webnovel

Chapter 5

DIA!!!

Gilang terhuyung menatap gadis yang berdiri tepat didepannya. Ponsel yang berada dalam genggamannya jatuh ke lantai teras rumah Zafira dan membuat Pak Irawan san Zafira menatap heran pada Gilang.

“Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Zafira panik melihat Gilang terhuyung.

“Kamu kenapa?” tanya Irawan mengeryitkan keningnya.

Gilang tak menjawab, dia segera menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di teras rumah Zafira sebelum tubuhnya benar-benar ambruk karena terkejut.

“Sebentar, saya ambilkan minum dulu, ya,” Zafira masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergersa-gesa.

“Kamu kenapa?” Pak Irawan kembali mengulang pertanyaannya. Dia menunduk meraih ponsel Gilang yang tadi terjatuh kemudian menyodorkannya pada putranya itu sambil terus memicingkan matanya.

“Nggak … nggak apa-apa, Pa. Gilang hanya … Gilang hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing tadi,” ucap Gilang terbata-bata.

Irawan semakin merasa heran melihat putra mahkotanya itu terbata-bata dan bahkan wajahnya terlihat pucat. Tidak biasanya anak angkuh ini seperti ini, batin Irawan. Sementara Gilang masih terus berusaha menenangkan hatinya.

“Ini … ini rumah siapa, Pa?” tanya Gilang masih dengan suara terbata-bata.

“Masyaa Allah, Tuan Irawan? Silahkan masuk, Pak. Mohon maaf rumah saya cuma seadanya begini. ” Suara Pak Juan yang muncul dari balik pintu membuat Pak Irawan tak menjawab pertanyaan Gilang.

Pak Irawan menoleh ke arah pintu dan tersenyum sambil menganggukkan kepala pada Juan.

“Ini diminum dulu, Tuan,” Zafira muncul dari balik pintu dan langsung menyodorkan segelas air putih tepat di depan Gilang. Gilang semakin terlihat gelisah ketika tangan Zafira yang sedang memegang gelas berisi air putih tepat berada di depan dadanya. Dengan tangan gemetar ia berusaha meraih gelas yang disodorkan Zafira.

“Te-terima … kasih,” ucap Gilang terbata-bata tanpa berani menatap mata Zafira.

Aroma parfum yang menyeruak dari tubuh Zafira yang berada tepat di depannya membuat kening Gilang dibanjiri keringat dingin. Semua tingkah tak biasa Gilang tak satupun luput dari pengamatan Irawan.

“Ayo masuk dulu, Tuan. Sepertinya tuan muda lagi sedang tidak enak badan,” ajak Juan pada kedua Boss perusahaannya itu.

Pak Irawan pun masuk ke dalam, sedangkan Juan berusaha membantu Gilang yang masih terlihat gelisah dengan kucuran keringat dingin di keningnya untuk ikut masuk ke dalam rumah. Zafira hanya diam di tempatnya melihat kedua tamu ayahnya itu, setelah kedua tamu ayahnya masuk dan duduk di ruang tamu, Zafira segera berlalu dari sana dan kembali ke dapur.

“Maaf, rumah saya kecil begini,” ucap Juan merasa risih dengan kedatangan Pak Irawan dan putranya.

“Nggak apa-apa, Pak Juan. Aku cuma mampir untuk memastikan keadaanmu karena beberapa hari ini kamu ijin tidak masuk kerja,” jawab Irawan.

“Iya, Tuan. Saya beberapa hari ini menemani putri saya, dia baru saja sembuh dari sakit. Insya Allah besok saya sudah bisa kembali bekerja, Tuan.”

“Putrimu yang tadi?” tanya Irawan.

“Iya, Tuan. Namanya Zafira, dia putri saya satu-satunya. Beberapa hari kemarin Zafira tertimpa musibah sehingga saya dan ibunya harus mendampinginya selama beberapa hari untuk memulihkan kondisinya,” jawab Juan dengan suara pelan. “Terima kasih juga atas bantuan perusahaan beberapa hari yang lalu, Tuan,” lanjut Juan.

