webnovel

RAHASIA LUKISAN TELANJANG

MANUSIA yang melarikan lukisan perempuan

telanjang itu bertubuh kecil katai. Dia mengenakan

jubah merah yang panjang sekali hingga menjela-

jela sepanjang larinya. Debu, pasir, dan batu-batu kerikil

beterbangan dilanda angin jubah manusia katai ini.

Hebatnya manusia ini larinya luar biasa cepatnya. Dalam

sekejap mata, dia sudah ke luar dari dalam lembah batu.

Pohon-pohon di kiri kanan yang dilaluinya laksana terbang!

Tiba-tiba dia merasa ada yang mengejar di

belakangnya. Dia berpaling dan melihat dua manusia

berjubah kuning laksana kilat berlari ke arahnya. Si katai

terkesiap dan tancap gas, berlari lebih cepat.

Lewat sepeminum teh seketika dia menoleh lagi ke

belakang, kedua pengejarnya ternyata hanya tinggal bebe–

rapa puluh langkah saja lagi!

Manusia katai ini merutuk. "Celaka! Kedua bangsat itu

betul-betul lihai!"

Dan bila kedua pengejar yang bukan lain daripada

Sepasang Elmaut Kuning adanya hanya tinggal lima belas

langkah di belakangnya maka si katai segera robah ilmu

larinya. Gerakan kakinya menjadi lambat dan tidak teratur,

tapi anehnya bagaimana pun sepasang Elmaut Kuning

mempercepat lari mereka, tetap jarak mereka tak berobah

dari lima belas langkah! Itulah ilmu lari yang disebut Seribu

Kaki Menipu Jarak yang telah dikeluarkan oleh manusia

katai. Ilmu lari semacam ini hanya beberapa tokoh silat

saja yang memilikinya!

"Heran!" kata Elmaut Kuning Kuping Sumplung. "Jarak

kita demikian dekatnya tapi kenapa tidak bisa mengejar

bangsat itu?!"

"Kurasa dia memiliki ilmu lari Seribu Kaki Menipu

Jarak," sahut Mata Picak yang berpengalaman lebih luas

dan berpemandangan tajam.

"Berhenti!" teriak Kuping Sumplung.

Tapi mana si katai mau hentikan larinya!

Marahlah Mata Picak. Hilang kesabarannya. "Berhenti!

Kalau tidak aku akan lepaskan pukulan Paku Emas

Beracun!"

Tergetarlah hati si katai. Tapi untuk berhenti dia juga

tidak mau. Dia lari terus dan berusaha memperlebar jarak!

"Bedebah laknat!" maki Mata Picak. Tangan kanannya

diangkat ke atas dan dihantamkan ke muka.

Si katai menoleh sewaktu dirasakannya sambaran

angin dingin menyambar di belakangnya. Melihat selarik

sinar kuning dan paku-paku emas menderu ke arahnya

dengan segera dia jatuhkan diri. Sambil bergulingan dia

membalas dengan satu pukulan tangan kosong yang

mendatangkan angin panas yang luar biasa dahsyatnya!

Sepasang Elmaut Kuning tersirap kaget dan buru-buru

menghindar.

"Badan kate, jubah merah panjang dan pukulan angin

panas! Pastilah maling ini Si Katai Bisu!" teriak Mata Picak.

Dan ketika dia memandang ke muka, manusia katai itu

sudah dua puluh tombak jauhnya. Bersama Kuping

Sumplung dia mengejar kembali!

Di satu pendakian, mendadak si katai hentikan larinya

dan kaget sekali. Jalan buntu dan di depannya kini terben–

tang sebuah jurang yang lebar dan tak mungkin untuk

dilompati. Selain lebar juga dalam dan curam!

"Ha-ha! Kau mau lari ke mana maling laknat?!" teriak

Kuping Sumplung.

Tapi Si Katai Bisu tidak kehilangan akal. Laksana se–

ekor burung walet dia melompat ke cabang sebuah pohon.

"Turun!" teriak Mata Picak. "Serahkan lukisan itu dan

berlutut! Niscaya kuselamatkan jiwamu!"

"Ha-hu... ha-hu... ha-hu!" Si Katai Bisu keluarkan suara.

