webnovel

unSpoken

Hanny_One · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
42 Chs

BAB 7: Masalah Yang Tidak Selesai Dengan Mudah

Didalam kamar mandi liana menguyur tubuhnya dengan air dingin. Air itu terasa menyegarkan. Ia berdiri disana untuk beberapa menit. Membiarkan air mengalir membasahi setiap jengkal tubuhnya. air matanya kembali keluar. Ia meratapi dirinya. Dan berdo'a semoga ini berakhir hanya sampai disini. Ia menyadari tadi malam tidak ada pengaman saat mereka melakukannya. Ia takut. Tapi ia membulatkan tekad,bahwa apa pun yang terjadi dia harus kuat. Ia bisa bertahan sendiri. Ia tidak ingin mengambil uang dan cek itu bukan berarti ia tidak perlu,tapi harga dirinya lebih tinggi lebih dari apa pun. Ia hanya berharappermintaan maaf yang tulus. Karna ia menyadari ini bukan sepenuhnya kesalah Marcelo.

Marcelo duduk diatas kasur menunggu liana keluar. Ia melirik jam tangannya. 'hampir 30 menit sudah dia didalam sana' pikirnya. 'dia tidak macam-macam kan disana. Tidak mungkin dia bunuh diri kan?' ia gusar karna meingat ekspresi liana saat tahu kesucian nya telah tiada. Ia mengelengkan kepala lalu berdiri menuju kamar mandi. Suara ketokan dari luar menahannya. Ia membalikkan badan

"masuk!"ucapnya

Pak handoko sekertarisnya ternyata yang datang. Dengan membawa koper berisi uang yang diminta marcelo. Ia sudah menemani marcelo dari umur 19 tahun. Diawal-awal marcel memegang perusahaan ayahnya. Dulunya pak handoko adalah orang kepercayaan almarhum ayahnya. Dia orang kepercayaan ayahnya. Ia juga sudah mengenal marcel dari ia kecil. Ia melihat pertumbuhan dan perkembangan marcel dan adiknya.

Ia mengurus segala keperluannya. Ia orang yang selalu berada disampingnya. Bahkan tadi malam ia tidak pulang kerumah karena tuannya menginap dihotel ini. Ia takut terjadi apa-apa atau ia memerlukan sesuatu darinya maka ia memesan kamar bersebelahan dengan nya. Apalagi melihat betapa parah tuan nya minum tadi malam. Membuatnya geleng kepala.

"tuan" ucapnya sambil membungkukkan badan memberi hormat.

"bapak bawa yang ku minta?"

"saya sudah siapkan" jawab pak handoko menyerahkan kopernya.

"tadi malam bapak dimana?"

"saya dikamar sebelah tuan" jawab pak handoko

"setelah mengantar ku tadi malam bapak langsung masuk kamar?" marcel mengintrogasi

"tidak tuan,saya kembali kebawah untuk membereskan beberapa hal. Saya masuk kekamar sekitar jam 23.00"

"oooh, pantas"

"apakah anda memangil saya saat itu?" pak handoko bertanya balik

"tidak. Aku hanya bertanya"

"apakah tuan radit memasukkan seorang wanita lagi kekamar tuan? Apakah uang ini untuk kompensasi karna tuan…" ia menjeda kata-katanya. Marcel berpaling menatap pak handoko

"tuan melakukannya?" ia melanjutkan tebakkan nya saat melihat ekspresi tuan nya

"ia,kau benar" marcel menjawab sambil mengaruk belakang kepala nya yang tidak gatal. Wajah nya agak memerah karna malu mengakui kesalahannya.

"HAH!, bagaimana mungkin kali ini tuan tergoda? Setelah 5 tahun ini dengan puluhan wanita yang ia kirim hampir setiap 1 bulan sekali secara rutin dan tidak ada 1 pun yang mampu mengoda tuan nya. Tapi kali ini" pak handoko Nampak syok

"secantik dan se sexsi apa wanita kali ini?" tanyanya gamblang pada majikannya

"entah lah,dia hanya berbeda" jawab marcel sambil menutup mulutnya,menyembunyikan rasa malunya pada sosok pak handoko

"apa kah dia sedang mandi?" tanya pak handoko sambil memandang kamar mandi dikamar tuan nya.

"Ia.." jawab marcel

"saya inggin melihatnya" pak handoko mengeluarkan ekspresi penasaran

Pembicaraan mereka begitu hangat dan terbuka buka seperti majikan dan pelayan nya. Mungkin karna selama ini marcel meanggap pak handoko bukan hanya sekedar orang yang bekerja padanya. Tapi ia meanggap nya lebih seperti pengganti ayahnya. Orang yang begitu peduli padanya. Orang yang melindungi nya.

