webnovel

YOU AND ME? THEN HIM?

Kehidupan lelaki bernama Rivarrel Avandy Ryszard yang tenang seketika saja berubah drastis saat beberapa orang dari masa lalunya mengungkap kehidupan lama. Ingatannya tentang masa lalu membuat ia kembali menjadi sosoknya saat itu. Saat dimana ia begitu dekat dengan orang-orang tersebut. Sesosok orang yang ia kenal menjadi musuhnya saat itu. Sayangnya, Rivarrel sama sekali tidak mengetahui siapa dia. Dan berbagai masalah pun mulai terjadi. Kejadian-kejadian tak terduga mulai menghantui kehidupan Rivarrel yang tenang. Orang-orang dari masa lalu mencoba untuk menyelamatkannya dari beberapa kejadian tersebut. Apa yang akan dilakukan mereka? Lalu bagaimana Rivarrel menjalani hidupnya yang semakin terancam? Dan siapa sosok yang dikenal Rivarrel itu? Silahkan dibaca.

ookamisanti_ · perkotaan
Peringkat tidak cukup
135 Chs

Chapter 5

Pagi ini, Kimi melangkahkan kakinya menuju kelas. Ia mengedarkan pandangannya yang ternyata sekolahan ini sudah ramai. Kimi memakai cardigan biru miliknya dan seperti biasa ia memakai kacamata wayfarer dengan tas gendong yang sengaja ia tenteng di bahu kirinya. Ia pun memasuki kelas dimana ada Vernatha yang tengah asik memainkan handphone. Kimi pun menghampiri gadis itu.

"Ver, Ravee mana?" tanya Kimi. Vernatha menengadahkan wajahnya.

"Eh iya Kim, Ravee gak masuk." jawab Vernatha sedih.

"Kenapa?" tanya Kimi sambil menyimpan tasnya diatas meja dan duduk dibangkunya.

"Katanya sih sakit tapi dia bilang gak usah jenguk, cuma demam biasa. Padahal gue pengen jenguk dia." jelas Vernatha.

"Halah, palingan loe gak bakalan bawa apa-apa buat jenguk dia dan malah numpang makan dirumahnya." sindir Kimi dan membuat gadis berpipi chubby itu hanya menunjukkan giginya.

"Tau aja loe." ujar Vernatha sambil cekikikan. Tak lama Gabriel, Ken dan Mike datang. Mereka adalah teman Kimi, Vernatha dan Raveena sejak masih dibangku SD. Mereka sudah berteman selama itu dan tak pernah ada konflik sedikitpun. Tapi, dihati Vernatha, ia sudah menyukai Gabriel entah sejak kapan. Gadis itu mengagumi Gabriel karena sifat kedewasaan yang dimiliki lelaki itu, sayangnya ia mencoba untuk menutup perasaan tersebut karena tahu jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi, diam-diam pula Kimi dan Raveena sudah mengetahui itu, hanya saja mereka berpura-pura tidak tau.

"Wei, Ravee mana?" tanya Gabriel kepada Kimi.

"Katanya sakit, tapi dia minta gak dijenguk!" jawabnya.

"Kalau gak mau dijenguk gak usah bilang sakit." kata Mike sambil duduk dibangku belakang Vernatha tepatnya bangku Raveena. Karena kebetulan hari ini gadis itu absen, maka ia yang menepati bangku itu. Di susul Gabriel yang duduk disampingnya.

"Berisik loe!" kesal Kimi. Ken menatap teman-temannya yang tengah sibuk itu. Ia sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia terus menahannya. Di wajahnya terlihat kegelisahan yang mendalam. Gabriel yang menyadari hal itu hanya melirik saja dan tak peduli. Ia tau pasti Ken akan memberitau mereka nanti. Entah itu cepat atau lambat.

"Bro! Loe kenapa?" tanya Mike yang menyadari perubahan wajah Ken yang sedikit gelisah. Ketiga temannya pun menatap Ken.

"Ah, gak apa-apa kok." jawab Ken seadanya.

****

Hari ini Varrel masuk kedalam kelas dengan wajah yang sedikit panik. Lalu ia melihat Alvin yang sedang tersenyum sambil memainkan sebuah rubik. Varrel menghampiri lelaki itu dan duduk disampingnya. Ia mengusap dahinya yang bercucuran keringat. Ya bagaimana tidak? Ia mencoba menghindari keberadaannya dari dua lelaki SMA kemarin yang mengejarnya itu.

"Kenapa loe? Gila loe ya?" tanya Varrel sambil mengatur nafasnya saat melihat temannya itu.

"Gue kemarin lihat kakak kelas yang loe tabrak itu dan dibelakangnya ada temannya kan? kayaknya gue lagi suka sama seseorang deh, Rel." jawab Alvin.

"Maksud loe? Loe suka sama cewek yang gue tabrak itu?"

"Loe tuli? temennya cewek yang loe tabrak." jelas Alvin merasa gemas juga kepada lelaki itu.

"Yang mana? Kan ada dua."

"Yang pipinya chubby."

"Oh itu, loe suka sama dia?" tanya Varrel. Alvin hanya menunjukkan giginya lalu mengangguk malu-malu.