“Tertimpa musibah? Musibah apa yang menimpa putrimu?”

Gilang terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Irawan. Irawan dan Juan spontan menoleh pada Gilang ketika pria itu terbatuk dan makin terlihat gelisah. Bersamaan dengan itu, dari arah dalam Zafira kembali muncul dengan membawa nampan yang berisi minuman. Zafira menyusun gelas minuman di meja kemudian berlalu dari sana.

“Silahkan diminum, Tuan.”

“Putrimu terlihat baik-baik saja, Juan. Musibah apa yang menimpanya?”

“Maaf, Tuan. Saya tidak bisa menjelaskannya pada Tuan karena ini menyangkut aib putri saya dan aib keluarga kami,” jawab Juan lirih.

“Oh, begitu. Maafkan pertanyaan saya.”

“Tidak apa-apa, Tuan.”

“Saya tidak bisa lama-lama di sini, saya tadi hanya ingin mampir melihat keadaanmu. Semoga putrimu segera pulih kembali,” ucap Irawan.

“Putri saya tidak akan bisa pulih kembali, Tuan,” gumam Juan tanpa sadar.

“Maksudmu?”

“Ah, maaf Tuan. Bukan apa-apa, maafkan saya,” pinta Juan ketika menyadari sudah berkata yang tidak-tidak.

“Baiklah, kalau begitu kami pamit dulu. Sepertinya putra saya juga sedang tidak enak badan, tidak biasanya dia seperti ini,” ucap Irawan sambil menatap Gilang yang masih terlihat pucat dengan kening yang basah dengan keringat.

“Terima kasih atas kunjungan anda, Tuan. Semoga Tuan Gilang juga baik-baik saja.”

“Sampaikan salamku pada istri dan putrimu,” pamit Irawan.

***

Irawan terus memperhatikan Gilang ketika mereka sudah kembali kedalam mobil menuju ke kantornya. Pria paruh baya itu heran melihat perubahan tiba-tiba pada putranya itu sewaktu bertamu ke rumah Juan tadi.

“Kamu kenapa tiba-tiba jadi kelihatan kurang fit begini, Gilang?” tanya Irawan.

“Gilang boleh pulang aja nggak, Pa. Gilang tiba-tiba merasa kurang enak badan,” jawab Gilang.

“Kamu sakit? Perasaan tadi dari rumah baik-baik saja, malah ngotot mau bawa mobil sendiri tadi.”

“Iya, Pa. Nggak tau kenapa Gilang juga heran kenapa tiba-tiba Gilang jadi lemas gini.”

“Kamu kenal dengan putrinya Juan?”

Gilang kembali terlihat gelisah dan terbatuk-batuk kecil mendengar pertanyaan papanya.

Kena kamu! Entah kenapa aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan anak ini! Aku harus menyelidikinya! Batin Juan.

“Baiklah, Papa akan menunda memperkenalkanmu pada kolega Papa hari ini. Kamu boleh meminta supir untuk mengantarmu kembali ke rumah nanti setelah papa tiba di kantor. Papa juga mendadak ada kerjaan tambahan yang harus segera diselidiki,” ucap Irawan.

“Terima kasih, Pa.”

“Tapi ingat, kamu istirahat saja di rumah utama. Jangan kemana-mana, pulihkan dulu kesehatanmu sebelum Papa menjadwal ulang memperkenalkanmu pada kolega perusahaan.”

“Baik, Pa.”

Sesampainya di kantornya, Irawan segera meraih ponselnya dan menelpon anak buah kepercayaannya. “Selidiki semua tentang putri Pak Juan, supir pribadi kepercayaanku. Tapi jangan sampai ada yang mencurigai jika kamu sedang menyelidikinya. Lakukan semua dengan sempurna, aku tidak mau mendengar kegagalan!” perintah Irawan pada anak buahnya.

“Baik, Tuan!”

***

“APA KATAMU? DICULIK DAN DIPERKOSA??” seru Irawan dengan nada tinggi ketika anak buahnya melaporkan hasil penyelidikannya.

