Ucapan yang dilontarkan Madam Theresa bagaikan pisau yang langsung menancap di hati Anastasia. Dia sudah sering mengucapkan hal-hal yang selalu menjatuhkan Anastasia. Dia sama sekali tidak peka dengan keadaan Anastasia. Anastasia hanya bisa sabar dan menelan hinaan itu bulat-bulat. Dia tidak ingin merusak momen berharga ini.
Bianca yang menyadari bahwa sahabatnya mendapatkan hinaan itu berusaha untuk membuatnya tenang. "Anas, kamu jangan dengarkan omongan wanita itu. Dia sama sekali tidak pantas untukmu," ucapnya sambil berbisik di telinga sahabatnya itu.
"Iya, Bi. Aku tidak ingin semuanya ini berantakan," ucapnya dengan suara rendah dan menundukkan kepala.
Nyonya Zwalinski yang mendengar ucapan itu hanya bisa menggelengkan kepala. Dia merasa perkataan madam Theresa tampaknya sudah keterlaluan. Dia merasa Anastasia sebenarnya anak yang baik.
"Madam Theresa, aku merasa …."
"Madam Theresa, kami ingin mengundang Anda ke acara karnaval kami," ucapnya memotong ucapan istrinya. "Kami berharap Anda dan anak-anak panti bersedia untuk ke acara tersebut." Tuan Zwalinski langsung mengenggam tangan nyonya Zwalinski.
Nyonya Zwalinski menatap wajah suaminya dengan penuh tanda tanya. Dia heran dengan tindakan yang dilakukan suaminya itu. Tuan Zwalinski kemudian menepuk permukaan tangan istrinya dan mendekatkan badannya.
"Aku tidak ingin membuat keributan. Markus pasti sangat sedih jika kita membuat kekacauan," bisiknya dengan suara yang hanya bisa terdengar oleh mereka berdua.
Nyonya Zwalinski yang mengerti maksud dari tindakan itu seketika menganggukkan kepala. Apa yang dipikirkan oleh tuan Zwalinski tampaknya sudah dipikirnya baik-baik. Dia kembali melanjutkan ucapannya.
"Madam Theresa, aku merasa sangat senang jika Anda dan anak-anak bisa ikut," ucap Nyonya Zwalinski dengan senyuman.
"Oh, Kami sangat senang akan hal itu." Bola matanya membesar sesaat. Bibirnya langung tersenyum seperti mendapatkan hadiah. "Kami akan ikut," ucapnya sambil melihat ke setiap wajah anak panti. "Aku merasa mereka berhak mendapatkan kebahagiaan."
Semua anak-anak di dalam ruangan itu bertepuk tangan. Mereka terus tersenyum dan beberapa di antara mereka ada yang berteriak kegirangan. Anak-anak panti memang tidak pernah merasakan yang namanya bermain di tempat mahal. Mereka kebanyakan main di taman kota atau sekitar pekarangan panti karena faktor ekonomi yang kurang mendukung.
"Jadi, kapan acaranya di mulai?" tanya salah seorang anak panti.
"Acaranya di mulai minggu depan," ucap Tuan Zwalinski dengan senyuman. "Kalian pasti akan sangat senang."
"Oh, iya. Di sana akan banyak hadiah, permainan dan pertunjukan. Betulkan, Sayang?" Nyonya Zwalinski menatap mata suaminya.
"Iya betul sekali," ucap Tuan Zwalinski sambil memeluk erat istrinya. "Markus juga akan bahagia jika melihat anak-anak lain selain dirinya,"
"Wah, kami sangat bersemangat mendengar ucapan itu," ucap salah seorang anak panti lainnya. "Aku sudah tidak sabar menunggu minggu depan."
Ucapan itu membuat suasana jamuan malam kembali terasa hangat. Semuanya terlihat bahagia dan senang. Anastasia juga merasakan hal yang sama, tetapi rasanya masih ada yang mengganjal di dalam hatinya. Setelah jamuan makan malam selesai, Nyonya dan Tuan Zwalinski akhirnya meninggalkan tempat itu.
"Ok, untunglah semua berjalan dengan lancar," ucapnya sambil menghela napas. "Anastasia, Bianca kalian bersihkan semua ini. Aku akan kembali ke kamarku terlebih dahulu."
Madam Theresa lalu berjalan menuju ke kamarnya. Dia sama sekali tidak mempedulikan siapa pun dan terus berjalan dengan sesekali menguap. Anastasia dan Bianca yang mendengar nama mereka kembali disebut membuat mereka langsung mengerutkan alis. Akan tetapi, perintah adalah perintah. Mereka berdua segera mengambil piring sisa dan membersihkannya.
"Argh, Madam Theresa selalu saja membuat hidup kita susah," ucap Anastasia sambil sesekali menghenttakkan kakinya. "Wanita tua itu memang sudah kelewatan."
"Iya betul, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa sekarang." Bianca mengambil piring yang telah dibilas Anastasia dan meletakkannya di dalam lemari. "Hidup kita tergantung darinya."
"Iya juga," ucapnya sambil menghela napas.
Setelah selesai membersihkan piring, mereka berdua hendak kembali ke kamar. Ketika mereka hendak menaiki anak tangga, terdengar suaraorang yang memanggil Anastasia. Mereka berdua berbalik dan ternyata itu adalah sosok Madam Nigera.
"Anastasia, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu." Raut wajah muka madam Nigera terlihat menegang.
"Bi, kamu naik deluan. Ada hal yang ingin dibicarakan madam Nigera denganku."
