Zafira membuka matanya pelahan dan merasakan sakit di kepala dan sekujur tubuhnya. Dilihatnya ayahnya dan ibunya duduk dengan kepala tertunduk di sampingnya.
"Aa... Ayah... Ibu ...," panggil Zafira lirih.
Pak Juan dan Bu Sinta, ayah dan ibu Zafira sontak mendongakkan kepala mendengar suara lirih Zafira.
"Fira ... Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap Juan lembut pada putrinya. Sementara bu Sinta berdiri di samping putrinya dan membelai-belai kepala putrinya itu.
"Fira kenapa, Pak ... Bu .... Ini dimana? Kenapa Fira ada di sini?" Zafira berusaha menggerakkan tubuhnya namun semua sendinya terasa sakit.
"Jangan banyak bergerak dulu, Nak. Tubuhmu masih sangat lemah," bujuk bu Sinta.
"Fira haus, Bu. Kenapa badan Fira semua terasa sakit?"
Bu Sinta segera mengambil gelas yang berisi air putih dan meyodorkan sedotannya pada Zafira, air mata bu Sinta tak dapat dibendungnya ketika menatap wajah putrinya yang malang itu.
"Ibu kenapa menangis?" tanya Zafira.
"Nggak apa-apa, Nak," jawab bu Sinta sambil terus menyeka air matanya. Sementara pak Juan yang masih duduk di kursi juga terlihat menyeka sudut matanya yang membuat Zafira menatap heran pada mereka berdua.
"Yah, Bu, apa yang terjadi? Kenapa ayah dan ibu menangis?" Zafira kembali berusaha duduk, namun rasa sakit disekujur tubuhnya makin terasa. Zafira tertegun ketika merasakan sakit di bagian pangkal pahanya ketika dia bergerak.
Zafira berusaha mengumpulkan ingatannya sebelum berada di tempat ini. Kepalanya merasa pusing dan sakit pada pangkal pahanya masih terus terasa.
"Siapa mereka, Yah? Apa mereka menculik Fira?" tanya Zafira ketika mengingat beberapa pria berbadan tegap yang mendatanginya sebelum dia tak ingat apa-apa lagi.
Pak Juan dan Bu Sinta tak menjawab, mereka berdua hanya menatap sendu pada putri kesayangannya itu.
"Yah ... jawab Fira, Yah! Bu ... Fira kenapa?" Zafira kembali berusaha bergerak namun tetap saja merasa semua persendiannya sakit.
Zafira kemudian menatap tubuhnya sendiri ketika menyadari bahwa baju yang dikenakannya saat ini sangatlah asing baginya. "Ini... ini baju siapa, Bu? Ini bukan baju Fira! Kenapa Fira memakai baju ini? Dan jilbab Fira mana?" Perasaan Zafira mulai merasa tidak enak, dia semakin menduga-duga apa yang terjadi padanya.
Pak Juan, Bu Sinta dan Zafira menoleh ketika pintu ruangan terbuka. Seorang wanita paruh baya yang memakai jubah dokter mencul dari balik pintu.
"Zafira sudah sadar? Alhamdulillah. Saya periksa dulu kondisi fisiknya dulu ya, Nak," ucap dokter Hesti lembut. Zafira hanya terdiam ketika dokter Hesti melakukan beberapa pemeriksaan padanya. Dokter Hesti tersenyum pada Zafira setelah selesai memeriksa kondisi Zafira.
"Zafira jangan terlalu banyak berpikir dulu, ya. Pulihkan dulu kondisi fisikmu. Apa yang kemarin terjadi jangan terlalu dipikirkan dulu. Zafira punya kedua orang tua yang sangat menyayangimu, saya sangat berharap Zafira bisa melalui ini dengan ikhlas," kata dokter Hesti yang membuat kening Zafira berkerut tak mengerti.
"Terima kasih, Dok," sahut Zafira.
"Nggak usah panggil dokter, Nak. Panggil Bu Hesti saja, saya senang melihat nak Fira sudah siuman," ucap dokter Hesti tersenyum. "Baiklah, Nak Fira harus banyak istirahat yaa, saya pamit dulu," lanjutnya lagi.
"Apa maksud dokter itu, Bu? Tolong jawab Fira! Siapa yang membawa Fira kemari? Tolong jelasin pada Fira," pinta Zafira.
Air mat bu Sinta kembali menetes mendengar pertanyaan putri semata wayangnya itu.
"Ibu akan menjelaskan padamu, Nak. Tapi kamu harus berjanji akan menerima semuanya dengan ikhlas ya, Nak. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah sudah menjadi ketetapan dari Allah."
"Baik, Bu. Fira janji."
Bu Sinta pun menceritakan awal mula mereka panik ketika Zafira tak kunjung pulang kerumah setelah mengabarkan bahwa motornya sudah selesai diperbaiki. Kedua orang tua Zafira semakin panik ketika menghubungi ponsel Zafira dan yang mengangkat telpon bukan Zafira melainkan karyawan minimarket. Mereka mengatakan jika ponsel, tas, serta barang belanjaan Zafira tercecer di parkiran minimarket tersebut. Pak Juan pun mendatangi mini market yang tidak begitu jauh dari rumahnya itu dan mendapati motor Zafira berada disana. Beberapa jam Pak Juan dan Bu Sinta berada dalam kepanikan ketika tidak ada kejelasan tentang keberadaan Zafira.
Pak Juan pun mengadukan kehilangan putrinya ke kantor polisi terdekat namun laorannya belum diproses karena kejadian hilangnya Zafira belum 24 jam. Kedua orang tua Zafira terus berusaha menghubungi semua teman-teman Zafira namun tak satupun dari mereka yang mengetahui di mana Zafira.
Juan dan Sinta terus berupaya mencari keberadaan Zafira ke beberapa rumah sakit dan akhirnya menemukan Zafira ketika mendatangi klinik ini dan bertemu dengan dokter Hesti. Bu Sinta jatuh pingsan saat dokter Hesti menjelaskan kondisi Zafira yang dibawa oleh beberapa orang berbadan tegap ke kliniknya tanpa meninggalkan identitas apapun. Bahkan mengancam akan memberi pelajaran jika dokter Hesti terlalu banyak bertanya. Pria - pria berbadan tegap itupun pergi dari klinik setelah menyerahkan sejumlah uang untuk perawatan pasien yang mereka bawa ke sana dalam keadaan tak sadarkan diri. Dokter Hesti menjelaskan pada kedua orang tua Zafira bahwa putri mereka adalah korban pemerkosaan.
"A-apa Bu? Fira ... Fira diperkosa? Siapa yang melakukan ini pada Fira, Bu? Apa salah Fira?" tanya Zafira terbata-bata. Air mata nya berderai mendengar penuturan ibunya. Bu Sinta segera mendekap erat putrinya itu untuk menenangkannya, sedangkan pak Juan juga terlihat terisak di depan istri dan anaknya itu.
Sunggguh memilukan melihat ketiganya larut dalam isak tangis menyesali dan mengutuk apa yang terjadi pada putri semata wayangnya itu.
"Apa salah Fira, Bu? Apa salah Fira?" tangisan Zafira semakin pilu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
Bersambung