"Ingat ya, jangan pernah berani menyentuh tempat tidurku, apalagi bermimpi untuk tidur disini" Gilang menepuk-nepuk ranjang empuknya. Pria itu masih mengenakan pakaian pengantin putih.
Zafira yang juga masih mengenakan kebaya putih hanya melirik pria sombong itu sekilas kemudian meraih baju gantinya dan melengos berjalan ke arah kamar mandi.
"Heh wanita batu! Kamu dengar nggak aku bilang apa? Inget ya, aku nikahin kamu itu bukan karena cinta! Kalau bukan karena papa aku nggak akan mungkin menikahimu, kamu sama sekali bukan tipe wanitaku!" seru Gilang lagi.
Zafira mendelik pada pria yang baru saja mengucap ijab kabul padanya itu. Dia terus melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti baju kebaya pengantin dengan segala aksesorisnya yang terasa berat di tubuhnya. Melihat Zafira mengabaikannya, Gilang merasa emosi dan memandang punggung wanita itu dengan tatapan marah.
'Awas saja kau wanita batu, aku akan membuatmu menyesal menyetujui pernikahan ini' batinnya. Ingatan Gilang melayang saat dia harus membuat kesepakatan dengan papanya untuk menikahi wanita yang sama sekali bukan tipenya itu.
***
PLAKKK!
Sebuah tamparan melayang di pipi kanan Gilang. Pria tampan itu terlihat meringis menahan perih di pipinya.
"Dasar anak kurang ajar kamu ya. Papa sudah bilang berkali-kali kamu boleh saja nakal di luar sana tapi jangan pernah mempermainkan seorang wanita!" seru Irawan, papa Gilang.
"Gilang tak sengaja melakukannya, Pa. Gilang dalam pengaruh alkohol ketika itu"
PLAKK!! satu tamparan kembali mendarat di pipi kiri Gilang membuat mata pria itu terlihat merah menahan amarah, namun dia tak sanggup melawan pak Irawan yang terlihat sangat emosi.
"Tak sengaja katamu? Kau memperkosa seorang gadis dan menghancurkan masa depannya. Kau bilang tak sengaja? Apa kau tau kalau gadis itu gadis baik-baik? masa depannya yang gemilang kau hancurkan dalam sekejap karena kebejatanmu!" hardik pak Irawan yang terlihat makin emosi.
Irawan menjatuhkan tubuhnya di kursinya sembari menekan-nekan dadanya. Gilang terlihat khawatir dan menghampirinya.
"Papa nggak apa-apa?" tanya Gilang.
"Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu, papa akan melamar gadis itu untukmu" kata Irawan tegas.
"Tapi, Pa.... Gilang tak mengenal gadis itu. Gilang tak mencintainya, bagaimana mungkin papa menikahkanku dengannya" sergah Gilang.
"Kau tak perlu mengenalnya untuk menikahinya, bukankah kau telah menggagahinya tanpa mengenalnya? Kau itu laki-laki Gilang! Papa tak pernah mengajarimu menjadi laki-laki yang tidak bertanggungjawab!" seru pak Irawan lantang.
"Terserah papa!"
***
Bunyi pintu kamar mandi yang dibuka membuyarkan lamunan Gilang. Matanya mengikuti semua gerakan Zafira yang telah berganti baju dengan piyama lengan panjang. Zafira berjalan menuju ke arah sofa mengambil beberapa peralatannya kemudian berjalan kembali ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Baru beberapa menit Zafira di kamar mandi, terdengar pintu kamar mandi digedor dari luar.
Brukk... brukk.... Zafira menoleh kesal ke arah pintu.
"Heh, cewek batu! Kamu ngapain di dalam sana? Tidur? Cepatin keluar, aku mau masuk!"
Brukk... Brukk.... Kembali terdengar suara gedoran pintu. Beberapa saat kemudian Zafira membuka pintu kamar mandi dan keluar dari sana. Gilang menatap heran melihat wajah Zafira yang kelihatan belepotan dengan sisa-sisa make up.
"Muka kamu kenapa? Udah jelek malah tambah kamu jelek-jelekin lagi" tanya Gilang sambil tertawa.
Zafira hanya diam sambil melengos pergi dari sana menuju sofa yang menjadi wilayah territorialnya di kamar itu.
