webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · perkotaan
Peringkat tidak cukup
409 Chs

The Mortal Arrow 4

Esmee sedang meringkuk di tempat tidurnya ketika William tiba dan membawakan obat untuknya. William segera meletakkan obat penurun panas dan multivitamin yang ia beli untuk Esmee di meja nakas di sebelah tempat tidur.

Sambil berdiri, William menatap Esmee yang sedang tertidur. Melihat wajah Esmee yang masih memerah, William menduga demam Esmee belum turun. Ia kemudian meletakkan punggung tangannya di kening Esmee untuk memastikannya.

William mengerutkan keningnya. "Aku baru pergi sebentar, kenapa panasnya terasa semakin tinggi."

Tiba-tiba saja Esmee melenguh pelan sambil merapatkan selimut di tubuhnya.

"Dia harus segera minum obat kalau mau panasnya turun," gumam William.

William akhirnya berjalan ke dapur kecil yang ada di ruang atas restoran yang digunakan Esmee sebagai tempat tinggalnya. Ia mengambil gelas dari lemari penyimpanan lalu menuangkan air ke dalam gelas tersebut.

Dengan gerakan yang sangat pelan, William kembali mendekat ke tempat tidur Esmee dan meletakkan gelas yang ia bawa di meja sebelah tempat tidur. William kemudian menarik kursi ke pinggir tempat tidur. Setelah itu, ia duduk di kursi tersebut.

Perlahan William menepuk bahu Esmee yang sedang tertidur. "Esmee, bangunlah. Aku sudah belikan obat untukmu."

Esmee diam dan tidak menyahuti ucapan William. Ia tetap tertidur dan sama sekali tidak menggubris William yang berusaha membangunkannya. William kembali mencoba untuk membangunkan Esmee. Kali ini ia sedikit mengguncang tubuh Esmee.

"Esmee, minum obatmu dulu," ujar William.

Sekali lagi Esmee tidak menggubris William yang mencoba untuk membangunkannya. William menghela nafas panjang melihat Esmee yang sama sekali tidak terbangun meskipun ia sudah mencoba untuk membangunkannya.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam William. Ia kemudian kembali memegang kening Esmee.

"Panasnya semakin tinggi, dan aku tidak bisa membangunkannya," ujar William pasrah.

"Aku tidak bisa membiarkannya," lanjut William.

William melirik sebentar obat yang sudah ia belikan untuk Esmee. Ia kemudian meraih obat tersebut dan membukanya. Setelah itu, ia memasukkan obat tersebut ke dalam mulutnya bersama dengan air putih.

Ia menahan obat dan air putih di dalam mulutnya agar tidak tertelan olehnya. Setelah itu ia memegang kedua bahu Esmee dan membuatnya berbaring terlentang. William membuka sedikit mulut Esmee dengan tangannya lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Esmee.

William seperti seseorang yang sedang melakukan nafas buatan untuk Esmee. Obat dan air yang ada di mulut William akhirnya berpindah ke mulut Esmee. Setelah itu William kembali menegakkan tubuhnya sambil mengelap sisa air yang ada di bibirnya.

Esmee masih memejamkan matanya. Ia sedikit terbatuk namun ia sama sekali tidak membuka matanya. William menghela nafas panjang sambil menatap Esmee. "Setidaknya sekarang kau sudah minum obat."

William kembali duduk di kursi yang ia letakkan di sebelah tempat tidur Esmee. Ia lalu memperhatikan wajah Esmee yang sedang tertidur. Tangan William kembali merapikan selimut yang menutupi tubuh Esmee. Ia juga mengelap sisa air yang ada di sekitar bibir Esmee dengan tangannya.

Tiba-tiba saja William terdiam begitu ibu jarinya menyentuh bibir Esmee yang lembut. Seketika William terkesiap sambil memegang bibirnya. "Apa yang baru saja aku lakukan? Aku—"

William menatap Esmee dengan tatapan tidak percaya. "Kau—"

"Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa aku sampai bertindak sejauh ini?" ujar William sambil menatap Esmee yang sedang tertidur.

William meremas rambutnya sendiri setelah ia menyadari apa yang sudah ia lakukan pada Esmee. "Aku bisa gila kalau terlalu lama di sini."

Di saat William sedang terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan pada Esmee, gadis itu tiba-tiba saja melenguh pelan.

"William?" gumam Esmee dengan matanya yang setengah terbuka.

William menelan ludahnya begitu mendengar suara Esmee yang memanggilnya. "Aku di sini."

"Ah, syukurlah." Esmee menghela nafas panjang dan kembali memejamkan matanya.

Ucapan Esmee membuat William terdiam. Ia tidak tahu mengapa Esmee bersyukur ketika mengetahui ia masih berada di sampingnya. William terpaku di tempat duduknya sambil menatap Esmee yang kembali tertidur.

