_**_ Kembali sudut pandang Kazuto.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Di distrik tiga ini, tempat tinggalku/ rumahku berada di sebelah bagian barat yang tidak jauh dari tempatku berada sekarang ini.
Saat ini aku sedang berjalan untuk pulang ke rumahku. Yang akan dilewati untuk mencapai rumahku selanjutnya adalah lurus ke depan dan melewati persimpangan lampu merah, setelah itu belok ke kiri. Disitulah rumahku berada.
Melihat ke arah kiri dan kanan di sepanjang perjalanan, banyak pria dan wanita yang sedang melihat dan menatap ke arahku. Mulai berbisik ke teman lainnya dan bergosip.
"Ehh, siapa pria itu?"
"Dia cukup tampan."
"Rambutnya itu apakah sebuah wig? Warnanya perak seperti rambut palsu saja"
"Bukankah dia terlihat s.e.k.s.i?"
Tidak heran jika para pengguna jalan melihatku terus dari tadi, toh akunya juga terlihat mencolok, memakai pakaian aneh berwarna hitam kebiruan.
Jika saja aku yang menjadi mereka, mungkin aku akan sama terkejutnya dengan mereka. Malam - malam menggunakan pakaian yang aneh, membuatku terlihat seperti orang yang mencurigakan. Tetapi, ada satu hal yang paling mengerikan lainnya dari itu. Mungkin aku akan diperiksa oleh polisi setempat karena menggunakan pakaian yang mencurigakan.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, dengan itu aku cepat - cepat untuk melangkahkan kakiku untuk segera menuju rumah.
Sesampainya di perempatan penyebrangan jalan, aku melihat gadis kecil yang dari tadi terus menatapku dengan keheranan. Jika dilihat-lihat gadis itu berumur mungkin 8 tahunan. Sekiranya gadis kecil yang menatapku itu mungkin duduk di bangku sekolah dasar.
Saat ini salah satu dari kedua tangan gadis cilik itu sedang memegang sebuah permen, tidak, lebih tepatnya dia sedang memegang permen lolipop di tangan kanannya.
Merasa terganggu oleh tatapannya itu, aku mencoba membalas balik tatapan dari gadis kecil itu. Mungkin saja jika aku membalas menatapnya, gadis kecil itu akan ketakutan dan tidak berani untuk menatapku kembali.
Tetapi gadis kecil itu malah terlihat baik-baik saja, malahan gadis kecil itu membalas menatapku dengan tatapan yang sulit untuk dibayangkan oleh kedua mataku.
Tatapannya itu beralih ke arah pakaian yang dikenakanku ini. Lalu tatapannya semakin tajam, lalu berubah menjadi tatapan mengkilau-kilau di kedua matanya.
"Wow"
Mungkin saja pikirku, jika Gadis kecil itu menyukai pakaian yang aku kenakan ini. Dilihat dari matanya yang mengkilap itu, sudah pasti aku menebaknya jika dia tertarik dengan pakaian ini.
Sungguh, terkejutlah dan kagumlah dengan pakaianku ini. Pakaian ini adalah pakaian yang di desain olehku sendiri. Ini menandakan bahwa aku terlihat keren, tetapi yang paling keren menurutku dari pakaian yang aku kenakan ini adalah kegunaannya.
Fitur perubahannya yang menandakan kalau pakaian ini tampak keren. Tentunya pakaian ini akan terlihat lebih keren jika dipakai olehku yang berwajah tampan ini. Aku menyombongkan diriku sendiri yang begitu tampan dan pemberani.
Melihat kembali ke arah gadis itu, dia menarik sebuah tangan yang berada di sampingnya. Itu adalah tangan dari ibunya yang digandengnya itu. Lalu gadis kecil itu berbicara ke arah sampingnya, lebih tepatnya ke arah ibunya.
"Mama - Mama.. Lihatlah...." Gadis kecil itu menunjuk ke arahku, membuatku gerogi jika ditunjuk seperti itu secara tiba-tiba.
"... Ada pria aneh yang sedang memakai kostum Cosplay."
Mendengar ucapannya itu, aku berkata "Hah?" Atau semacamnya.
Yang baru saja diucapkan gadis kecil itu berbeda sekali dengan yang ada di imajinasiku.
Tunggu, tidak, tidak. Jadi alasan mengapa gadis kecil itu melihatku dari tadi karena aku mungkin memakai pakaian yang aneh di matanya. Padahal aku berharap yang di keluarkan dari ucapannya adalah kata - kata 'pujian' yang akan diberikan padaku dan diperlihatkan kepada ibunya yang digandengnya itu.
Itu berbeda sekali dengan yang ada di imajinasiku. Kau tahu, jika tiba-tiba saja dikatakan 'aneh' kepada orang yang baru saja kamu temui, bukankah itu terlihat tidak sopan?
Apalagi aku lebih tua darimu kau tahu itu! Jika aku jadi kau, mungkin aku akan mengucapkan kata-kata yang lebih sopan lagi dari itu.
Kali ini ibu dari gadis kecil itu melihat ke arahku, dengan tersenyum aku membalik melihat ke arahnya. Sudah tugas penting bagiku untuk menghormati yang lebih tua pikirku.
Ibu dari Gadis itu kini membalikan tatapannya fokus ke arah depan, yaitu jalan perlintasan lampu merah.
Lalu mengatakan.
"Jangan dilihat, kamu nanti akan tertular anehnya. Nanti kalau sudah besar kamu jangan jadi seperti itu yah nak!" Sambil mengusap kepala si gadis.
Mendengar perkataannya itu, kini aku Menganti senyumku, dengan mengerutkan keningku.
Hah? Apa maksud dari perkataannya itu?
Aku sama sekali tidak mengerti dan sangat terkejut dengan perkataannya itu. Apakah keluarganya tidak pernah mengajarinya apa itu arti sopan santun? Apalagi kau adalah orang tua kau tahu itu! Sangat tidak baik untuk mengajarkan hal yang buruk untuk anak-anak.
"Baik mama!"
Saat ini aku merasa kesal, jengkel terhadap kedua orang yang berada di sampingku ini.
Mungkin saja setelah sekian lama aku meninggalkan bumi, tatakrama sudah punah dari dunia ini.
Kini lampu berubah menjadi hijau, menandakan bahwa pejalan kaki sudah bisa lewat untuk menyebrang di perlintasan ini.
Dengan perasaan kesal dan jengkel, aku berjalan meninggalkan tempat itu sambil berteriak. "Aku tandai muka kalian!" Sambil menunjuk ke arah kedua orang itu.