webnovel

Prolog: Ombak Menyeret

"Sial, sial."

Seorang laki-laki tampak kepayahan mendayung sampannya di tengah ganasnya ombak laut.

Malam itu angin berembus dengan begitu kencangnya, sampai-sampai terasa menusuk kulit.

Sampan yang dinaikinya terombang-ambing akibat kondisi perairan yang tidak stabil.

Walaupun rasa pegal dan sakit sudah menumpuk di kedua tangannya yang menggenggam erat dayung, ia tak bisa menghentikan apa yang dilakukannya sekarang.

Meskipun kepalanya terasa berkunang-kunang dan mual, seolah dirinya sedang dijatuhkan dari puncak tertinggi di dunia.

Meski dia begitu ingin untuk istirahat. Bahkan untuk sekadar menarik napas pun.

"Perjuanganku sampai begini hanya buat membuktikan cerita pengantar tidur bocah! Brengsek! Mau menyesal pun terlambat sekarang. Sial!" Pria itu meneriakkan umpatan-umpatan kasar dengan suara lantang.

Akan tetapi, dengan anehnya mendadak laut menjadi tenang setelah sumpah serapah yang dilontarkannya. Seolah sang laut mengerti akan emosinya.

Lelaki itu menoleh ke kanan-kiri bergantian, lalu memicingkan mata. Dahinya mengernyit. Dirinya masih tercengang atas fenomena yang baru saja ia alami.

Apalagi dengan pemandangan yang menyapa penglihatannya saat ini — begitu indah, kontras dengan kelamnya malam berbadai.

Belum habis pula keterkejutannya, ia sudah disambut oleh sebuah nyanyian syahdu. Entah dari mana asalnya.

"Hoo, manusia~ Para keturunan Adam dan Hawa, datanglah ke dekapanku, ceritakanlah keluh kesahmu, menangislah di dalam rengkuhanku, tertawalah di rangkulanku, lalu lupakanlah penderitaanmu. Oh manusia, sambutlah pelukanku, rasakanlah Surgaku~"

Nyanyian merdu itu memiliki lirik yang bagaikan doa-doa sekte ajaran sesat.

Mendengar nyanyian itu, hati pria itu memanglah menjadi tenang, seperti lirik lagunya.

Akan tetapi selanjutnya, pandangannya mengabur dan ia tak ingat apapun lagi.