webnovel

unSpoken

Hanny_One · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
42 Chs

BAB 9 : Pertemuan KeDua

Liana berjalan masuk dengan tergesa-gesa. ia setengah berlari menuju lift yang hampir tertutup. ia hampir terlambat masuk kantor hari ini,karna kesiangan bangun. setelah selama ini baru hari ini dia bangun kesiangan. sepertinya akhir-akhir ini tubuhnya kurang fit. ia sempat demam tadi malam.

hari ini tepat satu Minggu setelah kejadian itu. ia tidak pernah bertemu Marcel dikantor. sepertinya dia memang tidak kekantor sama sekali Minggu ini. karna dia sedang pergi keluar negeri.

tapi ternyata tidak terkejar juga. saat Liana sampai lift itu sudah tertutup. ia membuang nafas kasar. ia menuju ketangga darurat,ia memutuskan untuk menaiki tangga.

'kenapa harus terjadi hari ini' keluhnya pada diri sendiri.

hari ini adalah hari presentasi proyek yang ditangani oleh nya. proposal ada ditangan nya. jika ia terlambat sampai diruang meeting habislah segala usahanya satu bulan terakhir ini. saat ia sampai 4 sosok berjalan didepannya.

'untung saja aku tidak terlambat terlalu lama. ternyata aku masih bisa menyusul mereka' batin nya

saat 3 orang lelaki dan 1 wanita itu masuk ruang meeting semua berdiri menyambut kedatangan mereka.

"mana Liana?" Tiara menyenggol lengan Dea

dea mengangkat bahunya.

"habis kita jika dia terlambat" Vera berbisik.

tiba-tiba dari arah pintu Liana datang. membungkukkan badan. meminta maaf atas keterlambatannya.

lelaki yang duduk di bangku bagian depan tampak terkesima melihat Liana. ia menyunggingkan senyum misterius sambil menatapnya.

"ternyata benar dia saat didepan lift tadi,ku pikir aku berhalusinasi" gumamnya.

ia terus memandangi liana dengan lekat,sambil memainkan pulpen di tanggan nya. ia memperhatikan nya dari atas sampai bawah.

"untung kau datang" Tiara bersyukur

"kau membuat kami khawatir" lanjut Vena

Dea menarik tanggan nya menyuruh duduk,lalu ia meluknya. "syukurlah" ia berbisik.

"maafkan aku" ucap Liana dengan isyarat tangan

Marcel yang melihat hal itu menunjukkan ekspresi terkejut. ia membenarkan duduknya. memperhatikan kembali Liana dengan lebih teliti. ia sungguh merasa aneh.

"kamu kenapa terlambat sih" ucap Tiara

"maaf,aku bangun kesiangan" Liana (dengan isyarat)

melihat hal itu lagi Marcel binggung ada apa sebenarnya dengan Liana,'bukankah dia bisa berbicara normal saat dengan ku'. pikir Marcel. 'ada pa sebenarnya ini'.

pak Irawan memulai acara, "hus hus,acaranya sudah mulai" Deva melerai segala pembicaraan mereka. pak Irawan mulai dengan sambutan .saat ia menyebutkan nama 'Marcello Ardian Ardaninatta' Liana menebalkan pendengaran nya. perhatian nya teralih mengikuti arah pandangan mata pak Irawan. benar saja diujung pandangan itu duduk orang yang tidak inggin ditemuinya lagi. mata nya melebar memastikan penglihatan nya. ia mengerjap kan mata nya beberapa kali. 'benar dia ternyata' Liana membatin.

tubuhnya mulai gemetar dan berpeluh dingin. 'aku akan presentasi didepannya.semoga dia lupa aku tuhan.' mohon Liana sambil memejamkan mata nya.

"Liana,Liana,Liana ayo" Deva berusaha menyadarkan Liana dari lamunannya. Liana membuka matanya. memandang Deva. ia menoleh pada Marcel sebelum berdiri,mata mereka bertemu. Marcel memberinya tatapan tajam. dengan ekspresi wajah datar.

. . .

liana terhuyung keluar dari ruangan presentasi. ia sungguh merasakan tekanan yang luar biasa dari tatapan mata Marcel. tatapan nya selama acara berlangsung tidak lepas dari Liana. ia begitu lekat memandang nya. sampai-sampai karyawan yang lain nampak binggung. sebelum pergi beberapa menit yang lalu pun dia menyuruh Liana menemui nya diruang kerjanya setelah istirahat makan siang. dia mengatakan kan nya tanpa peduli tanggapan para karyawan yang ada disana menyaksikan semua itu.

"kau tidak apa-apa?" tanya Dea khawatir

Liana mengangguk lemah.

"kau yakin?" Dea kembali bertanya

"kamu kenal dengan pak Marcel?" Tiara bertanya

Liana terkejut,sontak menggeleng

"tapi kenapa dia menatap mu seperti itu,aneh." Tiara nampak berpikir. "kamu memang tidak mengenalnya secara pribadi kan?" tiara memastikan

Liana menggeleng sambil menyilang kan kedua tangan nya.

"aku rasa dia terkesima dengan konsep yang dibuat Liana. dia juga mengagumi wajah cantik nan alami milik Liana. aku rasa dia menaruh hati dan tertarik pada adik kecil kita ini" Tiara menggoda. "akan ada calon nyonya baru tuan Ardian" tambahnya

karna memang baru kali ini mereka melihat Marcel sang pemilik perusahaan memandang seorang wanita dengan begitu lekatnya. dia tidak malu memperlihatkan ketertarikan nya pada Liana.

