"Hei! Detektif, bisakah kau matikan suara itu?! Itu sangat menganggu pikiranku!" Protes petugas kepolisian yang berbadan besar dan berkepala botak itu.
Vivian kemudian dengan sigap, sesegera mungkin memute laptop tersebut. "Maaf, maaf," sahut Vivian merasa bersalah. Dengan nada sedikit bercanda Vivianpun melontarkan sebuah candaan kepada putagas kepolisian tersebut. "Aku terlalu menikmati lagunya, aku suka lagu itu." Ucap Vivian seraya tersenyum manis kepada petugas itu.
Petugas itupun merasa kesal dengan tingkah Vivian, iapun kemudian pergi meninggalkan ruangan penyidik itu dengan penuh emosi tanpa permisi.
Vivianpun kemudian duduk dikursi itu kembali, ia mencoba menenangkan pikiranya dengan duduk santai dikursi tersebut, seraya memejamkan mata dan mengatur nafasnya secara berkala. "Mohon jangan ganggu aku dulu ya. Aku ingin menangkan pikiranku dulu, dan jangan menegurku sebelum tim pemecah kode tiba, " sahut Vivian sembari memejamkan matanya. Lalu Vivian tiba-tiba membuka matanya kembali, dan menoleh kearah kapten Abi. "Dan satu hal lagi kapten."
Kapten Abipun lalu memotong perkataan Vivian dengan segera. "Apa itu detekti ?" Tanya kapten Abi penasaran.
"Kabari tim forensik prihal bubuk risin ini, dan beritahu mereka untuk memfokuskan pengecekan diruang kerja Pak Gubernur, sebagai mantan tim forensik aku menaruh kecurigaan disana." Ucap Vivian dengan wajah yang begitu meyakinkan.
Dengan tatapan tajam kapten Abipun menganggukan kepalanya. "Baiklah, aku akan menyampaikan pesanmu itu kepada mereka detektif," jawab kapten Abi serius.
Vivian lalu meluruskan kembali pandanganya menatap langit-langit tenda itu, lalu kemudian perlahan ia menutup kembali kedua kelopak matanya itu, dan mulai mengatur napasnya kembali seperti apa yang ia lakukan tadi. Kapten Abipun kemudian bersiap-siap meninggalkan tenda penyidik. "Beristirahatlah detektif, mungkin nanti kita akan sangat membutuhkan pikiranmu nanti" Perintah kapten Abi seraya pergi meninggalkan tenda tersebut. Sedangkan Vivian hanya melambaikan tanganya seraya masih memejamkan mata.
Kapten Abipun segera bergegas menuju tenda tim forensik yang berada tidak cukup jauh dari tenda tim penyidik, hanya butuh waktu 1-2 menit hingga sampai kesana. Ketika ia telah sampai disana ia langsung menyampaikan pesan titipan dari Vivian itu kepada pimpinan tim forensik yang berada disana.
Setelah mendapatkan informasi mengenai bubuk risin itu, membuat semua tim forensik mengerahkan tenaga mereka untuk memeriksa ruang kerja Gubernur, sesuai dengan saran dari Vivian. Karna bagaimanapun di tim forensik, nama Vivian masih memiliki power disana.
Sementara para tim forensik bekerja memeriksa ruang kerja milik Gubernur, 1 jam setelah itu tibalah tim pemecah kode yang dipanggil langsung dari markas besar. Alih-alih mengirim satuan regu, kepolisian hanya mengirim 1 orang saja. Yaitu seorang pria berbadan agak sedikit kurus, rambut kelimis dan tinggi yang tidak terlalu tinggi, wajahnya terlihat sangat culun, terlebih dengan menggunakan kacamata bacanya, membuatnya semakin terlihat culun. Meski begitu, para anggota kepolisian selalu mengandalkannya ketika ada kode-kode yang harus dipecahkan seperti kasus ini. Dan dia adalah Nando. Seorang ahli kode terbaik yang dimiliki satuan kepolisian.