"Ayo turun lekas!" teriak Kuping Sumplung.

"Ha-hu... ha-hu... ha-hu!"

"Kurang ajar! Kalau begitu kau mampuslah!" Mata

Picak angkat tangan kanannya.

"Ha-hu!" Si Katai Bisu menunjuk ke dadanya lalu

menunjuk ke lukisan perempuan telanjang kemudian

tertawa dan mencibir!

Mata Picak yang tak mengerti apa maksud manusia itu

siap untuk memukulkan tangannya ke atas. Tiba-tiba Si

Katai Bisu lindungi dirinya dengan lukisan perempuan

telanjang!

Mata Picak terkesiap kaget dan batalkan serangannya.

Kini dia maklum apa maksud dari gerak-gerik dan sikap Si

Katai Bisu tadi. Yaitu jika dia meneruskan melancarkan

pukulan Paku Emas Beracun maka paku-paku itu akan

merusak lukisan perempuan telanjang karena Si Katai Bisu

mempergunakan lukisan itu untuk melindungi dirinya!

Mata Picak memaki hahis-habisan.

Tiba-tiba Kuping Sumplung melompat ke muka dan

memukul.

Braak!

Pohon di mana Si Katai Bisu berada patah dan tum–

bang. Tapi Si Katai Bisu sudah melompat ke pohon lain!

"Setan alas!" Mata Picak melesat ke depan dan

lancarkan satu serangan dari jarak satu tombak. Si Katai

Bisu dengan ha-hu-ha-hu menghindarkan diri sambil per–

gunakan lukisan perempuan telanjang untuk menangkis

serangan lawan. Mau tak mau Elmaut Kuning Mata Picak

tak berani lancarkan serangan yang terlalu ganas terhadap

lawannya karena khawatir akan merusak lukisan!

"Kuping Sumplung! Serang bangsat itu dari belakang!"

teriak Mata Picak marah sekali.

Elmaut Kuning Kuping Sumplung segera berkelebat dan

menyerang Si Katai Bisu dari belakang, sedang dari muka

Mata Picak kembali menyerbu! Namun Si Katai Bisu tidak

menjadi gugup! Tanpa tedeng aling-aling dia putar lukisan

perempuan telanjang seputar badannya. Karena lukisan itu

kini dialiri tenaga dalam oleh Si Katai Bisu maka bukan

saja putaran lukisan mengeluarkan angin dahsyat sekali,

tapi juga merupakan serangan balasan yang sekaligus

memapaki serangan Sepasang Elmaut Kuning! Dalam

waktu yang singkat sepuluh jurus telah berkecamuk!

Sepasang Elmaut Kuning menyumpah-nyumpah tak ada

hentinya. Tiba-tiba Elmaut Kuning Mata Picak mendapat

akal. Sewaktu pertempuran berjalan seru-serunya dia

memukul ke bawah ke arah kaki lawan. Pukulan ini

membuat Si Katai Bisu melompat ke udara. Melihat ini

dengan cepat Mata Picak menyusul dengan satu serangan

ke arah selangkangan tapi lukisan lebih cepat lagi menerpa

ke arah kedua tangannya kemudian berputar lagi ke

belakang menyambar lengan kiri Kuping Sumplung yang

hendak menotok punggung Si Katai Bisu!

Hampir tiga puluh jurus berlalu maka berserulah Elmaut

Kuning Mata Picak pada kambratnya.

"Keluarkan jurus Elmaut Menggila!"

Kedua manusia berjubah kuning itu mundur setombak

lalu dibarengi dengan jerit pekik dahsyat yang laksana

merobek gendang-gendang telinga keduanya menyerbu

kembali dalam satu jurus aneh!

Lambat laun suara pekik dan jerit yang datangnya dari

pelbagai penjuru itu membuat Si Katai Bisu menjadi gugup

dan panik gerakan-gerakan silatnya!