Bianca membalas ucapan Anastasia dengan mengangguk. Dia lalu berjalan meninggalkan Anastasia bersama dengan madam Nigera. Beberapa detik kemudian, terdengar suara pintu kamar Bianca. Madam Nigera lalu menyampaikan sesuatu.
"Anas, mengenai lukamu itu. Aku sudah menemukan orang yang bisa membantumu," ucapnya sambil memberikan selembar kertas cokelat dari dalam aku celananya. "Kamu pergi ke alamat ini dan katakan bahwa kamu adalah kenalan Nigera."
"Madam, tapi bagaimana bisa aku ke luar dari sini?" tanya Anastasia kebingungan. "Madam Theresa pasti akan memarahiku karena berkeliaran tanpa seizinnya."
"Anas, tenanglah. Aku sudah mengatur semuanya, kamu tenanglah." Madam Nigera menepuk pundak Anastasia. "Oh, iya bagaimana dengan lukamu?" tanyanya penasaran.
"Madam, aku sempat merasakan sakit sebentar," ucapnya sambil kembali memeriksa bekas lukanya. "Akan tetapi, sekarang tampaknya sudah aman."
"Ok baguslah kalau begitu. Aku merasa sebaiknya kamu cepat beristirahat." Madam Nigera berjalan meninggalkan Anastasia. "Hei, cepatlah sebelum madam Theresa melihatmu lagi."
"Iya, Madam."
Anastasia kembali ke kamarnya dengan pikiran yang tidak tenang. Dia merasa aneh dengan sikap madam Nigera yang tiba-tiba baik kepadanya.
Aku merasa ada yang aneh dengan madam Nigera, tapi apa….
Dia perlahan membuka pintu kamarnya dan masuk. Ucapan itu terus terngiang di dalam pikirannya. Namun, dia berusaha untuk melupakan semua itu. Matanya perlahan menutup dan pandangannya seketika menjadi gelap.
***
Di dalam alam mimpinya, dia kembali melihat hal yang sama. Cermin, pantulan bayangan semuanya sama persis. Namun, ada hal yang berbeda di mimpinya kali ini. Beberapa meter dari posisinya berdiri terlihat seorang wanita yang tingginya menyerupai Anastasia. Warna rambut serta bentuk badannya sama persis dengan dirinya. Anastasia berjalan mendekat ke arah wanita itu. Dia terus memanggilnya, tetapi dia sama sekali membalikkan badannya. Anastasia lalu menyentuh pundak wanita itu dan melihat wajahnya.
Astaga!
Cairan berwarna ungu ke luar dari mulut wanita itu. Bola matanya juga dipenuhi dengan cairan berwarna hitam dan keungu-unguan. Anastasia terjatuh dan berjalan menjauhi wanita itu. Tiba-tiba kakinya terasa lemas tidak berdaya, dia sama sekali tidak bisa berlari.
"Hihi … hei, kenapa kamu takut?" Sosok itu mengerutkan alisnya, kemudian berbalik dan berjalan mengarah Anastasia. "Kita kan orang yang sama." Sosok itu terus melangkah diikuti dengan sudut mulutnya terangkat. "Aku adalah kamu," ucapnya dengan suara melengking.
"Aku bukan dirimu! Kamu siapa!" Anastasia menaikkan suaranya. Denyut jantungnya berdegup dengan kencang. "Aku sama sekali tidak mengenalmu!"
"Hihi… kita pasti akan bertemu kembali. Aku yakin itu."
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Anastasisa berteriak dengan keras. Dia lalu terbangun kembali dari mimpi buruknya. Rasanya ini sudah kedua kalinya dia mengalami mimpi yang mengerikan ini. Keringat dingin mengalir membasahi wajahnya. Permukaan tangannya basah dan napasnya terengah-engah seakan telah melakukan lari marathon. Dia sama sekali tidak bisa melupakan detail mimpi itu yang tampaknya telah melekat erat di dalam ingatan miliknya. Dia akhir-akhir terus mengalami mimpi buruk setelah serangan mahluk itu.
Apakah mimpi ini berkaitan dengan luka yang aku alami?
Anastasia melihat ke arah luka yang telah diperban di kakinya. Dia perlahan kembali membuka perbannya satu per satu diikuti dengan denyut jantung yang terus berdetak kencang. Namun, tidak ada hal aneh yang terjadi dengan lukanya. Ukuran dan bentuknya masih sama seperti sebelumnya.
Madam Nigera mungkin mengetahui sesuatu mengenai hal ini.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu di luar kamar Anastasia. Dia berjalan mendekat ke arah pintu dan perlahan membuka pintu. Seorang wanita berambut panjang berada tepat di depan pintunya.
"Anas, kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Bianca. "Aku baru saja mendengar teriakanmu." Bianca mengerutkan alisnya dengan raut wajah tegang.
"Ah, aku baik-baik saja," Anastasia mengangguk dengan cepat. "Aku hanya bermimpi buruk saja," ucapnya diikuti dengan tawa.
"Ok, baiklah." Bianca membalas ucapan Anastasia dengan ikut tersenyum. "Anas, jika kamu membutuhkan sesuatu, kabari aku." Bianca lalu berjalan kembali ke kamarnya.
"Terima kasih, Bi," ucapnya sambil perlahan menutup pintu kamar.
Anastasia menyandarkan badannya di pintu. Dia sama sekali tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada semua orang termasuk sahabat baiknya.
Aku berharap apa yang diucapkan madam Nigera itu semua benar.
Anastasia hanya bisa menghela napas dan menggaruk rambutnya. Dia lalu kembali berjalan ke kasurnya dan kembali beristirahat.