Sesampainya Nando disana, ia langsung disambut oleh kapten Abi sendiri, petugas yang bertanggung jawab terhadap penyelidikan ini. Sama seperti saat kedatangan Vivian, Kapten Abipun seketia langsung menghampiri Nando sesaat Nando sampai disana. . Dan tanpa basa-basi terlebih dahulu langsung menggiring Nando menuju tenda penyidik untuk menemui detektif Vivian Ananta yang saat itu masih sedang menenangkan pikiranya.
Sesaat kapten Abi dan Nando tiba didepan tenda penyidik, suasana disana terdengar heing dan sepi itu dikarnakan didalam sana hanya tinggal menyisahkan Vivian saja didalamnya, sedangkan yang lainya sedang beristirahat. Ketika mereka berdua masuk kedalam sana terlihat Vivian yang sedang menyandarkan tubuhnya dikursi yang tadi ia duduki seraya masih saja memejamkan matanya dan juga terus mengatur nafasnya, guna menenangkan pikiranya.
"Detektif, Nando dari regu pemecah kode telah tiba!" Tegur kapten Abi dengan suara lantangnya.
Vivianpun seketika terkejut mendengar suara yang tiba-tiba itu, setelah cukup lama tidak ada suara sama sekali disana. Vivianpun dengan segera membuka matanya dan berdiri tegap tersenyum malu kepada Nando beserta timnya.
Vivianpun kemudian menundukan sedikit badanya. "Selamat datang, dan mohon bantuanya." Ucap Vivian memberi penghormatan.
Nandopun melakukan hal yang sama kepada Vivian, diapun membukukan sedikit badanya, memberi hormat balik Vivian.
Setelah itu mereka berduapun menegakan kembali tubuh mereka masing-masing. Nandopun lalu menoleh kearah kapten Abi. "Bisakah kita mulai sekarang kapten ?"Tanya Nando memastikan dengan wajah datarnya. Kapten Abipun hanya mengangukan kepalanya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Dengan penuh hormat menggunakan kedua tanganya, Vivian menunjuk kursi kosong yang berada disebelahnya. "Silahkan." Tanpa basa-basi Nandopun kemudian langsung duduk disana.
"Baiklah apa yang kita punya disini detektif ?" Tanya Nando seraya matanya fokus tertuju pada layar laptop tersebut.
Vivian lalu dengan sigap langsung menunjukan sebuah kode yang telah disematkan didalam pesan puisi dari Blue Bird itu. "Kau lihat ini Nando ?" Tanya Vivian seraya melirik kearah Nando. Nandopun menyipitkan matanya, pandanganya tak teralihkan sama-sekali. "Ya, aku melihatnya detektif." Jawab Nando tegas.
Nandopun melirik kearah Vivian sejenak. "Baiklah detektif bisakah kau memberikan waktu untuku berpikir sejenak ?" Tegur Nando halus, yang merasa risih dengan Vivian yang terus memandangi dirinya.
Vivian menganguk perlahan, seketika itupun ia langsung terdiam terpaku layaknya seorang anak kecil yang habis dimarahi oleh orang tuanya.
Sementara itu Nando terus memperhatikan kode-kode itu, dan tak butuh waktu lama untuk Nando menyadari pola kode-kode tersebut. Nando menghembuskan nafasnya perlahan. "Kurasa mungkin aku telah menemukan polanya." Sahut Nando memberikan kabar baik, terutama untuk Vivian yang sedari tadi suda menunggunya.
Vivianpun terkeujut, ia tidak menyangka Nando akan secepat ini mengetahui isi kode tersebut. Alis matanya terangkat tinggi-tinggi, matanyapun terbuka lebar, lalu ia memandangi Nando dengan mata yang berapi-api, menandakan betapa bersemangatnya dirinya itu. "Benarkah itu Nando?! Kau benar-benar hebat!" puji Vivian sembari menepuk-nepuk pundak Nando. Nandopun hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu oleh Vivian, bahkan Nando sekalipun sulit untuk mengabaikan kecantikan yang terpancar langsung dari diri Vivian yang menggunakan stelan dress mewah itu.
Vivian lalu berhenti menepuk pundak Nando. "Lalu apa itu Nando? Beritahu aku?!" Seru Vivian seraya memandanginya tajam seakan menuntut jawabanya saat itu juga.