"Gue bantu deh. Sekarang kita ke gedung SMA, Let's Go!" Ajak Varrel antusias dengan semangatnya yang tinggi.

"Ngapain?"

"Mungutin sampah. Ya ketemu kakak kelas yang tadi loe sebutin. Katanya suka, mending kita lihat langsung orangnya dan mastiin loe suka apa enggak." kata Varrel sambil bangkit dari duduknya.

"Ehehe ... Iya, Let go!" Mereka berdua pun beranjak pergi meninggalkan kelas.

Varrel maupun Alvin berjalan santai menuju gedung SMA. Tak banyak para anak SMA menatap kedua anak SMP ini yang memberanikan diri ke koridor SMA. Apalagi banyak gadis-gadis yang memandang Alvin terkagum-kagum. Karena Gaya Alvin lebih gaul sama seperti anak-anak lainnya dari pada gaya Varrel yang selalu memakai kacamata dan baju yang selalu rapi. Tapi, banyak pula wajah anak laki-laki yang terlihat kesal dengan kedatangan anak SMP itu.

Tak sengaja mereka berdua melihat sekumpulan kakak-kakak SMAnya yang sedang dikerumuni oleh banyak gadis-gadis ataupun teman-teman lelaki mereka. Varrel menghentikan langkahnya begitu pula dengan Alvin. Melihat Varrel ikut memandangi mereka, terlintaslah sesuatu dipikiran Alvin. Ia pun merangkul bahu Varrel.

"Loe pengen gak kayak mereka? populer, banyak yang suka, dikasih sesuatu sama fans loe. Argh, pasti keren banget kalau loe kayak mereka" kata Alvin. Varrel tak menjawab pertanyaan Alvin dan tetap menunggu lelaki bermata sipit itu melanjutkan ucapannya.

"Kadang kepopuleran itu bisa bikin kita semangat lagi. Banyak yang support, banyak yang kasih hadiah. Apalagi kalau punya pacar, kemungkinan kepopuleran itu akan semakin meningkat dan mengubah semua hidup loe,Rel. Gue disini emang gak populer. Jujur, gue pengen populer kayak mereka. Tapi bukan sekarang, suatu saat gue akan mengubah semua hidup gue. Mulai dari phobia gue yang takut sama hewan kecil, gue yang gak suka makan udang. Bahkan gue bakal ngerubah gaya gue dari rambut sampai kaki. Gue yakin. Ck! kayaknya ngerasa hebat banget gitu ya kalau kita jadi populer?" lanjut Alvin panjang lebar sambil berangan-angan. Varrel memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Penjelasan loe terlalu lebay, Sipit. Tapi, terkadang gue ngerasa kalau gue itu gak bisa populer kayak mereka, gue ngerasa berbeda sama anak yang lain. Mereka senang-senang sama teman mereka, sedangkan gue? senang-senang sama buku. Gue takut kalau gue populer nanti, buku-buku itu gue anggurin. Dan lebih mementingkan mereka-mereka dibanding buku itu. Karena gue pengen sukses dulu sebelum jadi populer."

"Gue gak ngerti sama jalan pikiran loe, Rel. Buku ya buku, loe ya loe. Gak semua materi dibuku itu bisa loe gunain dimasa depan loe nanti, Rel. Yang terpenting itu bakat loe dan penampilan loe. Kalau loe kayak gini mulu gimana loe mau jadi seseorang yang populer? Gak semua orang yang sukses diluar sana terpaku sama buku. Mereka sukses karena hasil kerja keras mereka." Omel Alvin kesal. Sudah ribuan kali ia mengoceh agar lelaki disampingnya ini berubah. Tapi tetap saja lelaki itu kukuh dengan pendiriannya yang membuat Alvin semakin kesal.

"Gue tau. Tapi materi itu penting." balasnya singkat. Alvin menghela nafas.

"Ck, terserah loe deh. Jadi intinya loe gak mau populer kayak mereka?" tanya Alvin memastikan.

"Bukan, bukannya gue gak mau. Tapi, gue gak bisa. Gue cuma takut."

"Gini, Rel. Loe bisa kok populer. Lihat diri loe, manis? iya. Ganteng? lumayanlah. Tinggi? udah kayak tiang listrik. Badan? cungkring Hahahaha..." tawa Alvin membuat matanya semakin tidak terlihat(?)

"Ini loe muji gue apa ngehina nih?" tanya Varrel sambil melirik Alvin tajam. Yang dilirik pun hanya cengar cengir tidak jelas.

"Just Kidding."

"Ck! Yaudah, sekarang dimana kelasnya kakak chubby yang loe suka itu?" tanya Varrel. Alvin menggarukkan tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Kagak tau, Rel hehe..." cengir Alvin membuat Varrel mengalihkan pandangannya dengan kesal.

"Gimana nanti istirahat aja? Siapa tau kita ketemu dia, mungkin." usul lelaki bermata sipit itu. Varrel menoleh dan mengangguk.

"Ck, yaudah. Balik ke kelas." Mereka berdua pun kembali ke gedung SMP dan menuju kelas. Sesampainya dikelas mereka dikejutkan dengan pengumuman dari ketua kelas yang mengatakan bahwa hari ini para guru tengah rapat. Kelas pun dibebaskan atau belajar sendiri.

Bersambung ...