webnovel

Di balik kebaikan

Selamat membaca semuanya

.

.

.

.

.

.

.

Hari itu, sama seperti hari-hari sebelumnya.

Sang Sang terbangun dari tidurnya berbarengan dengan suara kokokan ayam.

Hal pertama yang dilakukannya setelah bangun dan membasuh wajah adalah pergi ke bagian dapur. Langit masih gelap saat ia keluar dari kamar menuju dapur yang jaraknya ratusan meter.

Sang Sang mengambil semangkuk bubur hangat untuk mengisi perut sebelum bekerja. Selesai makan, ia memasukkan mangkuk kotor ke dalam embar kayu di dekat pintu lalu pergi sungai dengan membawa ember kayu berisi mangkok kotor untuk mencuci.

Kali ini Sang Sang bertugas mencuci mangkok kotor.

Matahari baru saja terbit dan memancarkan cahaya keemasan di permukaan sungai ketika Sang Sang datang ke tepian sungai, tangan mungilnya sibuk membersihkan satu persatu mangkok kotor. Biasanya ada Qiqi yang menemani tapi mulai kemarin ia dipindah tugaskan ke bagian dapur oleh kepala pelayan Li.

Qiqi begitu senang saat tahu di pindah tugaskan ke bagain dapur, merasa bisa lebih sering melihat dan bertemu dengan tuan muda kesukaannya. Sebagai seorang teman tentu saja Sang Sang ikut senang dan mengucapakan selamat meski di dalam hati merasa kehilangan.

Sementara untuk pengganti Qiqi tidak ada, saat bertanya kepala pelayan Li, wanita paruh baya itu mengatakan kalau Sang Sang pasti sanggup mengerjakan perkerjaannya seorang diri sebab bagian yang paling sibuk dan membutuhkan banyak bantuan adalah bagian dapur sedangkan bagian umum tidak membutuhkan tambahan orang.

Selesai mencuci mangkok dan menaruhnya ke dalam rak penyimpanan.

Sang Sang bergegas pergi ke paviliun Salju dengan mendorong gerobak kayu.

Ketika datang seorang pelayan mengarahkan Sang Sang dengan gerobak kayunya ke belakang paviliun mengambil pispot untuk dibersihkan.

"Dimana biasanya gadis manis yang selalu bersamu?" tanya pelayan tua yang terbiasa melihat Sang Sang dan Qiqi datang bersamaan mengambil pispot.

"Mulai kemarin dia di pindah tugaskan ke bagian dapur," jawab Sang Sang memberitahu.

Kepalanya mengangguk-angguk pelan, lalu berkata, "Wajahnya memang cocok bekerja disana,"

Sang Sang hanya tersenyum menanggapi, fokus menaruh pispot ke dalam gerobak kayu lalu mendorongnya keluar.

Langkah kaki Sang Sang sedikit kepayahan mendorong gerobak kayu, biasanya ada Qiqi yang ikut membantu mendorong tapi sekarang sendirian, melihatnya kesusahan tidak ada satupun pelayan yang berniat membantu, mereka semua menutup mata, tidak peduli karena berpikir itu sudah pekerjaan Sang Sang.

Sang Sang pun memaklumi, tidak menyimpannya dalam hati.

Tidak ada suara keluhan dari mulut Sang Sang ketika harus membersihkan belasan pispot sendirian, semuanya dilakukan dengan serius, dan rasa tanggung jawab selesai dibersihkan sebelum dibawa ke paviliyun Salju ia memastikan semua pispot yang di cucinya bersih dan bisa digunakan kembali oleh pemiliknya.

.

.

.

.

.

Burung-burung berkicau merdu di pinggiran atap bersamaan dengan cahaya matahari pagi yang perlahan-lahan merangsek masuk ke dalam kamar melalui celah-celah jendela. 

Gu Hongli yang terbaring nyaman di ranjang kayu berlapis selimut tebal  yang dilapisi kain sutra, ia membuka mata dengan sedikit susah payah saat suara ketukan pelan terdengar dari pintu depan kamar pribadinya disertai panggilan lembut dari pelayan di kediamannya.

Pelayan pria itu tidak bermaksud mengganggu waktu istirahatnya, ia hanya menjalankan tugas saja. Kedatangannya ingin mengambil pispot milik Gu Hongli yang ketinggalan untuk dibersihkan.

"Tunggulah," kata Gu Hongli dengan suara parau ciri khas oran baru bangun tidur.

Gu Hongli bangkit dari posisi tidurnya, dan berjalan ke arah pispot yang di letakkan di ujung kamarnya.

Sesempurna apapun penampilan Gu Hongli, ia tetaplah manusia normal pada umumnya bisa merasa sakit perut dan bunga air karena ia juga makan dan minum untuk hidup, sama seperti manusia lainnya.

Selesai dengan urusan pribadinya, Gu Hongli berteriak mempersilahkan pelayan itu masuk untuk mengambil pispotnya.

Rencananya hari ini Gu Hongli akan pergi ke paviliun Angin menemui kakak laki-lakinya sambil membawakan obat herbal yang di buat khusus untuknya, pastinya tubuh kakaknya terasa lelah karena perjalan jauh karena menunggangi kuda selama berhari-hari.

"Siapkan air, aku ingin mandi," perintahnya kepada pelayan yang bertugas di kediamannya.

