webnovel

The Breakup

Elea baru saja masuk sekolah setelah beberapa hari absen karena sakit. Dirinya masih terlihat lesu dan tidak bersemangat. Teman-temannya masih khawatir padanya, mereka meminta Elea untuk istirahat dirumah dulu karena tubuh Elea masih lemah. Tapi Elea yang keras kepala tetap memaksakan untuk pergi ke sekolah.

Felix pun begitu, dia tidak terlihat hadir beberapa hari. Elea yang mengetahui hal itu tidak terlalu peduli. Dia sedang tidak ingin bertemu dengan Felix. Mereka memang lebih baik tidak bertemu dulu, Elea belum siap.

Tapi sepertinya hal itu tidak berjalan sesuai kemauannya. Di hari dia memutuskan untuk masuk sekolah, Felix juga masuk dihari yang sama. Mereka berdua bertemu.

Jika kemarin Felix yang menjauhi Elea, kali ini kebalikannya. Saat Felix ingin mendekat, Elea dengan cepat pergi menjauh. Dengan segala cara dan alasan Elea tidak mau berada di dekat Felix.

"Lea... kumohon berhenti dulu... aku ingin bicara..." Felix masih mengejar Elea di lorong sekolah yang sudah mulai sepi. Tapi Elea tidak mau berhenti, dia semakin mempercepat langkahnya.

Felix berhasil menangkap tangan Elea dan membuatnya berhenti. "Tidak ada yang ingin aku bicarakan denganmu, kumohon tinggalkan aku sendiri." ucap Elea sambil menghempaskan tangan Felix, membuat Felix terkejut dengan penolakan Elea itu.

"Aku minta maaf jika aku melakukan kesalahan. Tapi kumohon jangan seperti ini."

"Bukankah kau yang memulai semua ini duluan. Aku hanya melakukan apa yang kau lakukan, menjauh tanpa alasan." jawab Elea sinis.

"Elea... kumohon..."

"Tidak Felix, sudah cukup. Kemarin kau menjauhiku, marah akan hal yang tidak jelas. Kau bahkan memintaku untuk menjauhi teman-temanku. Dan terakhir... kau mengingkari janjimu... Sudah cukup Felix..."

"Aku bingung dan takut waktu itu... kau tahu aku sangat mencintaimu, hingga aku takut kehilanganmu Lea..."

"Itu semua omong kosong, jika kau memang mencintaiku, kau tidak akan melakukan semua itu. Lebih baik kita akhiri saja."

"Apa maksudmu Lea?"

"Aku ingin kita berpisah dulu.... Aku tidak membencimu Felix, aku hanya... aku belum bisa memaafkan semua yang telah lakukan. Beri aku waktu untuk sendiri, jauh darimu..."

"Tidak Lea, jangan lakukan itu padaku..." Felix mulai menangis, tidak pernah terlintas dipikirannya akan mendengar perkataan itu dari Elea.

Elea cukup kaget, hal itu tidak terduga oleh Elea, melihat Felix menangis seperti itu. Tapi dia berusaha untuk tidak peduli. Dia berbalik dan mulai berjalan untuk meninggalkan Felix.

"Jadi benar, kau tidak mencintaiku lagi..." ucap Felix lirih, mengusap air mata yang sudah jatuh dipipinya. Menatap Elea yang tidak juga menghentikan langkah kakinya.

"Apa sekarang kau sudah menemukan penggantiku?" ucap Felix setengah berteriak dan itu berhasil membuat Elea berhenti. Elea membalikan badannya, matanya membulat tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Apa kau tidak mencintaiku lagi karena sudah memiliki orang lain?" ulang Felix, kali ini lebih pelan.

"Aku tidak percaya, kau berpikiran sangat dangkal Felix. Selama bersamamu, tidak sedikitpun aku memikirkan orang lain. Aku hanya memberikan hatiku padamu. Tapi kau bicara seperti itu." jawab Elea terdengar kecewa. Dia sungguh tidak lagi mengenali Felix yang ada dihadapannya sekarang. Dia seperti orang yang berbeda.

"Hati orang siapa yang tahu Lea, buktinya sekarang kau ingin berpisah denganku tanpa memikirkan perasaanku."

Elea semakin dibuat tidak habis pikir, dengan setiap ucapan yang dikeluarkan Felix. "Dengar Felix, apa yang kau katakan itu, semua murni adalah hasil pemikirianmu sendiri. Tapi sepertinya percuma menjelaskannya padamu."

