"anna, malam ini ikut pesta yaa?." Evie memasang wajah memelas membujuk anna berharap dia bisa datang, tapi bukannya hati
anna luluh justru sikap seperti ini sangat menjijikkan baginya.
"bisa tidak kau tak memasang tampang seperti
itu, menjijikkan." tidak ada sepersen senyum pun
terlihat di wajahnya, sosok garang anna memang tak boleh di main-mainkan.
"hei, ayolah..kita jarang mengadakan pesta." kali
ini evie kembali membujuknya.
"aku tak bisa minum, lagian aku juga sibuk."
karena evie tak bisa membujuknya sekarang giliran nya Emma.
"wah-wah, kita kan sahabat kami tau kok kamu gak bisa minum , tenang saja." emma menepuk-
nepuk pundak anna yang sering kali menolak.
"sayangnya aku tak bisa mempercayai kalian begitu saja." anna pergi meninggal kan cafe namun dia dihadang oleh sosok yang membuatnya trauma.
"kau...minggir, aku sudah bilang tidak akan ikut
kenapa memaksaku terus?."
"ternyata kau sudah banyak berubah ya.."
"aku tak mau pergi karena kau juga Lucas! ."
"hei, itu kejadian tahun lalu tidak usah dipikirkan
lagi, lagian kau bukan nya juga menikmatinya ya?."
'PLAK!!'
"kurang ajar, berani beraninya kau mengatakan
nya!!." kini suasana cafe menjadi ribut, mereka
menjadi pusat perhatian. melihat lucas ditampar, evie langsung menjadi geram.
"anna, kalau kau tidak mau jangan berbuat kasar seperti ini!." evie mendorong anna dan membuatnya terjatuh.
"heh gila! kau tidak tau apa apa ya diam saja!."
melihat suasana semakin kacau, mau tidak mau
emma harus meleraikan keduanya.
"evie tenanglah..anna maafkan kami, tidak seharusnya memaksa mu." emma membantu anna bangun lalu mengantarnya pulang.
* * * * * * * * * *
"anna, maaf ya..evie dia tidak tau apa apa soal
itu." tiba tiba anna yang sedari tadi diam mengeluarkan air matanya.
"hiks hiks..dasar lucas cabul, beraninya dia mengatakan nya di depan umum."
"anna..sudah, sudah tidak apa apa kok, ada aku disini.."
" emma maaf ya, aku tak bisa pergi ke pesta."
"heh kau ini, itukan seterah kamu..maaf ya yang tadi, aku tak bermaksud memaksa mu aku hanya ingin kamu bisa...anna??." tampak anna
terduduk menangis, matanya terlihat membengkak.
"anna, kenapa?." emma adalah sahabat anna sejak kecil dan saling mengerti satu sama lain
sampai SMA pun mereka tak terpisah kan.
"kapan aku bisa bahagia seperti yang lain?? kapan aku bisa tersenyum seperti biasanya??."
lagi lagi pertanyaan itu terdengar kembali namun emma tak tau pasti harus bagaimana menjawabnya.
"kapan ya? kapan anna bisa bahagia dan tersenyum? sebentar lagi...kau hanya tetap menunggu lalu suatu saat nanti pasti kau akan
merasakannya." keduanya saling berpelukan satu sama lain, emma sangat prihatin dengan
keadaan anna karena anna sudah seperti saudara nya sendiri, anna menderita penyakit mental sejak 1 tahun yang lalu, sekarang ia harus rajin mengonsumsi obat yang telah diberikan agar tenang, karena itulah anna akan
sangat sensitif jika ia mengingat mimpi buruknya.