"Baik,"

Hari ini dia akan memakai baju pemberian kakaknya pada perayaan ulang tahunnya kemarin. Baju berwarna hitam bersulam benang emas bergambar burung phoeniex, merupakan baju favoritnya dan sering di kenakan.

Dalam otak maupun hatinya hanya ada Gu Fengyi seorang, belum ada yang mampu menggesernya. Sejak kecil hingga sekarang ia menjadikan kakak laki-lakinya itu sebagai pusat dunianya, orang yang akan selalu diikuti sampai kapanpun.

Jadi jika berpikir kalau perlakuan maupun sikapnya begitu istimewa kepada pelayan bernama Sang Sang, itu salah besar.

Sikap baiknya terhadap Sang Sang murni antara majikan dan pelayan saja tidak lebih, tidak ada perasaan cinta ataupun ketertarikan. Memang harus Gu Hongli akui, awalnya ia sedikit penasaran dengan pelayan bernama Sang Sang itu karena pemikirannya dalam melihat kehidupan, namun setelah bertemu secara langsung dan melihat penampilannya yang sangat jelas mencerminkan sebagai pelayan kelas rendah membuat Gu Hongli tidak memandangnya lebih sebagai seorang pelayan dari kediamannnya.

Meski tidak percaya pada wanita cantik, tapi menurut Gu Hongli penampilan  tetaplah penting dan memberikan kesan tersendiri.

Gu Hongli hanya ingin membuat citranya sebagai majikan baik dimata pelayan lainnya serta menjalankan  amanah dari mendiang ibunya, agar menjadi pemimpin yang baik, adil, dan penuh welas asih.

Hanya itu tidak lebih.

Alasan mengapa Gu Hongli memberikan Sang Sang obat untuk menghilangkan hawa dingin ditubuhnya, karena ingin mengetes apakah racikan obat terbarunya efektif atau tidak bukan sengaja memberikannya obat atau begitu perhatian kepadanya seperti yang dipikirkan oleh Qin Chuan dan para calon pengantin lainnya.

Gu Hongli tidak sebaik itu, dirinya termasuk orang yang licik, suka memanfaatkan orang lain demi tujuannya apalagi itu demi Gu Fengyi, apapun akan dilakukan.

Termasuk dalam hal memilih calon pengantin, ia akan bertanya kepada kakak laki-lakinya terlebih dahulu, gadis dari keluarga mana yang pantas untuknya dan bisa membawa ke untungan di masa depan baginya mupun kakak laki-lakinya. Masalah cinta atau sejenisnya, Gu Hongli termasuk orang yang tidak percaya akan cinta apalagi cinta pada pandangan pertama.

Cinta hanyalah omong kosong baginya.

.

.

.

.

.

.

.

Diam-diam selain pelayan ternyata para nona muda yang merupakan calon pengantin Gu Hongli ikut membicarakan tentang Sang Sang di belakang.

Siapa yang menduga sekelas para wanita bangsawan seperti mereka ternyata memiliki hobi bergosip, membicarakan orang lain. Para nona muda itu merasa kalau gadis pelayan bernama Sang Sang dinilai lancang sekaligus tidak tahu malu karena menuduhnya telah menggoda Gu Hongli. Ditambah dengan cerita dari Qin Chuan di balai pengobatan, layaknya menyiramkan minyak ke dalam api, hati para nona muda dipenuhi amarah membara terutama Ling Fei yang menaruh benci mendalam terhadap Sang Sang.

"Pelayan rendahan itu harus diberi pelajaran agar tahu posisi dan derajatnya yang jauh dibawah kita semua," ucap Ling Fei dengan amarah membara di dada.

"Anda benar sekali, Nona Ling Fei. Pelayan sepertinya beraninya bersaing dengan orang sehebat Anda," timpal Qin Chuan memprovokasi.

Qin Chuan tersenyum senang di balik kemarahan Ling Fei, merasa senang karena berhasil memanas-manasi Ling Fei.

Diantara ke lima nona muda yang tinggal di paviliun Bunga, status Ling Fei lebih tinggi.

Terlahir dari keluarga bangsawan kelas atas, dan menjadi satu-satunya anak perempuan dikeluarganya membuat Ling Fei begitu disayang sekaligus manjakan oleh keluarganya. Orang tuanya juga selalu menuruti permintaannya dan memberikan apapun yang di inginkannya, begitupula dengan ke dua kakak laki-lakinya yang lain. Tidak heran jika Ling Fei tumbuh menjadi gadis sombong, angkuh, memiliki harga diri tinggi, dan selalu melakukan segala cara demi bisa mendapatkan apa yang di inginkan dan akan menghancurkan siapapun yang menghalangi jalannya.

Ling Fei sudah jatuh hati dengan Gu Hongli meski belum bertemu secara langsung.

Hanya melihat lukisan wajah Gu Hongli sudah membuat Ling Fei jatuh hati karena parasanya yang begitu menawan dan tampan.

Dimata Ling Fei, sosok Gu Hongli adalah pria idamannya, dan wanita yang pantas menjadi pendampingnya hanyalah dirinya karena baik itu penampilan, kemampuan, sekaligus status, hanya dirinya saja yang pantas dan cocok.

Tidak ada wanita lain.

Bersambung