"jangan,lain kali saja." Ucap marcel

"tapi…" belum sempat pak handoko menghabiskan kata-katanya ia sudah didorong keluar oleh marcel.

"lain kali oke"

"tapi tuan…"

"sudah sudah,pergi.

"tuan"

"lain kali pak" marcel menutup pintu kamar nya.

Didalm kamar mandi liana berdiri menatap wajah dan tubuhnya dikaca. Ia mendapati biru kehitaman pada leher,dada, perut dan pahanya. Tanda kecupan tadi malam begitu banyak. Ia terpaku melihat semua itu.

'ini sunggup memalukan' pikirnya

'bagaimana aku bisa keluar seperti ini' ia tertunduk.

'dia sudah melihat dan menyentuh setiap bagian tubuh ku,bagaimana bisa aku berhadapan dan bertatapan dengan nya' liana mengoceh sambil membalut tubuhnya dengan handuk

'aku benar-benar malu. Apa yang dia pikirkan setelah ini tentang aku? Bagaimana saat besok kami tiba-tiba berpapasan dikantor? Apa aku masih bisa bertahan dan bekerja diperusahaan itu setelah semua ini?'

Marcello Adrian Ardadinata,ia adalah pemilik perusahaan tempat liana bekerja. Perusahaan itu terkenal ramah dengan orang-orang disabilitas. Mereka tidak takut menerima karyawan dengan keterbatasan fisik. Asal ia mampu dan berkualitas. Mereka menyediakan fasilitas untuk karyawan-karyawati mereka dengan keterbatasan.

'bodoh.. bodoh.. kamu bodoh liana.' ia memukul-mukul kepalanya prustasi.

Tiba-tiba tangan nya terasa berat,sebuah tangan menggenggamnya. Ia mengadahkan kepala memandang orang yang mencegah tangan nya. Telah berdiri disana marcelo dengan baju kaos putih dan celana pendek berwarna grey. Mata biru nya menatap liana.

'kapan dia masuk' pikir liana

"apa yang kau lakukan?"

Liana berusaha melepaskan cengkeraman nya. Tapi ia malah ditarik kearah marcel,kepala nya membentur dada bidang marcel.

"berhenti menyakiti dirimu sendiri. Jika kau marah kepada ku karna kejadian tadi malam sebaiknya kau pukul aku saja. Limpahkan semua kemarahan mu padaku"

Liana masih berusaha melepaskan tangannya,ia berusa mendorong tubuh marcel menjauh dengan tangan satu nya. Marcel menangkap tangan itu juga. Ia menggenggamnya kedua tangan mungil itu dengan erat.

"lepaskan" ucap liana "lepaskan,sakit" lirih liana merasakan tangan nya dicengkram dengan kuat. "sakit…" wajahnya mengadah dengan ekspresi mengaduh,matanya berair hampir menanggis menahan sakit pada pergelangan tanggannya.

Marcel melepaskan tangan liana. Kedua tangan mungil itu tampak memerah pada pergelangannya. Kulit liana yang putih membuat warna itu sungguh Nampak.

"maafkan aku" ucap marcel menyesal

Tiba-tiba ia menggangkat tubuh liana. Membawanya keluar dari kamar mandi. Liana tertegun merasakan tubuhnya digendong tiba-tiba. Ia berusaha mencerna apa yang terjadi barusan. Ia mengerjapkan mata nya beberapa kali.

"apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" liana berontak

Melihat marcel tidak mengindahkan kata-katanya. Liana memukul-mukul dadanya marcel. Marcel terus berjalan menuju kasur. Lalu mendudukkan liana diatasnya. Ia berjongkok disampingnya. Memasangkan sandal pada kakinya.

"kau lupa memakai alas kaki,aku takut kau terjatuh jika kau keluar dari kamar mandi dengan kaki basah seperti ini."

Marcel berdiri,ia memandang liana sebentar lalu pergi meninggalkannya sendiri. Liana terpaku menyaksikan sikap dan prilaku marcel kepadanya.

Marcel terduduk besender pada pintu kamar,wajah nya merah. Satu tangan nya menutupi mulutnya. ia malu melihat begitu banyak tanda biru kehitaman pada leher dan beberapa lain pada kakinya. Ia teringat kejadian tadi malam yang sangat panas.