webnovel

Sengaja Bermain dengan Emosi

Hal yang paling ditunggu oleh Shazia pun akhirnya terlaksana. Setelah bel pulang sekolah berbunyi mereka bertiga langsung pergi ke kantin. Tak ada perbincangan yang penting saat mereka berkumpul. Shazia dan Freya juga tidak membahas masalah yang ada di taman belakang sekolah.

"Guys, aku pamit duluan, ya. Seperti biasa, kalian juga mengerti, 'kan?" ujar Harshad seraya menghabiskan ice kopinya.

"Hati-hati di jalan ya, Shad," ujar Shazia dengan wajah yang masih sumringah.

Setelah Harshad berlalu, Freya langsung menanyakan apa yang membuat kepalanya sakit.

"Jadi, apa yang kalian bicarakan di sana?" tanya Freya dengan wajah yang sudah serius menatap kedua mata Shazia.

Shazia juga tidak mau terpancing emosi. Sebisa mungkin ia menutupi rasa bencinya itu kepada Freya. Tetapi, Freya malah yang terpancing emosi ketika Shazia menjelaskan apa yang mereka bahas di taman belakang sekolah.

"Kami hanya membahas tentang cita-cita kami dan—" Shazia sengaja memberhentikan perkataannya. "Hm, tunggu sebentar ya, Fre. Aku mau memesan makanan dulu. Kamu tidak memesan makanan?" tawar Shazia sengaja membuat emosi Freya semakin terguncang.

"Tidak! Aku tidak mau makan. Lanjutkan saja pembahasanya," ujar Freya seraya menyilangkan tanganya di atas meja makan.

"Wait, kamu kenapa serius sekali? Ayolah, Fre! Jangan terlalu tegang seperti itu." Shazia berusaha mengukur waktu.

Setelah selesai memesan makanan Shazia kembali melanjutkan pembicaraannya. "Kamu yakin tidak mau makan?" tanya Shazia sekali lagi. Batin Shazia pun langsung berkata, "hahaha, aku sangat senang melihat wajah kesal mu itu, Fre. Ternyata, semudah ini membuatmu merasa tertekan." 

"Jadi, setelah kalian membicarakan tentang itu. Apalagi yang kalian bahas?" Freya sudah tidak tahan menahan emosinya.

"Sudah tidak ada lagi," jawab Shazia dengan santai.

"Tapi, dan. Dan apa?" Freya malah membahas perkataan Shazia yang terpotong tadi.

"Dan tiba-tiba kamu berteriak dari ujung lorong sekolah. Ya, pembahasan kami jadi terhenti sampai disana. Tapi, kenapa kamu sampai merasa penasaran seperti ini kepada diriku?" Shazia malah melayangkan sebuah pertanyaan yang membuat Freya merasa tersudutkan. "Apakah kalian diam-diam berpacaran di belakangku?" Shazia sudah menaikkan sebelah alisnya.

Freya spontan tertawa mendengar perkataan Shazia. Hal itu juga dia lakukan untuk mengelabui Shazia. "Aku pacaran dengan Harshad? Hahaha, kamu ini berbicara apa? Itu pertanyaan seperti apa?" Freya berusaha meyakinkan Shazia.

"Hahaha, benar juga, ya. Kalian tidak mungkin berpacaran. Secara fisik aku juga yang lebih cantik dari dirimu yakan!" Shazia malah membuat sebuah pernyataan yang membuat Freya semakin kesal.

Wajah Freya langsung berubah seketika. hatinya merasa terusik setelah mendengar pernyataan dari Shazia. Namun, ia berusaha untuk tetap terlihat tenang melihat wajah Shazia. 

"Hei, Fee. Jangan terlalu serius seperti itu. Aku hanya bercanda. Kamu sekarang sepertinya lebih sensitif, ya. Why? Ada masalah?" Shazia berusaha mencairkan suasana tegang.

"Seperti biasa. Kamu juga tahu masalah wanita apa, 'kan?" jawab Freya juga tidak mau tersulut emosi terus menerus.

"Ya sudah, kalau begitu aku makan dulu. Kamu tidak mau mencobanya?" tawar Shazia seraya memberikan sesendok makanan yang sudah ia pesan.

Freya pun memajukan wajahnya dan memakan makanan yang ditawarkan oleh Shazia. Ia melakukan itu untuk menghargai tawaran dari Shazia. Shazia hanya tersenyum setelah melihat Freya. Padahal, di dalam hati Shazia sudah sangat menggerutu kesal melihat Freya. 

