Kala itu di pagi buta suara katak mengetuk layar sampaikan pesan dari para penilai. Isinya presentasi di undur hingga minggu depan. Entah aku harus merasa lega dan bahagia atau merasa pilu karena waktu yang dibilang cukup lama. Hari itu ku niatkan untuk berleha-leha, menikmati waktu untuk mengumpulkan kembali rasa, sedikit sulit memang namun harus ku coba karena hidup bukan hanya untuk mengenang dan menyesalkan. Di tempat bermimpi aku masih terjaga rasanya masih tidak ingin pergi namun jika terlalu malas akan sangat berbahaya.
Khawatir berada di lingkar malas maka segera kurapihkan diri dan memakai minyak wangi, pergi mencari ilmu lewat buku. Sesampainya di rumah ilmu ku temukan bacaan yang sesuai. ku ambil dan ku bawa, kelak akan ku baca bersama secangkir kopi dan biskuit yang ku suka.
Hahahaha...
Indahnya dunia terasa saat tegukan pertama di iringi lagu sendu, dengan harum kopi yang menggugah selera. Ku baca perlahan ku nikmati setiap kata dalam buku yang seperti lagu, iramanya terasa syahdu dengan tempo yang merdu. Sambil ku bayangkan aku menjadi pemeran utamanya "wah hebat aku berada di luar angkasa dan seperti melihat pelangi di malam hari." Membaca itu terasa menyenangkan bahkan saat berlama-lama aku tidak merasa bosan, silih berganti pengunjung yang duduk di sebelah ku hingga aku tidak menyadarinya.
Kala itu nyaman ku di rusak oleh suara kata yang mengetuk layar HP ku. Memaksa ku untuk melihat pesan dari seseorang yang sedikit menyebalkan. Dalam layar dia menyapa dengan kata "hai, apa kabar ?" dalam hati ku berbisik untuk membalas dengan lekas, tapi logika ku berkata "jangan !!!! dia yang telah menyakitimu dan menanyakan kabar dari mu??? , apa dia sudah gila ? lupa ingatan ?" kemudian ku diamkan pesannya berlama lama tak ku buka, ku teruskan membaca meski fantasi ku mulai memudar.
Seperti tanpa lelah dia kembali mengetuk layar di HP ku dengan kata "maaf ya" kemudian logika ku kembali berteriak "maaf ? Bukankah kata itu yang dulu kau ucapkan untuk memulai perpisahan?" tak lama hati ku berbisik dengan bijak "sudah, bukankah kau sudah memaafkan ? Ataukah masih ada benci di sini ? Aku rasa tidak kau sudah membaik" dengan terpaksa ku buka pesannya dan ku jawab seadanya "iyah, sudah di maafkan dan aku baik baik sajah. Ada apa yah ?" tanya ku, seperti kilat pesan ku dia balas dengan cepat tak seperti dulu aku yakin pasti ada maksud tertentu.
Ternyata benar dugaan ku, kemudian dia menjawab "syukur kalau kamu baik-baik sajah" chat berikutnya membuat ku sedikit terhentak "ga apa-apa aku hanya rindu" logika ku kembali menyeruak "syukur ??? Setelah dia menyakiti, pergi, meninggalkan dan kemudian dia mengucapkan kata syukur ? Mungkin dia sudah gila" seperti kucing yang sedang marah logika ku tidak berhenti memaki "dia juga mengucap hanya rindu katanya ? Semudah itu kah dia menganggap rindu dengan sebatas kata hanya? Sebetulnya dia hanya sepi bukan rindu, karena tidak ada kata hanya pada rindu" aku rasa logika ku benar karna hati ku bungkam tak bersuara. kemudian pesannya aku diamakan tidak aku buka, logika ku kembali berkata "jangan kembali pada rasa yang telah hancur, ingat pedih saat di tinggalkan dan luka saat di lupakan jangan sampai ada kesalahan yang sama." aku sadari aku memang telah memaafkan namun aku tau aku tidak bisa melupakan, sedikit persepsi mungkin dia ingin mengajak kembali atau memang benar dia hanya merasa sepi, namun jika benar dia ingin mengajak kembali mencoba hal yang baru, aku rasa tidak bisa karena serpihan foto telah menjadi abu dan tak ada mesin yang mampu mengembalikannya.
Hingga lelap datang dan malam mulai bernyanyi ku tinggalkan pesan darinya dan ku kubur dalam dalam.