webnovel

unSpoken

Hanny_One · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
42 Chs

BAB 40: Tiba-tiba Menjauh

Marcello pulang. Baru saja tiba sebelum matahari terbenam diupuk barat. Bukan nya pergi kerumah untuk beristirahat,dia malah meminta reza mengantar nya ke rumah liana. Kerinduan sungguh menyertai hatinya. Dia ingin sekali menatap wajah liana segera. Diperjalanan dia ingin mengubungi liana,memberitahukan kedatangan nya. tapi tiga kali panggilannya tidak diangkat.

'kenapa ya? Mungkin lagi sibuk' pikir marcello.

sedangkan liana yang sedang duduk di bangku antrian hanya memandang ponselnya. Sengaja membiarkan panggilan dari marcello. Sesaat kemudian nama nya dipanggil masuk keruangan praktek dokter kandungan. Liana melangkah dengan gugup. Disini hanya dia seorang yang datang sendiri tanpa ada yang mendampingi.

sesampainya didepan rumah liana,marcel segera mengetuk dengan penuh semangat. Tapi sama sekali tidak ada balasan. Beberapa kali dia mencoba memangil dan mengetok pintu. Hasilnya sama nihil,sama sekali tidak ada jawaban dari dalam. Malahan tetangga liana yang keluar dari rumah disamping nya.

"cari mba liana ya mas?" tanya seorang wanita paruh baya

"iya bu. Kemana ya liana nya?" marcello bertanya sopan

"tadi pergi mas"

"oh pergi ya. Ibu tahu kemana dia pergi?"

"katanya sih tadi ke dokter mas. Kaya nya liana lagi sakit deh,soalnya wajahnya pucat"

"sakit!" marcello Nampak khawatir

"iya mas. Udah beberapa hari ini saya perhatikan liana Nampak lesu mas."

"makasih ya bu,saya permisi" marcello pamit dan masuk ke mobil.

"za,kita pergi ke klinik dokter dekat sini"

"klinik dokter apa? Dokter umum atau bidan" reza bertanya sambil browser mencari info dokter terdekat di wilayah itu.

"dokter umum lah,pertanyaan kamu tu nga guna" marcello sedikit merasa kesal dengan reza.

"yah,siapa tahu liana bukan nya sakit biasa" reza menjawab tanpa maksud.

"ada-ada aja kamu ini" reza memukul pundak reza kesal.

"kali aja cel,permainan pertama eh langsung diberi rezeki" reza melanjutkan pembahasan nya dengan maksud bercanda. Karena melihat marcello yang begitu khawatir.

"udah aa.. cepat jalan" marcello memalingkan wajahnya keluar jendela mobil

diperjalanan marcello tidak memungkiri dia terpikir ucapan reza. Ada sedikit harapan jika itu benar terjadi pasti dia akan sujud syukur. Karena dengan begitu dia akan mendapatkan liana dengan cepat dan mungkin tidak akan penolakan lagi dari liana kembali. Dia juga akan mendapat kan seorang anak tanpa harus menunggu lama. Bukan kah ini keuntungan yang berlipat ganda. Sekali dayung dua pulau terlampaui. Marcello tersenyum menyadari pikiran nya sendiri.

Liana yang berada diruang konsultasi dokter Nampak terkejut,wajahnya mengeras, tangannya diremas dengan kuat. Dia menahan gejolak hatinya yang tidak henti merasa khawatir. Berbeda dengan dokter wanita yang sedang menyampaikan kabar ini dengan wajah yang gembira dan menyelamati liana dengan hangat.

dia mengatakan bahwa usia kandungan liana sudah 4 minggu lebih. Dia mengatakan janin nya sehat. Dia memberitahu liana makanan-makanan yang bagus dan baik untuk janin nya. dia juga memberi rese

p vitamin untuk nya. dia juga menjadwalkan waktu temu untuk konsultasi selanjutnya untuk liana. Dia juga menyarankan kali selanjutnya sebaiknya liana datang bersama pasangan nya.

. . .

marcello duduk dipingir kasurnya dengan kalender kecil ditangan nya. disana penuh dengan tanda merah,dan hanya tertinggal 4 hari sebelum tangal yang telah dilingkari. Marcello mengacak rambutnya prustasi. Karena dari semenjak minggu liana terus menghindarinya. Bahkan sekarang ponselnya tidak bisa dihubungi, sepertinya liana memblok nya. dia sungguh tidak menghiraukan pangilan dan pesan dari marcello. Bahkan saat dikantor pun liana terus bersembunyi dari nya. saat kebetulan bertemu pun dia akan pura-pura tidak melihat. Saat ditegur pun dia akan acuh dan berpaling muka.

marcelo sunguh tidak mengerti dengan sikap nya. dia tidak tahu apa salahnya sampai liana berlaku sedemikian kepada dirinya. Ini benar-benar terasa menyebalkan dan menjengkelkan untuk marcello. Dia sudah berusaha dengan segala cara untuk mendekatinya bertanya ada apa. Tapi sedikit pun tidak digubris.

parahnya kemaren sore marcello melihat liana berlari dengan senyum merekah kearah seorang laki-laki muda, dia menghambur kedalam elukan laki-laki itu dan pulang bersama nya dengan motor. Bukan kah itu benar-benar mematahkan hati nya. dia merasa marah sampai serasa kepalanya akan pecah karena menahan emosi ini. bahkan hampir semalaman dia tidak bisa memejamkan mata. Dia merasa kacau saat ini.

"ah…" marcello berteriak sambil melempar keras kalender kecil ditangannya.

"semudah ini kah kamu menyingkirkan ku? kau benar-benar berhasil membuat ku kacau liana." Marcello mengacak rambutnya kembali.

