webnovel

Winter's Tale

Menghabiskan waktu bersama dengan seseorang dalam waktu yang cukup lama tidak berarti kau mengenalnya. Mungkin selama ini yang kalian lakukan hanyalah sekedar basa - basi semata. Atau mungkin salah satu diantara kalian tidak sepenuhnya mempercayai satu sama lain dengan apa yang telah dan sedang dialaminya. Bagi Zeline hidup dengan membatasi diri adalah hal biasa untuknya, bahkan menjadi sebuah keharusan. Sedangkan bagi Reigan, menghabiskan waktu lebih dari setengah umurnya mengenali wanita itu nyatanya tidak bisa membuat Reigan memilikinya begitu saja. Setelah semua masalah yang terjadi nyatanya masih ada begitu banyak lembaran kosong yang tidak ia ketahui dan mengerti tentang Zeline.

Rzndaa7 · perkotaan
Peringkat tidak cukup
10 Chs

Chapter 2

Ini menjadi Makan Malam Keluarga pertama setelah beberapa tahun aku tidak berkumpul bersama mereka. Keluarga ku lebih sering berkunjung ke London dibandingkan aku yang kembali ke rumah ini. Bahkan Arrabel terlihat tumbuh dengan cepat sejak terakhir aku bertemu dengan nya musim panas tahun lalu ketika Zion dan keluarga kecil nya mengunjungi ku.

"Apa keputusan mu sudah bulat untuk tidak tinggal disini sweetheart ?" Aku menatap Dad yang duduk dikepala meja makan sedang menunggu jawaban ku, Mom terlihat ikut melakukan hal yang sama berharap jawaban ku akan berbeda untuk kali ini

"Aku tidak akan lama berada disini Dad, Shasya akan membantu ku mengelola bisnis butik ku, selebihnya kami bisa berkomunikasi jarak jauh atau aku akan kembali jika memang perlu"

Shasya adalah sahabatku, atau memang mungkin hanya dia yang menjadi teman ku. Tidak perduli seberapa jauh jarak diantara kami, akan ada saat ia mengunjungi ku, bertanya apa yang sedang kulakukan dalam sehari, dan dalam seminggu ia bisa menghubungi ku ribuan kali.

"Biarkan saja Dad, Zeline bahkan tidak akan menatap lebih dari setengah tahun disini. Ia memiliki hak penuh untuk bisnis nya dan ku rasa mencampuri hal tersebut tidak lah sesuai dengan ajaran mu selama ini" Aku menatap kakak tertua ku mengucapakan terimakasih dalam diam, ia hanya mendengus.

"Karna Adik mu tidak akan berada disini dalam waktu lama itulah alasan Mom dan Dad memintanya untuk tinggal dirumah dibandingkan Tinggal dibutik miliknya Zion" ucap Mom

"Aku bisa mencarikan driver pribadi jika kau terlalu lelah Jelly, lagi pula tidak akan aman jika kau tinggal seorang diri disana" Zac ikut menambah kan

"Aku tinggal seorang diri selama ini di London tanpa kalian Zac. Apa kau pantas mengungkit hal itu sekarang ?"

"Okay kids, enough. Aku tidak ingin makan malam ku menjadi hambar " Dad menyela

Aku beranjak dari kursi ku dan menatap Dad meminta maaf "Nafsu makan ku sudah hilang Dad, Maaf mungkin aku masih lelah dengan perjalanan"

Ruang makan hening seketika, deritan kursi yang kududuki menjadi satu - satu nya suara mengiringi ku keluar dari tempat itu. Dad tidak merespon dan hanya menghela nafas panjang. Apa yang kuucapkan memang lah benar, selama ini aku tinggal dinegara asing tanpa keluarga ku dan tidak satu pun dari mereka bertingkah seperti sekarang. Dan sejujurnya satu - satu nya alasan ku untuk tidak tinggal dirumah ini adalah mereka, aku tidak terbiasa menghabiskan waktu ku dengan mereka setelah hampir 12 tahun tidak menginjak kan kaki dirumah ini lagi.

Kamar tidur ku masih terlihat sama sebagaimana aku mengingat nya, ruangan bernuansa pink dengan furniture berwarna putih yang mendominasi, Mom bahkan tidak mengganti pengharum diruangan ku dan masih menggunakan aroma cherry blossom yang menguar dari lilin aromatherapy di sudut ruangan.

Tempat tidur ku masih menempel pada sudut dinding dengan kaca besar yang menghadap langsung pada halaman depan, tempat dimana aku selalu mengintip keluar ketika suara deru mesin mobil dan gerbang rumah terbuka hanya untuk mengetahui siapa yang datang dan pergi diwaktu tersebut.