"Heh, kamu bisu ya! Dari tadi diajak ngomong nggak nyahut" bentak Gilang.
"Oh kamu tadi ngajak ngomong? Kirain ngajak berantem!"
"Kamu ya..." Gilang hendak meneruskan kalimatnya namun panggilan alam membuatnya segera masuk ke dalam toilet di kamarnya.
Setelah menunaikan hajatnya Gilang melihat beebagai alat make up berserakan di dekat wastafel kamar mandinya. 'Dasar gadis jorok!' umpatnya kesal dan membuang semua peralatan make up yang ada disana kedalam tong sampah kemudian keluar dari sana.
"Kamu kemanakan barang-barangku!?" seru Zafira sambil melongok dari kamar mandi ketika dia kembali masuk kesana dan mendapati peralatannya di wastafel sudah hilang.
"Kubuang ke tong sampah! Lagian ngapain kamu bawa sampah ke kamar mandiku!"
"Itu bukan sampah!"
"Itu alat make up kan? Kamu mau ngapain malam-malam make up? Mau menggodaku? Aku nggak bakalan tertarik sama kamu!"
"Itu alat untuk menghapus make up bukan alat make up" seru Zafira kesal. "Dasar kampungan" lanjutnya dengan suara pelan.
"Bilang apa kamu? Belum apa-apa sudah berani ya!"
Zafira kembali masuk ke kamar mandi dan mencari peralatannya yang dibuang Gilang ke dalam tong sampah. 'Sabar Fira, tahanlah beberapa saat berada disini bersama monster itu. Ini tidak akan lama' batinnya menyemangati dirinya sendiri.
Ketika keluar dari kamar mandi, Zafira melihat lelaki yang seharian ini membuatnya kesal itu sudah meringkuk di balik selimutnya. Zafira pun membetulkan bantal yang ada di sofa dan mulai merebahkan dirinya di sofa panjang itu. Lumayan, daripada harus tidur di tempat tidur empuk yang ada monsternya, pikirnya.
Zafira terlihat gelisah dan hanya membolak-balikkan tubuhnya di sofa. Ini adalah hari pertama dia terpaksa harus tidur di rumah besar yang baginya bagaikan penjara ini. Ingatannya melayang pada peristiwa pahit yang kemudian membawanya kesini dan terpaksa menikah dengan manusia arogan yang telah merebut paksa kehormatannya itu.
***
"Siapa kalian!?" seru Zafira ketika beberapa pria berbadan tegap mengelilinginya. Dia baru saja keluar dari mini market yang berada tak begitu jauh dari rumahnya.
"Ikutlah dengan kami, boss kami ada urusan denganmu!" sahut salah satu dari mereka.
"Boss kalian siap? Aku tidak mengenalnya dan aku tidak ada urusan dengan kalian. Sepertinya kalian salah orang. Minggir atau aku...." suara Zafira terhenti ketika mulutnya dibekap dari belakang. Perlahan-lahan pandangannya kabur dan dia terkulai tak ingat apa-apa lagi.
"Dasar b*doh kalian semua. Ini bukan wanita yang kumaksud!! Kalian salah target!!" bentak Gilang murka pada anak buahnya. Dari mulutnya tercium aroma alkohol yang menyengat.
"Ma... maaf, Boss. Tapi wanita ini tadi keluar dari mini market yang Boss maksud" ucap salah seorang dari mereka terbata-bata.
"Jadi, wanita ini akan kita apakan, Boss?"
"Buang saja dipinggir jalan dan segera cari target yang tadi kuperintahkan" sahut Gilang sambil berjalan sempoyongan. Gilang menghentikan langkahnya ketika tiba di dekat tubuh Zafira yang masih terkulai pingsan.
'Cantik juga gadis ini dan aroma tubuhnya hmmmmm' Gilang mendekatkan hidungnya menghirup aroma parfum Zafira. Semakin Gilang menghirup aroma tubuh Zafira, semakin kuat hasratnya untuk mendekati gadis itu. Dadanya bergemuruh melihat gadis cantik yang berbalut baju gamis itu. Matanya terlihat merah karena pengaruh alkohol sedangkan tangannya mulai meraba tubuh gadis malang itu.
"Keluar kalian semua dari sini!!" perintahnya pada anak buahnya.
BERSAMBUNG