" Begitulah ceritanya... Bukan kah itu cukup ironis? Aku telah kehilangan satu-satunya pendamping hidup ku dan keluarga ku. Saat ini aku hanya memiliki seorang cucu saja..."
" Ya, itu sebuah cerita yang cukup sedih..."
Kakek tua itu menceritakan tentang kehidupannya kepada gu Yuwen. Meskipun Gu Yuwen mendengarkannya, tapi dia tak memperdulikannya.
' yah, untuk apa aku memperdulikan kehidupan orang lain. Hal yang sia-sia sekali. '
"... Em memang menyedihkan. Setiap kali aku berada dalam keadaan hidup dan mati, aku selalu berhasil hidup. Padahal aku mengharapkan untuk mati saja karena aku ingin menyusul keluarga ku. Tapi surga masih membiarkan ku tetap hidup sampai sekarang. Ku pikir itu cukup kejam, aku selalu ingin mati tapi takdir yang diberikan membuatku tetap selamat..."
' hoo.... Surga kah...'
Gu Yuwen sedikit tertarik dengan perkataan kakek itu. Sebuah ide langsung muncul di kepala.
" Tentunya, aku tetap takut terhadap kematian dan tidak berani untuk membunuh diriku sendiri... Sampai sekarang aku harus bekerja keras untuk hidup. Dengan bayaran yang tak seberapa dari menjadi kusir ini, aku selalu merasa kurang dalam menutupi kebutuhan ku. Tapi... Untungnya, hari ini kamu naik ke kereta ku dan membayar ku dengan banyak... Aku merasa bersyukur. Terimakasih, kamu anak muda yang baik.."
Senyuman lembut itu di arahkan kepada gu Yuwen.
Gu Yuwen juga membalasnya dengan sedikit tersenyum. Lalu, dia berbicara.
" Kakek, anda terlihat sudah kelelahan... Apa anda tak mau istirahat..? Biar aku saja yang menjadi pengemudi."
" Eh? Yah, aku memang sudah lelah.. tapi membiarkan mu menjadi pengemudinya.. itu sedikit.."
" Tidak usah khawatir. Aku bisa kok. Dan aku tidak keberatan. Aku juga tau jalannya. Jadi, tolong istirahat lah dulu di dalam sini. Biar aku saja yang mengendarainya..."
Kakek tua itu sedikit enggan. Tapi dia memang lelah, terlebih dia ingin menghargai kebaikan dari Gu Yuwen. Mau tak mau, mereka bertukar posisi.
Setelah berhenti sejenak untuk berpindah posisi, kereta kuda itu kembali berjalan. Gu Yuwen mampu mengendalikan kudanya dengan baik.
Dalam perjalanan itu, kakek tua itu tertidur di atas tumpukan barang. Rasa lelahnya terlihat dari raut wajahnya yang tertidur.
Gu Yuwen sudah menjalankan keretanya cukup lama, dan sekarang kereta kudanya berada di jalan yang memiliki tebing di pinggirnya. Di bawah tebing itu terdapat berbagai bebatuan yang tajam, kalau ada seseorang yang jatuh ke sana, tubuhnya akan langsung hancur karena bebatunya.
Gu Yuwen kemudian menghentikan keretanya dan dia turun dari kursinya.
Menyadari kalau keretanya berhenti, kakek tua itu terbangun.
" ...Nak. kenapa kamu menghentikan keretanya? Apa kamu sudah lelah juga? Maafkan aku karena.... Hmmm? Kemana anak muda itu...?"
Dia baru sadar kalau gu Yuwen tidak ada di kursi pengemudinya. Dia mencoba bangun tapi, entah kenapa dia melihat kalau pengikat kuda dan keretanya sudah terlepas.
" Hmm..?"
Keretanya mulai bergetar. Kakek tua itu sedikit bingung dengan itu. Dia mencoba untuk keluar, tapi sebelum itu terjadi...
Bangー!
Kereta itu terdorong ke luar tebing.
" A-apa...??!"
Kereta itu mulai terjatuh kebawah. Gu Yuwen berada di sisi tebing itu, dia melihat keretanya terjatuh kebawah.
" Surga itu memang kejam, bukan...? Kau tetap dibiarkan hidup sampai sekarang, padahal kau ingin mati. Tapi tenang saja, seperti katamu tadi, aku ini memang baik. Aku telah memenuhi keinginan mu. Hehe.."
Dengan sedikit tawa kecil, Gu Yuwen melihat kereta itu hancur ketika mengenai bebatuan yang tajam di bawah sana.
" Ku anggap, uang yang berada di kantong ini, sebagai ucapan terimakasih mu."
Sebelumnya, Gu Yuwen telah mengambil sebuah kantong kecil yang tergantung di dekat tempat duduknya. Sebuah kantong yang berisi uang itu sekarang berada di tangan gu Yuwen.
Notifikasi langsung muncul ketika kereta itu benar-benar hancur.
[ Selamat! anda telah membunuh orang yang tak bersalah!]
[ Anda mendapatkan 200 poin!]
[ Anda mendapatkan hadiah tambahan karena membunuh untuk pertama kalinya! Anda mendapatkan 100 poin!]
[ Jiwa yang anda bunuh, menjadi membenci anda! Anda mendapatkan 150 poin kebencian!]
Gu Yuwen sedikit terkejut dengan itu. Dia tak menyangka, bahkan membunuh orang saja membuatkan keuntungan baginya.
" Yah, orang baik memang akan mendapatkan balasan yang baik juga kan."
Gu Yuwen langsung menaiki kudanya. Dia tak mau hanya terus berdiri di sana. Dia harus cepat untuk pergi ke sekte itu sebelum pendaftarannya ditutup. Bukan karena tak sabar untuk menjadi murid di sana, tapi gu Yuwen tak sabar untuk mendapatkan tehnik tubuhnya.
Dengan kuda yang tak memiliki beban berat apapun selain dirinya, Gu Yuwen yakin dia akan sampai tepat waktu.
Beberapa hari berlalu. Selama beberapa hari itu, Gu Yuwen terus melaju dengan kudanya. Dia hanya sesekali saja berhenti untuk membuat kudanya beristirahat.
Dan saat ini, dia sedang beristirahat di sebuah hutan. Dia sangat asing dengan wilayah itu, tidak tapi dengan dunianya sekarang. Tapi untungnya dia memiliki sebuah peta untuk menuju ke tempat tujuannya.
Ketika dia sedang menatap petanya, telinganya sedikit bergetar. Dia mendengar suatu pertarungan tidak jauh dari lokasinya.