Kini fokus ku beralih pada sebuah pajangan kayu berbentuk bintang diatas nakas tempat tidur dengan ukuran cukup besar, secara otomatis sudut bibirku tertarik keatas menatap benda itu. Aku mengira Zac telah membuangnya mengingat ia begitu membenci pengirim benda tersebut.

Warna putih pada bintang tersebut terlihat tidak merata, bukan karena oksidasi atau termakan usia, tapi memang bahan yang digunakan tidak lah banyak.

Aku masih ingat ketika menemukan goresan dijari telunjuk nya, dan terakhir kali kuingat ketika kami bertemu luka itu masih berbekas meninggalkan tanda disana. Dengan pelan buku - buku jariku menyentuh permukaan bintang tersebut.

Banyak pertanyaan yang tidak terjawab dan bahkan tidak mampu ku tanyakan sekarang. Apa ia baik - baik saja ? Apa mereka membenci ku ?

Bukan kah lebih baik seperti ini? bukan kah ini yang kuharapkan? kembali ke tempat ini tanpa perlu mengingat semua memori lama?. Aku bahkan berniat menghilangkan kunci kotak pandora ku sehingga segala sesuatu yang kukhawatirkan tidak menjadi kenyataan.

Tapi kini aku ragu, aku meragukan segala usaha dan upaya ku untuk bertahan seperti ini. Jemariku mengelus sebuah ukiran disudut paling bawah pada sisi bintang tersebut "180711" deretan angka cantik yang hingga detik ini selalu membuatku mengulas senyuman.

"That means perfect. No, it means Complete" Sepenggal kalimat untuk meng-artikan deretan angka tersebut menurut Maximillian Giliano Arnault.

"Ini hanya kebetulan Max"

"Tidak ada sesuatu didunia ini yang tidak memiliki arti Zeline, kau sungguh tidak percaya dengan takdir ?"

"Aku percaya Max.."

"Ia hanya tidak bisa percaya jika memiliki hubungan takdir dengan mu"

"Pergilah kau ke neraka Reigan !"

Aku menggeleng dengan segera mengusir semua memori itu. Tidak, aku tidak bisa seperti ini. Kembali aku menaruh benda tersebut diatas nakas, menarik nafas panjang dan membuang nya. Tidak berapa lama suara ketukan pintu terdengar, Zion muncul setelahnya diambang pintu kamar ku melangkah masuk sebelum aku berbicara untuk tidak ingin diganggu

"Bukan kah sekarang kamar ini terlihat normal ?" ia duduk dihadapan ku dengan menarik kursi meja belajar.

"Kamar ini memang normal Zi.."

"Kamar ini normal karna kau berada didalam nya princess.."

"Kau mencoba untuk bernegosiasi dengan ku ?" ia hanya tersenyum dan menggeleng, kedua tangan nya berada diatas paha dan saling menggenggam yang berarti ia ingin berbicara serius dengan ku

"Zac tidak bermaksud menyinggung perasaan mu Zeline, Aku dan lain nya mengerti jika kau marah terhadap keputusan kami selama ini, Jika kau menanyakan padaku apa yang kuinginkan, aku sudah memberikan mu clue diawal percakapan kita. Kamar ini terasa normal karna kau berada didalam nya, aku berusaha menghargai keputusan mu dan kau sudah dewasa untuk menentukan pilihan hidupmu sendiri "

"Aku tau.. "

Zion mengarahkan telapak tangan nya untuk menyentuh sisi wajahku dan mengelusnya "Maaf karena kami membuatmu tidak nyaman.."

Untuk sesaat aku terkejut dan otomatis menghindari sentuhan nya. Nampaknya ia ikut terkejut dengan respon ku sehingga untuk beberapa saat suasana berubah menjadi canggung. Namun Zion tetap mencoba untuk mendekati ku dan menyentuh sisi wajahku kembali.

Aku menggeleng "Ini hanya masalah waktu, semua akan baik - baik saja"

Ia hanya tersenyum dan beranjak untuk mendekapku, dengan posisi ku yang masih duduk disisi ranjang aku hanya berhasil memeluk pinggang nya sedangkan ia berdiri dihadapan ku merengkuh juga menciumi puncak kepala ku "Aku sungguh bahagia kau berada disisi kami kembali, i miss you.."

Aku juga merindukan nya, merindukan Zac dan juga kedua orang tua ku. Namun semua tidak lah sama

Semua tidak lah lagi sama dengan ku