Nando menelan air ludahnya sejenak, karna entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa canggung dengan Vivian. Lalu Nandopun akhirnya salah tingkah dibuatnya. Iapun membenarkan kacamatanya sejenak, meskipun ia tau tidak ada yang salah dari kacamatanya. Lalu Nando sedikit berdahak untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Baiklah,"ucapnya membuka pembicaraan. "Menurut apa yang telah kuperhatikan sedari tadi, hanya ada 8 huruf yang selalu muncul dalam kode-kode itu. Yaitu hanya u,t,g,l,t,s,b,d," Vivianpun hanya terus terdiam menyimak dengan serius penjelasan dari Nando tersebut, begitupula dengan kapten Abi yang sedang berdiri tegap seraya melipat tanganya.
"Dan jika kutarik kesimpulan kembali dari 8 buah huruf itu, itu semua adalah huruf dari point of the compass, atau bisa kita bilang mata angin. Jadi apa yang inginku katakan adalah, kode-kode yang dituliskan di pesan ini adalah kode mata angin!." Ucap Nando dengan yakin.
Vivian dan juga kapten Abi hanya terdiam terpaku keheranan, ia tidak mengerti apapun yang diucapkan oleh Nando barusan. Vivian mendesit kecewa, ia kecewa akan ketidak tahuan dirinya itu. "Lalu, apa maksudnya itu Nando ?" Tanya Vivian penasaran.
"Baiklah aku akan menjelaskan kepada kalian apa itu kode point of compass itu, silahkan." Ucap Nando yang kemudian beranjak dari duduknya. Kemudian ia menghampiri kapten Abi yang berdiri didekat pintu masuk tenda penyidik.
"Bisakah aku memakai papan tulismu, beserta dengan spidolnya juga ?"
Kapten Abi lalu mengangkat tangan kanannya dan mengacukan jari telunjuk, menunjuk sebuah papan tulis putih yang sudah berada dipojokan sebelah kanan tenda penyidik sedari tadi. "Silahkan, papan tulisnya berada disana, begitupula dengan spidolnya." Seru kapten Abi seraya menunjukan papan tulisnya kepada Nando.
Nandopun kemudian berjalan menuju papan tulis putih yang sedari tadi sudah berada disudut tenda tersebut. "Baiklah coba perhatikan papan tulis ini," Teriak Nando yang berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepada Vivian dan juga kapten Abi.
Vivian dan kapten Abipun seketika menoleh kearah papan tulis tersebut. Mereka berdua mengerutkan dahi mereka secara bersamaan, Vivian menyipitkan matanya begitu pula dengan kapten Abi, mereka berdua kompak secara bersamaan menatap tajam kedalam papan tulis putih itu. Itu membuktikan betapa seriusnya mereka ingin mengetahui ini semua.
Nando kemudian menggambar sebuah logo arah mata angin. "Baiklah, seperti yang kalian telah ketahui bahwa, mata angin memiliki beberapa arah. Yaitu utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, bara, dan barat laut. Dan jika kalian singkat semua itu maka akan membentuk huruf-huruf yang ada disana yaitu u, tl, t, tg, s, bd, b, dan bl," ucap Nando panjang lebar menjelaskan dengan suara yang cukup lantang.
Vivian dan kapten Abi masih terus diam dan mendengarkan penjelasan dari Nando, tanpa berniat untuk mengintrupsinya sama sekali.
"Dan semua huruf-huruf itulah yang ada di kode-kode yang pembunuh itu berikan, dan untuk menyelesaikan kode-kode point of compass ini, kita dapat menggunakan wingdings," lanjut Dani sebelum akhirnya di intrupsi oleh Vivian.
Vivian mengangat tanganya tinggi-tinggi seolah-olah berada dalam lomba cerdas cermat. Ia mengerutkan dahinya, menekuk alis matanya dan memandangi Nando dengan tatapan penuh tanda tanya. "Apa itu wingdings ?"
"Wingdings adalah salah satu font yang berada di microsfot word, tujuan wingdings itu sendiri adalah untuk menghemat kata dan waktu. Namun pada praktiknya banyak dari orang-orang yang menggunakan itu sebagai kode-kode untuk membuat pesan-pesan rahasia, atau kode." Jawab Nando menjelaskan dengan begitu sabar.