“Betul, Tuan. Zafira Anastasya nama lengkapnya, gadis itu bekerja di sebuah perusahaan percetakan. Beberapa hari lalu Juan melaporkan kehilangan putrinya ke kantor polisi namun tidak segera ditindaklanjuti karena kejadiannya pada waktu itu belum 1 x 24 jam. Juan berusaha mencari sendiri putrinya ke berbagai rumah sakit di kota ini dan kemudian menemukan Zafira di salah satu klinik kecil di pinggir kota. Dari penelusuran ke klinik itu, saya mendapat informasi bahwa Zafira dibawa oleh beberapa orang kesana dan meninggalkannya di sana untuk mendapatkan perawatan. Saya sudah melacak mobil yang digunakan pada saat Zafira diantar ke klinik itu, namun ternyata nomor polisi yang digunakan adalah palsu,” lapor anak buah Irawan.

“Lakukan penyelidikan lagi, cari informasi lainnya sampai dapat. Aku akan membayarmu mahal untuk infromasi ini.”

“Plat yang digunakan memang palsu, Tuan. Tapi saya sudah menyelidiki dari mana asal mobil itu berangkat sebelum menuju klinik. Mobil itu berangkat dari salah satu bangunan apartemen milik perusahaan Tuan. Mobil itu berangkat dari Apartemen Sky Park dan yang membawa mobil itu adalah orang kepercayaan Tuan Gilang.”

Irawan terkejut mendengar laporan anak buah kepercayaannya. Apartemen Sky Park? Itu adalah salah satu apartemen milik perusahaannya dan Gilang memiliki satu unit kamar di sana yang sering digunakannya ketika sedang menghindar dari Irawan. Beberapa hari yang lalu? Bukankah beberapa hari yang lalu Gilang mengaku ketiduran di sana dan tak pulang ke rumah utama? Irawan seperti menemukan benang merah dengan kejadian di mana Gilang tiba-tiba gelisah ketika melihat putri Pak Juan.

“Terima kasih atas informasimu, aku akan menyuruh sekretarisku untuk mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu sebagai imbalan atas informasi ini. Aku akan menghubungimu lagi jika masih memerlukan bantuanmu.”

“Baik, Pak. Terima kasih, kalau begitu saya pamit dulu.”

***

PLAKKK!

Sebuah tamparan melayang di pipi kanan Gilang. Pria tampan itu terlihat meringis menahan perih di pipinya.

"Dasar anak kurang ajar kamu, ya. Papa sudah bilang berkali-kali kamu boleh saja nakal di luar sana tapi jangan pernah mempermainkan seorang wanita!" seru Irawan, papa Gilang.

Irawan tersulut amarah ketika memastikan bahwa Gilang putranya adalah orang yang memperkosa Zafira, putri dari karyawan kepercayaannya.

Irawan menyelidiki semua CCTV yang ada di Apartemen Sky Park milik perusahaannya. Dari rekaman CCTV Irawan bisa mengetahui semua kejadian pada saat anak buah Gilang membawa Zafira ke sana, dan pada saat Maria pelayan dari rumah utama datang ke sana. Irawan menginterogasi Maria yang kemudian mengungkapkan semua yang diketahuinya, bahkan Maria dengan gamblang menggambarkan bagaimana memprihatinkannya kondisi Zafira saat pelayan itu ditugaskan oleh Gilang untuk membersihkan tubuh gadis malang itu dan mengganti pakaianya.

"Gilang tak sengaja melakukannya, Pa. Gilang dalam pengaruh alkohol ketika itu."

PLAKK!!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi kiri Gilang membuat mata pria itu terlihat merah menahan amarah, namun dia tak sanggup melawan Pak Irawan yang terlihat sangat emosi.

"Tak sengaja katamu? Kau memperkosa seorang gadis dan menghancurkan masa depannya. Kau bilang tak sengaja? Apa kau tau kalau gadis itu gadis baik-baik? masa depannya yang gemilang kau hancurkan dalam sekejap karena kebejatanmu! Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Papa tidak pernah mengajarimu menjadi laki – laki pengecut!" hardik pak Irawan yang terlihat makin emosi.

Bersambung.