webnovel

Perfect Plan

Beberapa hari yang lalu.

Di tempat perkumpulan mereka. Sam duduk sembari luka di bibirnya tengah diobati oleh Qiana. Pukulan Felix ternyata cukup kuat, hingga meninggalkan luka.

"Aku tidak habis pikir, kakak sampai harus seperti ini?" ucap Qiana masih fokus mengobati luka Sam.

"Kau tidak perlu mengerti, kau hanya perlu melakukan apa yang sudah jadi bagianmu...  Aagh..." Qiana dengan sengaja menekan sedikit luka Sam. Membuat Sam langsung menghempaskan tangan Qiana menjauh dari wajahnya.

Qiana lalu mendengus kesal dengan perlakuan Sam, dia memalingkan wajahnya dan melipat kedua tangannya didada, masih kesal.

"Apa aku perlu membalas perbuatan anak itu?"

Sam menggeleng, menolak niatan Mark. "Anak itu pasti akan membayar luka ini." Sam memegangi luka dibibirnya. "Rob, apa ada perkembangan lainnya?"

Rob yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya langsung menoleh saat mendengar namanya disebut. "Aku masih mengumpulkan datanya. Aku bingung kenapa sulit sekali untuk mendapatkan latar belakang Galen? Dia seperti orang penting yang data keluarganya dilindungi agar tidak diketahui oleh orang luar."

"Tidak apa, data yang kemarin kau berikan padaku sudah cukup. Rencanamu untuk memecahkan kaca itu pun cukup baik. Meski aku mendapatkan hukuman. Tapi aku tetap senang bisa dekat dengan Galen."

Rob tampak senang mendapat pujian dari Sam. Dia tambah semangat untuk mengetik di laptopnya, mencari apa yang sedang dicarinya.

Sam kembali menatap Qiana yang masih duduk disebelahnya. "Dan sepertinya kau juga sudah berhasil melakukan bagianmu dengan baik."

Qiana tersenyum sinis, mengingat apa yang hari ini dia lakukan. Mencoba untuk memprovokasi Felix. "Aku melakukannya bukan karena kau adalah kakak sepupuku, tapi karena aku memang tertarik pada Felix."

Sam mengangguk pelan, "Kau bisa ambil anak itu kalau kau mau, aku tidak peduli. Yang aku inginkan itu Galen." ucap Sam tegas.

"Apa sih yang membuat kalian tertarik dengan gadis itu? Jelas-jelas dia itu aneh, tingkahnya sungguh tidak masuk akal. Tapi kalian seperti berlomba-lomba mengejarnya." ucap Qiana kesal, dia sungguh tidak menyukai kenyataan kalau Elea lebih disukai daripada dirinya.

"Kau tidak akan mengerti meskipun aku menjelaskannya padamu. Dan kupastikan Galen akan jadi milikku, bukan Navarro ataupun mereka yang kau sebut-sebut juga punya perasaan pada Galen." ujar Sam dengan senyum percaya dirinya.

"Jangan lupakan guru baru itu, aku yakin dia juga punya niatan yang sama." Senyum Sam seketika hilang, saat Qiana menyebutkan tentang Christof. Dia lupa tentang guru baru itu.

"Rob, cari tahu segala sesuatu tentang Christof Aubrey." perintah Sam dan dibalas dengan anggukan dari Rob.

*

*

*

Felix berada di depan rumah Elea, dia ingin minta maaf atas apa yang terjadi di taman siang itu. Tapi Bob berdiri tepat di depan pintu melarang Felix untuk masuk.

"Bob, kumohon biarkan aku masuk. Aku sungguh-sungguh menyesal..." ucap Felix penuh penyesalan, dia terlihat sangat tidak tenang. Dia berusaha menerobos masuk tapi Bob langsung menghalanginya.

"El bilang kau harus tenangkan dirimu dulu. Aku tidak bisa membiarkanmu bertemu dengannya jika kau masih belum bisa tenang."

"Biarkan dia masuk Bob, Bibi Daniela ingin bicara padanya." Rhino datang menghampiri mereka, mempersilahkan Felix masuk. Saat Bob ingin segera menyusul Felix, Rhino menahan bahunya. Bob menghentakkan kakinya kesal, menghela nafasnya kesal. Rhino juga mengajaknya masuk untuk menemui Daniela.