"Jelaskan padaku, agar aku bisa paham. Agar aku tahu dimana letak kesalahanku."

"Pikirkan itu semua sendiri... pikirkan apa saja yang sudah kau perbuat... aku tidak mau menjelaskannya. Kau tidak akan percaya padaku."

Felix hendak bicara lagi, tapi Elea menghentikannya. Dia sudah tidak sanggup untuk menghadapi Felix. Dia segera pergi meninggalkan Felix. Tubuhnya masih lemas, dari tadi dia hanya menahannya.

Setelah berjalan cukup jauh dan tidak melihat Felix mengikutinya. Tubuh Elea langsung ambruk, terduduk dengan tanganya menumpu pada tembok disebelahnya. Dengan sangat lemah dia menyenderkan punggungnya di dinding itu, perlahan dia mencoba untuk mengatur nafasnya.

"Galen? Apa yang terjadi padamu?"

Elea menolehkan wajahnya lemah, melihat samar-samar seseorang berjalan mendekatinya. "Mr. Aubrey..." ucapnya lemah.

"Galen, kau sakit? Aku akan membawamu ke ruang kesehatan." Ucap Christof cemas.

Elea menggeleng, dia berusaha bangun dan Christtof dengan cepat membantunya. "Saya hanya kelelahan, bisa bantu saya duduk?"

Christof mengangguk dan membawa Elea duduk di bangku terdekat. Setelah itu dia mengambilkan Elea minum. Elea minum dengan perlahan. "Merasa baikan?" tanya Christof dan dijawab Elea dengan anggukan.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanyanya lagi. Tapi Elea hanya diam tidak menjawab.

"Kau bisa cerita, aku akan mendengarkan." ucap Christof lagi, tidak lupa senyuman khas miliknya menghiasi wajahnya itu.

"Terima kasih Mr. Aubrey..."

"Jangan sungkan Galen, itu gunanya teman." Elea kembali menganggukkan pelan.

*

*

Felix belum bisa menerima keputusan Elea. Meskipun dia tetap menghargai keingin Elea untuk menjauh dan memberinya waktu. Tapi baginya hubungannya dengan Elea belum selesai.

Dia terus memperhatikan Elea dari kejauhan. Dia percaya dia masih memiliki tempat yang khusus di hati Elea. Dia akan terus mencari cara bagaimana mendapatkan maaf dari Elea.

Elea menceritakan pada teman-temannya mengenai keputusannya tentang hubungannya dengan Felix. Mereka hanya bisa menghargai apa yang sudah jadi keputusan Elea, Bob dan Rhino mereka sangat mendukungnya, itu adalah keputusan tepat yang diambil Elea. Mereka tambah protektif dengan Elea, tidak akan dibiarkanya Felix untuk mendekati Elea lagi, mereka bahkan terkesan memusuhi Felix.

"Kau tidak perlu memberinya kesempatan lagi El." ucap Bob kesal. "Dari awal aku sudah tahu dia tidak baik untukmu." tambahnya.

Sementara Bob yang masih terus menerus mengoceh dan mancaci Felix. Temannya yang lain menatap Elea dengan iba.

"Kau tidak perlu sedih El, kami selalu ada untukmu."

"Terima kasih Geya."

"Tidak perlu berterima kasih, itu adalah tanda kalau kami sangat menyayangimu El." jawab Geya lagi. Dia pun langsung membawa Elea ke dekapannya, itu adalah kebiasaan Geya untuk menghibur Elea dan Elea pun dengan senang hati menerimanya.

"Jika ingin menangis, menangis saja El." ucap Jovita, menepuk pelan pundak Elea, tapi Elea langsung mengeleng pelan.

"Tidak kak Vita, aku tidak mau menangis lagi..." jawab Elea meskipun wajahnya jelas menggambarkan kesedihan. Tapi dia berusaha untuk menahannya.

"Jangan ditahan El, tidak ada salahnya berbagi dengan kami disini. Kita selalu siap untuk mendengarkan." ucap Rhino lembut seraya mengusap lembut kepala Elea yang sudah menjadi kebiasaanya sekarang.

Elea mencoba untuk tersenyum, menghilangkan raut sedih diwajahnya. "Aku benar-benar berterima kasih dan bersyukur memiliki kalian disisiku."