webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · perkotaan
Peringkat tidak cukup
409 Chs

Bonjour Paris 5

Esmee bersama Marie, Sven dan Pascal akhirnya berjalan-jalan di sekitar pusat kota Paris sementara Ibu Sven memilih untuk bersantai di perpustakaan yang ada di manor keluarga Hunter bersama Sophie. Esmee, Marie, Sven dan Pascal awalnya bersama namun di tengah jalan mereka berpisah karena Pascal meminta untuk pergi membeli sesuatu di pusat perbelanjaan.

"Hubungi kami begitu kalian selesai," ujar Marie pada Sven dan Pascal. Keduanya mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Esmee dan Marie yang masih menikmati kopi di café yang ada di pinggir jalan.

Esmee tertawa pelan setelah ia menyesap espresso miliknya. Ia memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Semua orang berjalan cepat tanpa menoleh. Beberapa sibuk berjalan sambil menatap layar ponselnya. Esmee menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi rotan yang ia duduki. "Aku pasti akan merindukan Riquewihr yang tenang. Chantilly juga terasa lebih tenang."

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com