Setelah Nando menjelaskan hal tersebut Vivian hanya terdiam mengangguk, mencoba untuk menelaah semua informasi yang baru saja ia terima tersebut.
Nando lalu menuliskan kembali sebuah kombinasi kode dan huruf dipapan tulis putih tersebut. Tulisanya adalah sebagai berikut. " T=a,c,e,g,u,w. B=b,d,f,t,v. U=h,p,r. S=i,q,s. TL=k,y. TG=m,y. BD=l,x. BL=j,u,z. B&T=n. U&S=o."
"Coba kalian perhatikan huruf-huruf serta kode yang telah kutuliskan pada papan tulis ini." Tegas Nando setelah menuliskan sebuah kombinasi huruf dan simbol.
Seraya memijat-mijat keningnya seraya berpikir dengan keras perihal kombinasi kode yang Nando tuliskan di papan tulis putih itu. Seketika Vivian memecah keheningan dengan memetikan jarinya, yang menandakan ia mengetahui sesuatu. "Aku tahu! " sahutnya bersemangat.
Nando hanya terdiam menunggu Vivian menyelesaikan perkataanya, sedangkan kapten Abi seketika langsung menoleh kearah Vivian.
Vivian menundukan sedikit kepanya lalu menarik bibirnya kekiri, dengan mata yang berapi-api ia berkata. "Jadi setiap huruf besar yang kau tuliskan itu Nando, mengandung makna huruf kecil yang berada disampingnya. Mudahnya kita hanya harus menyusun kata dan menebak huruf apa yang ia gunakan disetiap kode arah mata angin yang ia tulis, bukan begitu Nando ?"
Nandopun terkejut dengan analisis dari Vivian, alis matanya terangkat tingg-tinggi, mulutnyapun terbuka lebar. Ia benar-benar tidak menyangka ternyata Vivian bukan hanya cantik saja seperti apa yang selama ini ia pikirkan. Namun Vivian juga pintar dan cerdas, pantas ia dianggap detektif terbaik yang dimiliki kepolisian saat ini.
Namun Nando hanya terdiam menunggu Vivian melanjutnya penjelasnya kembali, ia penasaran dengan pandangan Vivian tentang hal itu.
Melihat tidak ada tanggapan dari Nando, dan bahkan dari kapten Abi sekalipun, Vivian melanjutkan kembali penjelasanya itu "Baiklah melihat ekspresimu itu kurasa aku dapat mengatakan bahwa aku benar," sahut Vivian tersenyum simpul bangga. "Baiklah kurasa, untuk kode pertama yaitu T, L, BL. Didalam huruf t terkandung huruf a,c,e,g,u dan juga w. Sedangkan didalam huruf tl hanya terkandung k dan juga y, lalu sedangkan di bl terkandung huruf j,u, serta z. Dan dalam tiga gabungan kode t tl bl hanya memungkinkan membentuk 2 kata saja, yaitu aku dan ayu," Vivianpun kemudian tidak berhenti sampai disitu, ia lalu kembali menjelaskan lebih mendetail kepada Nando. "Karna Ayu dapat menimbulkan dualisme makna, yaitu nama seseorang dan juga ajakan. Maka sangat tidak mungkin blue bird menggunakan kata itu, maka dari itu sudah pasti kata 'aku' lah yang blue bird pilih," Vivian lalu tersenyum bangga. "Sekarang akhirnya aku mengerti. Sepertinya aku bisa menyelesaikan ini dalam kurang dari 5 menit tuan-tuan." Sahut Vivian dengan begitu percaya diri.
Nandopun lalu memberikan applause terhadap Vivian, dengan memberikan tepuk tangan meriah kepadanya, begitupula dengan kapten Abi yang melihat Nando melakukan itu maka ia berpendapat bahwa apa yang Vivian katakan semuanya adalah benar. "Hebat, kau benar-benar hebat Vivian," puji Nando untuk Vivian. Nando seketika terdiam sejenak, menunggu Vivian menyelesaikan kodenya tersebut. Kemudian ia tersenyum kagum memandangi Vivian.
