nanti gue jelasin, sekarang mending kita pergi."

Akupun berpamitan kepada Hendra menarik Dewi meninggalkan Hendra sendirian.

Hendra hanya melihat mereka yang berjalan menjauh sambil tersenyum tipis.