Di ruang tamu, Felix melihat Daniela sudah duduk disana. Daniela melihat kehadiran Felix dan langsung menyuruhnya duduk. Dengan ragu Felix duduk di hadapan Daniela, dia tidak berani untuk menatap Daniela, ada rasa bersalah. Rhino dan Bob yang menyusul juga duduk di dekat Felix menghadap Daniela.

"El, sudah tidak apa-apa, sekarang dia sedang tidur." Karena tidak ada yang mau mulai bicara, jadi Daniela memutuskan untuk angkat bicara terlebih dahulu.

Mereka bertiga hanya menunduk, terlihat lebih lega setelah kondisi Elea dijelaskan oleh Daniela.

"Jadi... siapa dari kalian bertiga yang akan menjelaskan ini semua?" tanya Daniela, masih menyematkan senyum pada tiga orang dihadapanya itu.

Felix akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya. Dari awal pertemuan Elea dengan Sam sampai kejadian di taman hari ini.

"Maafkan saya Bi, jika aku lebih perhatian. Semua ini tidak akan terjadi." Rhino mengucapkannya dengan penuh penyesalan. Bob dan Felix juga turut meminta maaf.

"Tidak perlu minta maaf, semua sudah terjadi. Bibi tidak marah pada kalian. Kondisi Elea dari dulu memang tidak stabil. Bibi malah harus berterima kasih, kalian sudah sangat berusaha untuk menjaga Elea."

Mereka bertiga hanya diam tidak bisa menjawab. Meskipun Daniela berkata seperti itu, mereka tetap merasa bersalah.

"Bibi hanya minta satu hal... Tolong segera beritahu Bibi jika terjadi sesuatu pada Elea..."

*

*

Keesokan harinya, Elea sudah merasa lebih baik dan memutuskan untuk pergi ke sekolah. Pagi ini dia tidak berangkat sendiri, Rhino datang menjemputnya. Jujur Rhino dan Bob belum bisa membiarkan Felix untuk dekat dengan Elea, meskipun Felix sudah minta maaf.

Sesampainya di sekolah pun, mereka tidak membiarkan Felix mendekati Elea, kecuali saat kelas mereka dimulai. Saat kelas mereka selesai, Bob atau Rhino langsung mengajak Elea pergi.

Elea juga sebenarnya masih tidak nyaman untuk berada didekat Felix, dia masih takut. Tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya dihadapan Felix, dia tahu Felix sudah sangat menyesal. Tapi perasaan takut itu masih ada.

Jadi Elea hanya membiarkan apa yang Bob dan Rhino lakukan, menjauhkan dirinya dari Felix. Pikirnya mungkin waktu akan memperbaiki semuanya sendiri.

Setelah Bob mengajak Elea pergi dari kelasnya, meninggalkan Felix sendiri. Felix hanya dapat menatap kepergian Elea dengan lesu. Dia tidak tahu harus apa lagi agar mereka percaya dia sudah menyesal. Dia memilih untuk duduk saja di kelas, tidak ingin kemana-mana.

"Sendiri lagi Felix?" Qiana datang menghampiri Felix yang duduk sendirian.

"Jangan ganggu aku Qiana." ujar Felix malas.

"Kenapa? Apa Galen sudah mencampakkanmu dan lebih memilih kedua temannya itu?"

"Qiana, berhenti mengatakan hal itu. Itu semua tidak benar."

"Kau yang tidak mau percaya kalau itu semua benar. Buktinya saja sekarang mereka mencoba memisahkanmu dengan Galen."

Felix tersentak dengan perkataan Qiana, dia merasa apa yang Qiana katakan itu sepertinya benar. Bob dan Rhino memang menjauhkannya dari Elea. Tapi Felix tetap mencoba untuk menghilangkan pikiran itu. Dia mengeleang kuat.

"Tidak... itu tidak benar!!!" teriak Felix, pikirannya sudah mulai membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Jika itu tidak benar, lalu apa yang baru saja terjadi? Bukankah Wren baru saja membawa Galen menjauh darimu. Dan Galen sama sekali tidak menolak. Dia sepertinya tidak memikirkanmu lagi."

Felix tidak tahan lagi, dia bangkit dan pergi meninggalkan Qiana. Dia harus pergi kesuatu tempat untuk menenangkan pikirannya.