Tiba-tiba tangan kanan Elmaut Kuning Mata Picak

memukul ke muka. Si Katai Bisu sambut serangan itu

dengan sambaran lukisan. Tapi gerakan lawan nyatanya

hanya tipuan belaka. Karena begitu lukisan menderu

secepat kilat Mata Picak tarik pulang serangannya dan

ganti dengan satu tendangan ke arah pinggang. Pada saat

yang sama dari belakang Elmaut Kuning Kuping Sumplung

lancarkan pula satu serangan ganas ke arah kepala.

Si Katai Bisu menggerung lalu membuang diri ke

samping kanan. Lukisan disabetkan dengan cepat ke

bawah sedang dengan tangan kanan dia kebutkan bagian

bawah jubahnya. Serangkum angin merah menyambar ke

arah Kuping Sumplung membuat manusia ini batalkan

serangan dan terpaksa melompat selamatkan diri! Di lain

pihak Elmaut Kuning Mata Picak yang tidak berani adu

kekuatan dengan lukisan yang menyambar kakinya,

terpaksa tarik pulang tendangannya.

Namun Mata Picak menjadi gugup sewaktu melihat

bagaimana ujung pigura lukisan menyambar ganas ke arah

matanya tak sanggup dikelit! Satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan matanya hanyalah dengan pergunakan

lengan untuk menangkis. Ini berarti dia akan merusakkan

lukisan itu di samping lengannya yang dipakai menangkis

tentu akan terluka pula! Tapi walau bagaimanapun Elmaut

Kuning Mata Picak lebih baik melihat lukisan itu rusak, toh

nanti bisa diperbaiki lagi. Juga merasa lebih baik lengannya

mendapat luka daripada harus kehilangan matanya yang

cuma tinggal satu-satunya! Maka diapun angkat lengan

kirinya dengan cepat.

Braak!

Kayu pigura lukisan perempuan telanjang patah dan

sudutnya menganga. Lengan kiri Elmaut Kuning Mata Picak

juga patah! Dia mengeryitkan kesakitan kemudian dengan

kalap menyerbu ke muka kirimkan pukulan Paku Emas

Beracun! Rasa sakit membuat dia tidak perduli lagi apakah

pukulannya yang dahsyat itu akan menghancurkan lukisan

di tangan lawan!

Melihat datangnya serangan yang dahsyat dari lawan, Si

Katai Bisu melompat empat tombak dan dari atas

kebutkan jubah merahnya. Segelombang sinar merah

laksana topan prahara memapasi serangan Elmaut Kuning

Mata Picak. Belasan paku kuning beracun yang melesat ke

arah manusia katai itu luruh, bahkan beberapa di

antaranya ada yang membalik menyerang Mata Picak

sendiri, membuat manusia ini dengan cepat menghindar ke

samping selamatkan diri!

Si Katai Bisu membalikkan badan dengan cepat

sewaktu di belakangnya terasa sambaran angin dingin.

Namun kasip! Belasan paku kuning telah dilepaskan

Kuping Sumplung! Jaraknya sudah dekat sekali, tak

mungkin ditangkis tak bisa dikelit!

Si Katai Bisu menggerung. Dia ambil keputusan untuk

berjibaku dan tendangan kaki kanannya ke kepala Kuping

Sumplung sedang tangan kanan mendorong ke muka!

Sedetik kemudian terdengar jerit tercekik dari Si Katai

Bisu! Sembilan paku emas beracun menancap di dadanya.

Tiga di antaranya langsung menembus jantung! Tak ampun

lagi begitu jatuh di tanah, nafasnya lepas sedang sekujur

badannya kelihatan menggembung biru!

Di lain pihak meski dia dapat menyelamatkan kepala–

nya dari tendangan maut Si Katai Bisu namun Elmaut

Kuning Kuping Sumplung tak sempat menghindarkan diri

dari sambaran angin pukulan yang dilepaskan Si Katai

Bisu. Tubuhnya mencelat beberapa tombak. Kalau saja

tubuh itu tidak membentur patahan pohon yang tadi

dipukulnya, pasti Elmaut Kuning Kuping Sumplung akan

melayang ke dasar jurang batu! Kuping Sumplung muntah–

kan darah segar lalu roboh pingsan!

Mata Picak segera menyambar lukisan yang rusak

piguranya lalu memanggul tubuh Kuping Sumplung dan

meninggalkan tempat itu dengan cepat.