"Entah sampai berapa lama aku bersandiwara di depan wanita ini! Rasanya, aku ingin sekali mencekik lehernya itu," pikir Shazia setelah melihat senyuman Freya.

****

"Huft hari yang sangat melelahkan! Lelah sekali bersandiwara menjadi orang baik seperti ini. Entah sampai kapan aku harus seperti ini," ucap Shazia setelah sampai di dalam kamarnya. 

Shazia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tiba-tiba ia tak sengaja melihat postingan Freya di media sosial. Freya membuat swafoto tentang persahabatan mereka bertiga. Shazia hanya tersenyum sinis melihat postingan tersebut.

"Seperti anak kecil saja. Sesuatu hal yang baik atau apapun itu. Kamu tidak perlu mempostingnya di media sosial. Aku sangat membenci orang-orang seperti ini." Shazia langsung mematikan ponselnya.

Shazia langsung menutup kedua matanya. Setelah beberapa jam beristirahat. Akhirnya, Shazia menemukan titik ketenangan yang selama ini ia inginkan. setelah terbangun dari tidurnya. Shazia langsung turun ke bawah tanpa mengganti seragam sekolahnya. Tentu saja Angela marah setelah melihat Shazia yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Zia, kenapa kamu masih mengenakan seragam sekolah?" tanya Angela yang berhenti melangkah.

"Eh iya, Ma. Tadi, Zia ketiduran. Hahaha, Zia lapar sekali. Mau makan dulu habis itu baru Zia ganti baju." Shazia sengaja memegangi perutnya yang sudah sangat keroncongan.

"Ya sudah, habis itu kamu langsung bersiap-siap ya, Nak. Akan ada pertemuan keluarga di hotel milik keluarga Harshad. Kamu harus berpenampilan yang cantik." Angela langsung tersenyum dan berlalu dari hadapan Shazia.

"Wah, ini kesempatan yang bagus untuk menarik simpati semua orang," gerutu Shazia seraya melihat Angela yang sedang menaiki tangga.

Shazia pun langsung bergegas pergi ke ruangan makan dan sedikit mengisi perutnya yang sudah sangat keroncongan. Setelah itu Shazia langsung bersiap-siap untuk pergi ke acara pertemuan besar itu. Shazia pun memilih gaun berwarna peach. Warna itu semakin membuat kulit Shazia terlihat sangat menawan.

"Oke, semuanya sudah terlihat sangat sempurna. Sekarang aku hanya tinggal memakai lipstik berwarna senada agar membuat penampilan semakin sempurna." Shazia langsung memakai lipstik berwarna peach.

Setelah selesai, Shazia langsung turun. Di ruang tamu sudah ada Adam dan Angela yang sudah menunggu kehadiran Shazia. Angel juga sangat terkagum melihat kecantikan Shazia. Adam pun juga begitu. 

"Semuanya sudah bersiap, ayo kita masuk ke dalam mobil. Eh, Bryan dimana, Ma?" tanya Adam karena tidak melihat kehadiran Bryan.

"Bryan akan menyusul ke sana, Pa. Masih ada pekerjaan yang harus ia kerjakan di kantornya," jelas Angela.

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pergi sekarang." 

Di sepanjang perjalanan Shazia masih merasa gugup. Ini pertama kalinya bisa diajak ke pertemuan penting. Shazia pun berusaha untuk merilekskan tubuhnya. Namun, Shazia tidak sengaja melihat postingan Freya.

"Apa? Freya juga ada disana? Tapi, kok bisa?" pikir Shazia merasa terperangah.

Setelah sampai di hotel, Keluarga Shazia langsung disambut meriah oleh semua para tamu undangan. Shazia semakin merasa gugup karena semua tamu sedang berbisik tentang keluarga mereka. Ternyata, semua tamu undangan merasa kagum melihat kecantikan Shazia. Shazia hanya tersenyum melihat semua orang.

"Aku paling malas kalau berjalan di red carpet seperti ini. Semua orang menatapku seperti ingin menerkamku." Shazia menggerutu di dalam hatinya.

Setelah selesai berfoto keluarga. Shazia langsung memisahkan diri dari keluarganya. Niatnya ingin mencari keberadaan Harshad. Tapi, Shazia malah kesasar ke dalam sebuah ruangan. Shazia juga tidak sengaja melihat papanya Harshad sedang masuk ke dalam ruangan bersama dengan seorang wanita. Tetapi, Shazia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Hm, kenapa aku malah melihat papanya Hashad? Aku ke sini kan mau mencari anaknya. Tapi, Harshad kemana ya?" gerutu Shazia seraya kembali mencari.