webnovel

Chapter 11

Susah payah Zafira berusaha mengatur napasnya kemudian duduk di sofa yang sekaligus menjadi tempat tidurnya di kamar ini. Zafira menerapkan apa yang telah diajarkan Dokter Hesti padanya saat rasa trauma itu datang. Zafira memejamkan matanya dan berkali-kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya kembali. Perlahan-lahan detak jantungnya pun mulai kembali normal.

Zafira membuka matanya dan menyadari bahwa kamar itu sudah terang dengan masuknya cahaya dari jendela kaca yang gordennya telah terbuka lebar. Zafira berjalan perlahan ke arah jendela kaca besar dan merasa takjub dengan pemandangan yang tersaji dari sana. Hamparan rumput yang terawat dengan baik dan sebuah air mancur kecil yang ada di tengahnya membuat hati Zafira sedikit menghangat. Dia tersenyum memandang ke arah taman kecil yang terlihat sangat terawat itu. Zafira begitu terpesona sehingga tak menyadari jika Gilang sudah berada di sana dan memperhatikannya.

"Heh, batu! Ngapain senyum-senyum dekat jendela?" Senyum Zafira segera memudar mendengar suara yang sangat tak diharapkannya.

Zafira menoleh pada lelaki pemilik suara berat itu.

"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu," ucap Zafira padanya.

"Sama. Aku juga ingin membuat perjanjian denganmu."

"Kamu duluan!"

"Baiklah. Pertama, jangan pernah tidur di tempat tidurku. Kedua, mulai sekarang kamu harus bertanggungjawab atas kebersihan dan kerapian kamar ini. Anggap aja sebagai bayaran karena kamu boleh tidur di dalam kamar ini."

"Kenapa harus aku? Bukannya di rumah ini banyak ART?" tanya Zafira.

"Aku tidak pernah mengijinkan siapapun memasuki kamar ini, termasuk semua pelayan. Kamu adalah orang asing pertama yang masuk kemari. Selama ini aku membersihkan dan merapikan sendiri kamar ini."

Zafira mengedarkan pandangannya ke semua sisi kamar dan menatap heran pada lelaki di hadapannya itu seolah tak percaya jika pria itu sendiri yang merapikan kamar dan isinya yang terlihat sangat rapi itu.

"Oke, aku setuju," jawab Zafira.

"Bagus! Lalu apa persyaranmu?"

"Aku tidak mau ada kontak fisik! Jangan pernah menyentuhku!"

"Aku setuju. Tenang saja, aku tidak tertarik pada gadis batu sepertimu."

"Termasuk menyentuh paksa tanganku seperti tadi!" ucap Zafira lantang.

"Jangan membantahku dan jangan mencampuri urusanku maka tidak akan ada interaksi apapun di antara kita."

"Baik, aku setuju. Kuharap kamu menepati janjimu."

Zafira berlalu dari sana hendak kembali keluar dari kamar itu. Gilang tersentak saat Safira berjalan melewatinya.

Aroma ini! Gilang menarik nafasnya menghirup aroma parfum Zafira ketika gadis itu melewatinya.

‘Kenapa aku sangat menyukai aroma parfum gadis batu itu!’ umpat Gilang dalam hati.

***

Ini adalah pagi pertama Zafira sarapan di meja makan besar yang ada di rumah Irawan. Irawan, Gilang dan Zafira sarapan dengan menu yang berbeda-beda. Irawan dengan menu oat meal nya, Gilang dengan nasi goreng yang tadi dipesannya, sedangkan Zafira hanya meminta sarapan roti tawar dengan selai coklat dan sedikit parutan keju.

"Kalian berdua jaga kesehatan, ya. Acara resepsi pernikahan kalian akan digelar minggu depan. Papa akan mengundang semua kolega papa pada resepsi itu sekaligus untuk memperkenalkan kalian berdua sebagai penerus papa," ucap Irawan.

"Iya, Pa," jawab Gilang dan Zafira serempak.

Setelah sarapan, Zafira kembali ke kamar Gilang dan bersiap untuk berangkat kerja. Zafira masih bekerja di klinik Dokter Hesti meskipun Irawan sudah memintanya untuk berhenti dari sana. Gadis itu sengaja ingin berangkat lebih awal karena berniat mampir dulu ke rumahnya.

Zafira menoleh ke atas meja ketika ponsel Gilang beberapa kali berbunyi sedangkan pemiliknya entah berada di mana. Zafira yang sedang mematut dirinya di cermin melirik layar ponsel yang terus menerus berbunyi itu.

Claudia.

Zafira membaca nama penelpon yang tertera di layar dengan memperlihatkan foto seorang gadis cantik dengan pakaian modis berlatar belakang menara eifel.

Dengan gerakan kasar, Gilang yang baru masuk ke kamar meraih ponselnya di atas meja kemudian berjalan ke arah balkon.

"Halo, Sayang!"

Zafira yang sedang mengulurkan tangannya hendak membuka pintu menghentikan gerakannya sesaat ketika mendengar suara Gilang.

***

“Mau kerja, Nak Fira?” sapa Irawan ketika melihat Zafira menuruni tangga dengan pakaian kerjanya.

“Iya, Pa. Tapi Fira mau mampir ke rumah dulu ambil motor Fira” jawab Zafira.

“Nggak usah naik motor lagi, Nak. Biar nanti papa tugaskan satu supir khusus untuk mengantar jemput.”

“Nggak usah, Pa. Fira lebih senang naik motor matic Fira, soalnya sudah terbiasa.”

“Ya sudah terserah Fira. Terus ke rumah ayahmu naik apa, Nak?”

Fira terlihat bingung. Irawan tersenyum melihat tingkah polos gadis yang baru kemarin resmi menjadi menantunya itu.

“Kamu tunggu disitu biar Papa suruh Gilang yang mengantarmu.”

“Jangan, Pa. Nggak usah. Fira bisa pesan transportasi online.”

“Sudah jangan membantah, kamu tunggu di situ ya. Gilang harus belajar bertanggung jawab menjaga istrinya.”

Bersambung.