“Bayu itu bukannya berarti air ya? Apa kau bisa mengendalikan air?”
Kami berjalan di koridor bangunan kerajaan megah ini. Berjalan mengikuti seorang pria berjas keren dengan nama pangeran Bayu. Bagian kiri kami terdapat pilar-pilar yang mempertunjukkan pemandangan pohon yang tumbuh di taman kerajaan dengan indahnya. Bagian kanan kami terdapat dinding dengan sesekali pintu yang entah menuju ke bagian apa. Dengan lukisan menakjubkan, ukiran hebat dan warna tembok yang saling mendukung satu sama lain.
“Oh tentu tidak, Ayahku menamaiku Bayu agar aku bisa bersikap tenang layaknya air. Bisa dibilang beliau ingin aku hidup seperti air. Tadinya ibuku ingin menamaiku Pradipta yang artinya terang cahayanya tapi tidak jadi.”
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com