----

Dimitri dan Charles duduk berhadapan di restoran hotel tempat Dimitri menginap. Mereka sudah menunggu William selama satu jam, namun William tidak kunjung menampakkan dirinya.

Charles menghela nafas panjang ketika Dimitri menatapnya. "Oke, aku akan menelponnya."

Tanpa menunggu perintah dari Dimitri, Charles segera menghubungi William. Sampai nada dering terakhir, William tidak menjawab telponnya. Charles pun kembali mencoba untuk menghubungi William. Namun kali ini, baru satu nada dering, William langsung mematikan panggilan tersebut.

Charles kembali menatap Dimitri yang duduk di hadapannya. "Dia tidak ingin menjawab telponnya. Mungkin kalian bisa bertemu besok."

Dimitri mengambil segelas air putih yang ada di hadapannya dan langsung meminumnya. "Tadi aku mampir untuk melihatnya di restoran."

"Kau melihatnya di restoran?" tanya Charles.

Dimitri menganggukkan kepalanya. "Tadinya aku hanya berniat untuk mencicipi masakan di restoran itu. Aku tidak menyangka aku akan melihat William yang seperti itu."

"Seperti itu bagaimana maksudmu?" Charles kembali bertanya pada Dimitri.

"Aku sudah bekerja puluhan tahun melayani keluarga Hunter. Aku masih ingat ketika pertama kali William lahir di rumah besar itu. Aku menyaksikannya tumbuh besar. Dan aku yakin sekali, kalau William yang aku lihat di restoran sama dengan William yang aku kenal jauh sebelum semua kekacauan yang ada di dalam hidupnya," terang Dimitri.

"Tunggu sebentar, sepertinya William mengirim pesan," sahut Charles ketika ia merasa ponselnya bergetar di saku celananya. Ia segera mengambil ponsel tersebut. Dan benar saja, William mengirim pesan untuknya.

Charles sedikit mengerutkan keningnya ketika ia membaca pesan yang dikirimkan oleh William. Setelah itu ia kembali mengalihkan perhatiannya pada Dimitri.

"Dia bilang, dia masih ada di restoran. Kalau kau ingin menemuinya, dia memintamu untuk datang ke restoran karena dia tidak bisa pergi," ujar Charles.

Dimitri segera mengelap mulutnya lalu bangkit berdiri dari tempat duduknya. Charles segera mengikutinya dan mereka segera pergi meninggalkan hotel.

----

William segera turun menemui Charles dan Dimitri begitu ia menerima pesan dari Charles bahwa mereka sudah tiba di belakang restoran. Ia meninggalkan Esmee sebentar untuk menemui Dimitri.

"Kenapa kau yang ditugaskan di sini?" tanya William begitu ia menemui Dimitri.

"Mungkin Tuan Alexander ingin aku memastikan bahwa kau tidak membuat masalah," jawab Dimitri.

William berdecak pelan. "Katakan padanya, aku tidak akan membuat masalah di sini. Sebaiknya kau cepat kembali ke Paris. Aku tidak ingin ada yang tahu siapa aku sebenarnya."

"Bagaimana dengan restorannya?" tanya Dimitri.

"Aku akan mendapatkan restoran ini cepat atau lambat," jawab William.

Dimitri menganggukkan kepalanya. "Senang mendengarnya kalau begitu. Ngomong-ngomong kenapa kau tidak mau menemuiku di hotel?"

William menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menatap Dimitri sambil mendesah. William yakin sekali ia tidak akan bisa berbohong pada Dimitri karena pria itu sudah mengenalnya sejak kecil.

"Pemilik restoran ini sedang sakit. Dia tinggal sendiri dan aku memutuskan untuk menemaninya malam ini," jawab William.

Mata Charles membulat ketika ia mendengar jawaban yang diberikan William pada Dimitri. "Kau? Menemani Esmee?"

William melirik sebal ke arah Charles. Namun ia menganggukkan kepalanya pada Dimitri.

"Apa dia wanita yang tadi pagi menghampiriku?" tanya Dimitri.

William kembali menganggukkan kepalanya.

Dimitri menghela nafas panjang sambil menepuk bahu William. "Kalau begitu masuklah. Jangan biarkan seorang wanita sendirian ketika sedang sakit."

"Jangan katakan apapun pada ayahku soal ini. Aku tidak ingin dia berpikir yang tidak-tidak," ujar William.

Dimitri menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menarik Charles untuk segera pergi meninggalkan William. Sebelum berjalan pergi meninggalkan William, Dimitri kembali menepuk bahu William.

"Pria hanya butuh tiga detik untuk mencintai seorang wanita, William. Ingat itu," ujar Dimitri pada William. Setelah itu ia segera berjalan pergi meninggalkan William yang masih berdiri di depan pintu belakang restoran D'Amelie.

William menghela nafas panjang setelah mendengar kata-kata Dimitri. Ia lalu kembali masuk ke dalam restoran untuk menjaga Esmee yang sedang sakit.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts