webnovel

17. Tya?

Semua nya terasa begitu aneh.Terasa kering,dan hampa.

Semenjak kematian tya semuanya seakan-akan berubah.

Mulai dari hubungan fia dan niko yang sedang terancam,lia dan rendy yang jadi makin canggung.Suasana sekolah yang jadi aneh,bahkan bu ina sempat izin mengajar lantaran sakit karna tak kuat menerima kepergian tya.kini putra,ivan dan daffi juga jadi serbasalah karna sifat Al menjadi berubah.Kini ia lebih pendiam,lebih dingin,dan terlalu gampang emosi.

Memang sudah 3 hari berlalu tapi percayalah,luka akibat kepergian seseorang akan susah disembuhkan,sekalipun bisa pasti nantinnya akan meninggalkan sebuah bekas mendalam.

***

"Bang teh manis satu ya" pesan putra,bel iatirahat sudah bebunyi sejak 10 menit yang lalu tapi kantin sudah dipenuhi oleh banyak siswa siswi dengan wajah kelaparan.Kini six team sedang duduk di salah satu meja kantin.Tak jarang Beberapa pasang mata seakan melihat mereka kagum,tapi mereka tak menggubrisnya dan tetap melanjutkan makan mereka.

"Ok deh,teh manis satu.Pake s gak?" tanya si penjual

"Ya iya lah,kalo gak pake s masa saya minum teh mani.Jorok" pedagang itu hanya tersenyum mendengar jawaban konyol dari putra.

Beberapa menit kemudian six team sudah menghabiskan makanannya.Mereka memutuskan untuk kembali ke kelas.Saat melewati lapangan sekolah,tiba-tiba al mendengar suara nanyian dari tya.

Sontak saja Al langsung diam dan terpaku,Suara nanyian itu benar-benar mirip suara nyanyian tya.

"Kenapa al" tanya daffi,tapi al tetap diam tiba-tiba matanya menangkap sesosok tya sedang berdiri di atap panggung.

"Tya?" batin al kaget sosok itu sedang menatapnya sambil tersenyum.Al lalu mengucek matanya,berusaha memastikan.Tapi saat ia membuka matanya Tya sudah pergi.

"Al ayo ke kelas" panggil daffi yang mulai kesal.

"Tya" Ucap al

"Hah?apaan?"

"Itu Tadi ada Tya,serius gua gak bohong" Al berusaha meyakinkan ke 5 temannya itu.

Tiba-tiba ivan menghampirinya,wajahnya prihatin.Begitu juga yang lain,ivan menepuk sedikit pundak al.

"Gua tau kok,diantara kita berenam lu yang paling ngerasa kehilangan tya.Tapi Al,jangan kaya gini terus,tya itu udah gak ada al.Lu harus inget itu" ucap ivan.

"Tapi...tapi...serius tadi ada Tya,gua gak mungkin salah liat.Itu tadi disitu tuh" al masih saja berusaha meyakinkan temannya,ia menunjuk ke arah panggung,tapi justru yang terjadi malah sebaliknya.Ke lima temannya justru makin tak percaya dan menganggap Al berhalusinasi.

"Ayolah al...jangan kayak gini terus." daffi membuka suaranya lantaran geram dengan tingkah al kayak gini.

"Iya betul,lagian kita pasti bakal terus nemenin lu ngelewatin masa-masa ini." kini putra yang ikut untuk menyemangati al.

"Kita lewatin sama-sama" ucap ivan sambil tersenyum kecil,Al hanya bisa diam.Mungkin teman-temannya benar,ia memang masih belum bisa merelakan Tya.

***

Hari ini di kelas Al pelajaran Matematika sedang berlangsung,

Sudah sejak 15 menit yang lalu, pak wawan guru matematika mereka berbicara mengenai rumus,rumus,rumus,dan rumus.

Biasanya al menyukai pelajaran matematika tapi saat ini ia sedang tidak mood sama sekali.

Ia lebih memilih menopang dagunya dengan tangannya dan melamun sesuka hati.Sesekali al mengembuskan nafas pelan.

"Ahhh...." al menjatuhkan kepalanya di atas meja,tapi saat ia menengok ke kanan ia melihat secarik kertas  tepat disampingnya.

Al mengambil kertas itu,kertas putih polos yang di lipat jadi dua, al celingukan mencari kira-kira siapakah orang yang meletakkan kertas itu,Tapi semua orang di kelasnya sedang sibuk menyimak penjelasan yang dijelaskan oleh pak wawan.

Tak menemukan orang yang mencurigakan,al memutuskan untuk membuka kertas itu.

Ia membaca tulisan di kertas itu matanya membelalak kaget begitu tau apa yang ditulis di kertas itu.

Al bisakah kamu datang menemuiku malam ini,pukul 8 di lapangan utama sekolah

Tya.

"Benarkah ini?" batin al terus bertanya