Dan benar saja, bahkan hanya dalam waktu 2 menit lebih sedikit Vivian telah menemukan jawabanya.
Setelah menemukan jawabanya Vivian tersenyum lebar dan tertawa-tawa sendiri, yang membuat orang lain disana bertanya-tanya. "Apakah kau sudah mendapatkan jawabanya detektif ?" Tanya kapten Abi penasaran.
Vivianpun menganguk cepat. "Tentu saja sudah, biar kubacakan," ucap Vivian yang setelah itu mulai mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan untuk mengatur nafasnya. "Aku adalah kau, dan kau adalah aku. Kita seperti dua sisi yang berbeda."
Seketia Nandopun langsung menepuk kedua tanganya dengan cukup kerasa untuk mengapresiasi kinerja detektif Vivian. " Kau hebat, kau benar-benar hebat Vivian. Kurasa apa yang kau katakan itu benar." Sahut Nando memuji-muji Vivian. Seketika Vivianpun tersipuh malu, wajahnya memerah, bola matanyapun memandangi sudut sekitar. "Ah tidak bukan apa-apa." Respon Vivian malu-malu.
Kapten Abipun mendekati Vivian yang sedang tersipuh malu itu. Lalu seraya menepuk pundak Vivian, kapten Abipun menanyakan susuatu kepadanya. "Lalu setelah kita berhasil memecahkan kodenya, selanjutnya apa detektif ?" Tanya kapten Abi.
Seketika Vivian langsung terdiam dibuat kapten Abi. Ia terlalu larut dalam kebahagiaan, sampai-sampai ia lupa jika ini barulah sebuah permulaan. Vivian lalu mengacak-acak rambutnya yang lurus itu dikarnakan dipenuhi emosi. "Argh sial, aku lupa itu! Kita bahkan tetap tidak bisa mengetahui apa maksud dari kata-kata itu!. Sial!" keluh Vivian emosi.
"Kurasa aku butuh partner untuk melakukan ini semua!, aku tidak bisa malakukan ini semua sendiri." Gumam Vivian mengeluh.
Kapten Abipun baru sadar akan sesuatu setelah Vivian berkata seperti itu. " Omong-omong, dimana partnermu Adam, detektif ? " Tanya kapten Abi seraya memandanginya dengan penuh tanda tanya.
Vivian lalu tersenyum menyimpul. "Untuk hal itu, aku menugaskannya untuk sesuatu hal yang penting menyangkut kasus ini, " jawab Vivian santai. Vivian lalu memiringkan kepalanya sedikit kekanan, lalu ia tersenyum menyeringai kepada kapten Abi. "Untuk itu aku butuh patner, aku ingin Rian Alfarizi sebagai partnerku di kasus ini!" Tukas Vivian dengan tegas meminta Rian Alfarizi sebagai partner dirinya.
Seketika seisi ruanganpun terkejut. "Kau serius akan hal itu detektif ?" Tanya kapten Abi. Vivian lalu mengangkat sebelah alis matanya. "Tentu saja aku serius kapten, bersama aku dan dia pasti tidak akan sulit menangkap blue bird. Jujur saja aku tidak bisa melakukannya sendiri kapten."
Kapten Abipun lalu menghelakan nafasnya. "Baiklah jika memang itu maumu detektif, maka akan aku usahakan itu. Lagipula kurasa itu memanglah pilihan terbaik, kita tidak bisa meresikokan nyawa orang lebih banyak lagi."
Vivianpun seketika melompat kegirangan, ia begitu bersemangat mengekspresikan kebahagiaanya itu. "Yes! Yes! Yes!" Teriaknya seraya melompat kesana kemari. Vivian begitu amat bahagia karna ia tidak lama lagi mungkin bisa bekerjasama dengan rolemodelnya selama ini, yaitu Rian Alfarizi.
~Untuk kode point of compassnya author taro dikutipan author chap sebelumnya ya.~
Terimakasih telah membaca, dan jangan lupa komen jika ada salah-salah kata, typo atau bahkan bahasa yang kurang dimengerti, karna itu akan sangat membantu author.
Sekian dan terimakasi.