"sudah-sudah biarkan itu jadi berlalu. yang penting sekarang kita makan. kita rayakan keberhasilan Liana dan Deva karna mendapatkan proyek besar ini." ucap Dea Ananda.

"ayo kita makan-makan enak siang ini. aku yang traktir" ucap Deva

"ayoooo...." ucap Tiara lestari dengan semangat

. . .

Liana berjalan menuju ruangan Marcel Chandrawinata. tangan nya basah karna peluh dingin.jantung nya terasa hampir meledak saking kencangnya berdetak.

"Liana ya, silahkan masuk pak Marcel sudah menunggu" ucap seorang wanita menyambut liana.

Liana meangguk sambil tersenyum tipis. menutupi rasa gugupnya.

"pak Marcel,Liana Anggraini sudah disini"

"silahkan dia masuk"

"baik"

wanita itu memberi kode Liana agar dia segera masuk.

Liana menghapus keringat dingin pada dahinya. ia menarik nafas rakus,dan mengeluarkan nya dengan kasar. ia melangkahkan kakinya yang terasa berat masuki ruangan Marcel.

aroma maskulin tersebar diruang itu, menggelitik Indra penciuman. ruangan itu cukup lebar dengan nuansa monokrom. ada beberapa tanaman yang menjadi pajangan disudut ruangan.

seorang lelaki menghadap jendela, memandangi jejeran bagunan diluar sana. Liana tertunduk diam,tidak berani meangkat kepala nya.

"kamu bekerja disini? diperusahaan ku?" tanya Marcel santai dengan tubuh masih membelakangi Liana.

"kenapa tidak menjawab?" Marcel memutar tubuhnya memandang Liana yang membisu. "disini hanya ada kita,tidak ada orang lain. apakah kau masih tidak ingin menggeluarkan suara mu?" Marcel berjalan mendekat. Liana masih tidak bergeming dari tempat nya. ia masih tertunduk seakan-akan ada sebuah batu menindih kepalanya.

"Liana Anggraini" Marcel menlafalkan nama nya dengan lembut.

"nama mu indah" Marcel menyentuh dagu Liana dengan jarinya. Liana sontak terkejut. tapi ia masih membatu. diam seribu bahasa.

"tatap aku Liana" perintah Marcel mengangkat wajah Liana.

"tatap aku" Marcel menekan suaranya.

Liana menatap kedua mata biru itu. wajah lelaki dihadapannya sungguh mempesona.

"aku tidak bisa pura-pura tidak mengenali mu. karna kejadian malam itu sungguh tidak bisa ku lupa kan." Marcel berkata lirih

"apakah kau bisa melupakannya Liana?" tanya Marcel sambil melangkah maju semakin mendekati Liana. Liana menjauh, melangkah mundur.

Duk

punggung Liana membentur pintu. Marcel menyudutkan Liana,kedua tangan nya berada disamping kepal liana. ia memajukan wajahnya,Liana sontak memejamkan mata. Marcel tersenyum.

"lagi-lagi kau memejamkan mata Liana. sebenarnya apa yang kau pikirkan?" Marcel berbisik di telinga liana mengodanya. aroma parfum Liana tercium,Marcel menghirupnya dalam. membangunkan gairah nya.

Liana sontak membuka mata dan mendorong Marcel menjauh. tapi tangan nya ditangkap Marcel. ditariknya Liana masuk pada pelukan nya. tubuh mungil itu terasa pas pada lingkar tangan nya.

Liana berusaha berontak,tapi kekuatannya tidak sebanding. Marcel mempererat pelukannya pada Liana.

"aku rindu" bisik Marcel kembali. ia mengigit lembut telinga liana.

wajah Liana memerah,bersemu malu. ia merasakan Marcel mengecup kepalanya. dagunya berada diatas kepala Liana.

"kau wangi" ucap Marcel sambil menghirup aroma rambut Liana.

"lepaskan" ucap Liana.

"akhirnya kau buka suara"

"lepaskan" ucap Liana lagi sambil menggeliat dalam pelukan Marcel

"sebentar lagi"

"aku mohon lepaskan,aku tidak bisa bernafas"

menyadari pelukannya terlalu erat Marcel melepaskan Liana. memandang wajahnya memerah. Marcel tersenyum lebar. 'manisnya' batin marcel. ia menarik tanggan Liana mendudukkan nya disofa. Liana tampak pasrah,ia tahu bahwa melawan pun percuma.

Marcel mencium bibir Liana. Liana mendorong tubuh marcel menjauh.

"apa yang bapak lakukan"

"mencium mu" jawab Marcel singkat. ia menyambar bibir itu lagi.

"mmm" Liana masih berontak,tangan nya kini ditahan oleh Marcel dengan erat.

Marcel menggigit bibir bawahnya,Liana mengernyitkan dahi menahan sakit. Marcel makin melumat bibir Liana yang tidak membalas ciumannya. ia mengisap bibir bawah dan atas Liana bergantian meminta menuntut balasan kecupannya.

Liana mulai menyeimbangkan ciuman marcel,ia mengecup dengan canggung. Marcel tersenyum disela ciumannya merasakan resfon Liana.