" Wanita diluar sana berbondong-bondong datang merayu dan mengoda ku. tapi kamu… kamu benar-benar sesuatu." Marcello meracau sendiri,tangannya tidak henti meremas dan memukul bantal di dekatnya.

"ah…" marcello berteriak dengan keras,

reza yang berada diluar kamar,terpaku membatu karena terkejut. Dia menggeleng takut kebelakang,kearah marsha. Marsha mengerakkan tangan nya menyuruh reza melanjutkan untuk masuk kedalam. Reza memelas agar tidak jadi masuk kesana. Marsha mendorong tubuh reza.

"jangan kirim aku kekandang singa" ucap reza lirih

marsha mengepalkan tangan nya,menyemangati reza. Reza pasrah dan membuka pintu. Saat masuk kamar itu berantakan dengan kertas berhamburan,bantal yang berserakan dilantai,dan beberapa perabotan yang pecah juga ada buku-buku dan juga baju disitu sini. Reza menelan ludahnya kasar.

"cel," tegur reza pada laki-laki yang terlentang dilantai dengan wajah ditutup bantal.

"cel" reza menaikan nada nya,karena marcello tidak merespon.

"mmm.." marcello menjawab dengan malas

"aku sudah dapat info tentang laki-laki itu"

"siapa dia" marcello tiba-tiba duduk

"dia adiknya Alvin,nama nya reyhan" reza menyampaikan dengan ragu.

"huh…,abang nya udah sekarang aku harus bersaing dengan adiknya lagi" keluh marcello

"minggu kemaren,bertepatan dengan saat kita pergi keluar kota si reyan ini nginap dirumah liana." Reza menyampaikan dengan suara kecil.

"ah…" lagi-lagi marcello berteriak ,melempar buku kearah reza. Untung reza tanggap dan bisa menangkap lemparan keras itu.

"siapkan mobil,aku akan pergi 15 menit lagi." Perintah marcello. Wajahnya benar-benar menakutkan.

. . .

Siang itu suasana kantor sedang tenang dan santai. Suasana sungguh sedang cerah,beberapa karyawan terlihat sedang berbincang-bincang. Liana pun sama,dia sedang menikmati secangkir teh didepan komputernya,dengan tiara yang terus bercerita disampingnya.

namun tiba-tiba marcello masuk dengan wajah yang tidak mampu digambarkan. Suasana disana tiba-tiba berubah dingin dan mencngkam. Para karyawan yang ada langsung berdiri dan menyapa dengan hangat, beberpa dari segera kembali ketempat nya masing-masing. Mengamankan diri dari amukan sang sultan.

marcello memandang wajah liana yang berpaling. Dia mengepalkan tangan menahan emosi yang hampir meledak. Berjalan dengan cepat kearah liana. Digebraknya meja liana dengan keras,semua orang Nampak terkejut begitu pun liana. Dia terlihat terlonjak dari tempat duduknya. Mata mereka bertemu,marcello memandang nya tajam.

"kamu berani memblok ku, dan sengaja menghindari ku?" tanya marcello dengan tajam,nada nya lembut tapi menusuk.

liana memalingkan muka,mengacuhkan nya.

marcello merapatkan gigi nya,menahan amarah karena perlakuan liana.

"liana!" bentak nya,sambil menarik kursi liana mengarahkan nya kehadapan nya.

liana menatapnya dengan tajam,merasa marah dengan perlakuan kasar marcello

"marah? Kamu marah sayang?" marcello mendekatkan wajahnya sampai hanya tertinggal sejengkal jarak diantara bibir mereka.

"aku lebih marah liana,kamu memperlakukan ku sesuka hati mu. Kamu mengikat hati ku, menarik ku mendekat lalu memtuskan tali nya tanpa peringatan. Kamu mebiarkan ku terombang ambing entah kemana." pernyataan Marcello mengiring opini para karyawan,mereka terdengar mulai berbisik menerka apa yang terjadi.

"Kamu membuatku gila liana" marcello berbicara lirih pada telingan liana.

orang-orang disana Nampak terkejut melihat percintaan bos mereka dengan liana. Sebenarnya gosip diantara mereka memang sudah menyebar. Tapi tidak ada yang tahu ternyata itu benar,dan disini bos mereka yang dingin inilah yang mengejar dan tergila-gila pada liana. Dan paling yang membuat mereka lebih terkejut adalah liana yang dengan mudah nya memalingkan muka dan acuh terhadap bos ganteng ini. membuat hati setiap wanita meruntuk kearahnya. Karena betapa dia beruntung digilai oleh seorang marcello yang menjadi impian setiap karyawan wanita disini,yang menaruh hati pada duda ganteng itu.

"liana,katakana apa salah ku. jangan diam begini. Ini benar-benar membuat ku binggung. Jika ada salah paham diantara kita ayo selesai kan dengan baik-baik. tapi jangan marah dengan cara seperti ini." marcello mencoba bernegosiasi dengan liana

"tidak ada yang harus dibicarakan" isyarat tangan. liana mendorong marcello menjauh

"liana.." marcello mengengam tangan liana dengan erat. Liana meringis karena merasa sakit.

"baiklah jika kamu tidak bisa dengan cara lembut,kita akan bermain kasar kali ini" marcello menarik liana,membawanya keluar dengan kasar.

marcello mengendong liana karena dia terus memberontak tidak ingin mengikuti arah langkah marcel. liana dihempas masuk kedalam mobil. Para karyawan yang melihat hanya bisa terdiam tidak berani menegur dan menolong liana yang dibawa secara paksa. Bahkan reza dan pak handoko tidak berani bicara,karena melihat wajah marcello yang begitu menakutkan.